TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Dosen Unpad Sebut Tes PCR Lebih Akurat Dibandingkan Rapid Antigen

Akurasi PCR bisa sampai 95 persen

Ilustrasi. Pengoperasian laboratorium PCR COVID-19. (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Bandung, IDN Times - Dosen Departemen Patologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) Basti Andriyoko menyebutkan bahwa tes Polymerase Chain Reaction atau PCR lebih akurat dibandingkan dengan rapid test antigen.

"Tes PCR menjadi gold standar dalam menentukan apakah seseorang tersebut positif COVID-19 maupun negatif. Akurasi PCR bisa sampai 95%, sedangkan antigen ini akan ada miss 10-15%," ujar Basti seperti dikutip dalam keterangan resminya, Kamis (24/12/2020).

1. Rapid antigen lebih baik baik dibandingkan tidak melakukan tes sama sekali

IDN Times/GrabHealth

Adapun untuk aturan pemerintah yang meminta masyarakat menyertakan hasil negatif rapid tes antigen sebagai syarat bepergian ke sejumlah daerah dan tempat wisata di Indonesia. Menurutnya, hal tersebut tidak begitu menjadi permasalahan.

"Tes antigen masih lebih baik daripada orang tidak periksa sama sekali terus melakukan perjalanan. Itu yang lebih bahaya," ungkapnya.

2. Rapid antigen dan PCR berbeda

Alat PCR di RS Pertamina Balikpapan (IDN Times/Hilmansyah)

Ia menjelaskan, tes antigen bertujuan untuk mendiagnosis keberadaan virus pada tubuh sampel. Meski sama-sama mendeteksi adanya virus, tes antigen memiliki perbedaan dengan tes PCR.

"Kondisi saat ini, untuk mendiagnosis apakah dia terinfeksi atau tidak, mau tidak mau sekarang harus dicari virusnya," jelasnya.

3. PCR juga memiliki kelemahan tersendiri

emc.id

Basti menyebut, tes PCR akan mencari materi genetik dari virus, yaitu RNA-nya. Karakteristik ini menjadikan sensitivitas atau akurasi dari tes PCR lebih tinggi ketimbang tes antigen. Namun, menurutnya, tes PCR tidak bisa membedakan apakah virus tersebut masih hidup atau sudah mati.

"Tes PCR bisa mendeteksi keberadaan virus pada awal target terkonfirmasi positif ataupun sudah dinyatakan sembuh. Seperti, banyak orang yang sudah dikarantina lebih dari dua minggu, tetapi ketika dilakukan swab hasilnya masih positif," tuturnya.

Baca Juga: Imbas Aturan Rapid Antigen Banyak Penumpang Pesawat Refund Tiket 

Baca Juga: Mau Liburan di Bandung? Kalian Wajib Negatif Rapid Antigen 

Berita Terkini Lainnya