TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tangani COVID-19, Ini Curhat Ikatan Dokter Indonesia ke Dewan

Dokter dan perawat rentan terpapar virus

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Majalengka, IDN Times - Pengurus IDI Kabupaten Majalengka baru saja mendatangi gedung DPRD Kota Bandung untuk menyampaikan permohonan agar ikut mendorong Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam memberikan perlindungan bagi tenaga medis yang menangani pasien virus corona atau COVID-19.

Tak hanya itu, dalam pertemuan tersebut IDI Kabupaten Majalengka juga ingin mendorong pemerintah agar mempersiapkan segala kebutuhan tim medis yang menangani pasien positif, PDP, dan ODP virus corona di Majalengka. 

1. IDI Minta Pemkab Sediakan APD

IDN Times/Andra Adyatama

Ketua IDI Kabupaten Majalengka, dr. Erni Harleni di hadapan pimpinan dewan memohon agar pemerintah mempersiapkan secara maksimal jika hal terburuk terjadi. Kebutuhan yang perlu segera disiapkan saat ini adalah alat pelindung diri (APD) tenaga kesehatan yang saat ini sangat minim--bahkan diklaim tidak ada, sehingga tenaga medis terpaksa menggunakan alat seadanya.

Padahal dokter yang menangani juga sangat mudah terpapar penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut. Belum lagi tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dan klinik swasta tidak memiliki transportasi khusus, sehingga mereka mesti mengantar sendiri pasien bergejala virus corona mengantar ke rumah sakit rujukan.

2. Perlu sarana penunjang pengiriman sampel pasien

Ilustrasi (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

Selain itu rumah sakit juga dikatakan memerlukan ruangan khusus untuk menampung para penderita baik PDP apalagi yang sudah positif terpapar. Sementara saat ini di RSUD Majalengka dan RS Cideres masing-masing hanya tersedia tiga dan enam tempat tidur khusus pasien positif, PDP, dan ODP corona.

“Sekarang di Rumah Sakit Majalengka dari tiga tempat tidur telah terisi dua tempat tidur, Rumah Skait Cideres juga sudah terisi. Makanya ruangan isolasi ini harus segera diantisipasi,” ungkap Erni, Jumat (27/3).

Dia juga mengeluh tentang teknis pengiriman sampel pasien di mana tak dilengkapi sarana penunjang yang mumpuni. Hal itu dinilai sangat beresiko bagi tenaga kesehatan, mengingat mereka tak memiliki jumlah APD yang mencukupi.

“Kami bisa bekerja jika kami sehat, untuk itu kami memohon berikan fasilitas bagi kami agar kami bisa tetap melayani masyarakat,” ungkap Erni.

3. Stok obat hanya 500 tablet

techcrunch.com

Sementara itu, dr. Dodi M. Turmudzi menambahkan, obat-obatan juga saat ini tidak tersedia. Beberapa hari yang lalu tim dokter di Majalengka baru mendapat kiriman obat, namun hanya satu jenis obat dan jumlahnya sangat terbatas yakni baru sekitar 500 tablet. Bahkan, kata Dodi, waktu kedaluwarsa obat itu tercatat pada Agustus 2020 mendatang. 

Para dokter ini pun meminta pemerintah melakukan sosialsiasi secara masif kepada masyarakat hingga masyarakat benar-benar paham akan dampak dari penyebaran virus tersebut,.

“Kami ingin pemerintah tegas meberikan pengertian ka masyarakat supaya mayarakat mau menuruti apa yang diinginkan pemerintah,” ungkapnya.

Saat ini menurutnya di wilayah tempatnya bekerja ada pasien namun terpaksa diisolasi di rumahnya karena tidak tersedianya sarana dan prasarana.

Berita Terkini Lainnya