TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Reaktivasi Jalur Kereta Bekas Belanda di Jabar Harus Dilakukan

Empat jalur kereta ini bisa memajukan daerah

Ilustrasi kereta api (IDN Times/Arief Rahmat)

Bandung, IDN Times - Pengamat transportasi dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna memberikan pandangan soal rencana reaktivasi empat jalur kereta api peninggalan Belanda yang ada di Jawa Barat oleh pemerintah pusat.

Rencana reaktivasi empat rute dari pemerintah pusat sendiri yaitu menyasar rute Banjar-Cijulang-Pangandaran-Parigi; kemudian Garut-Cikajang; Cikudapateuh Bandung-Banjaran-Ciwidey; dan terakhir Rancaekek-Tanjungsari.

Menurut Yayat Supriatna, reaktivasi empat jalur ini perlu dilakukan untuk mengurangi kemacetan khususnya di pusat perkotaan yang ada di wilayah Bandung dan sekitarnya. Jika jalur itu diaktifkan, maka masyarakat akan beralih ke transportasi umum.

"Sekarang kondisi jalan macet, kereta api bisa menjadi pilihan, betul. Apakah dibuat kereta api wisata, atau sebagainya. Itu bisa menjadi pilihan. Sekarang sudah macet di mana-mana," ujar Yayat, Kamis (12/10/2023).

1. Reaktivasi akan memberikan dampak luas ke daerah

ilustrasi naik kereta api (instagram.com/whelly_k)

Selain itu, reaktivasi juga akan mendorong perkembangan wilayah baru. Apalagi Ciwidey sendiri merupakan objek wisata yang bisa menjadi magnet masyarakat untuk datang langsung menggunakan kereta api.

"Kereta nantinya bisa disesuaikan apakah perintis dan lainnya. Ini akan mengembangkan wilayah, membangun pariwisata, mendorong pertumbuhan ekonomi," ucap Yayat.

Meski begitu, dia mengatakan, perlu ada sinergi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat, termasuk dari PT KAI itu sendiri. Menurutnya, reaktivasi ini dilakukan tidak bisa hanya mengandalkan satu instansi saja.

"Kalau pemerintah daerahnya diam saja ya buat apa, kecuali ada sinergi dan kolaborasi. Kalau kereta api direaktivasi semua persiapan juga harus dilakukan," katanya.

2. Reaktivasi jalur kereta api jadi solusi kemacetan

ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Yayat menilai, kebutuhan reaktivasi empat rel kereta api di Jawa Barat ini cukup mendesak dengan kondisi kemacetan yang terjadi sekarang ini. Dia mendorong agar pemerintah pusat dan provinsi turut mengkaji kembali soal hal ini.

"Menurut saya, pada saat kondisi jalan sekarang semakin buruk karena semakin macet, di sisi lain kondisi wisata juga harus dikembangkan. Reaktivasi perlu dilakukan, apalagi sekarang semangat kita menekan polusi udara," katanya.

Reaktivasi juga dinilai akan membuat tatanan daerah semakin baik dan lebih berkembang. Jika masyarakat masih belum bisa sepenuhnya pindah menggunakan transportasi umum lainnya, kereta api seharusnya jadi salah satu solusi menyelesaikan kemacetan.

"Reaktivasi juga akan menghidupkan stasiun-stasiun. Kemudian penataan wilayah, jadi bagian dari strategi. Jadi bukan sekadar reaktivasi. Bukan sekadar dibangun dan sudah selesai," ucapnya.

3. Reaktivasi akan menghemat perekonomian

Kereta Api (KA) Pangrango lintas Bogor-Sukabumi. (dok. KAI)

Yang terpenting dari reaktivasi jalur kereta lama, kata Yayat, ialah adanya penghematan pengeluaran masyarakat. Jika empat jalur ini diaktifkan kembali, maka masyarakat Garut yang bekerjadi Kota Bandung misalnya, tidak perlu menetap di indekos.

Nantinya, masyarakat bisa melakoni perjalanan pulang dan pergi menggunakan kereta. Sehingga dari segi ekonomi akan sangat murah dan mudah.

"Seperti saya tinggal di Bogor, kerja di Jakarta naik kereta pagi, kereta sore. Jadi gak masuk jalan tol, gak perlu pakai motor, gak perlu pakai mobil," katanya.

Baca Juga: Reaktivasi Jalur KA Pandeglang Tertunda, Bupati Irna Sedih Kecewa

Baca Juga: Khofifah-Emil Komitmen pada Reaktivasi Rel Kereta Api di Madura

Berita Terkini Lainnya