TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ribuan Karyawan dan Buruh Jabar Masih Bekerja di Tengah Ancaman Corona

Sejumlah profesi merasa serba salah

IDN Times/Andra Adyatama

Majalengka, IDN Times – Merebaknya virus corona membuat Presiden Joko "Jokowi" Widodo mengimbau masyarakat untuk bekerja di rumah. Persoalannya, tak banyak warga yang punya kemewahan untuk bekerja di tempat tinggalnya.

Sejumlah pekerjaan seperti pedagang pasar, juru parkir, sopir angkutan umum, dan beberapa pekerjaan lainnya justru menuntut interaksi sosial yang cukup tinggi di luar ruangan. Sayangnya, para pekerja yang rentan ini justru masih minim dari upaya perlindungan pemerintah.

1. Pedagang dan juru parkir masih terpaksa bekerja

Pexels.com/Alex Borghi

Hal demikian terlihat di Kabupaten Majalengka. Asep dan Udin, pedagang makanan/minuman dan tukang parkir yang biasa mangkal di kawasan Taman Gelanggang Generasi Muda (GGM) tak punya pilihan sebagaimana seruan Jokowi.

Ia tahu betul, berdagang di area terbuka dengan berinteraksi silih berganti dengan berbagai orang yang tak ia kenal terbilang rentan dari penularan virus tersebut. Tetapi urusan mencari nafkah tak bisa ditangguhkan.

“Ada (rasa) khawatir, tetapi bagaimana lagi," ujar Asep di lokasinya berdagang, Rabu (25/3).

Kondisi Asep juga dialami Ai, pedagang di Taman Dirgantara. Kawasan yang berdekatan dengan Bunderan Munjul tersebut pun tak memiliki fasilitas pengunjung untuk mencuci tangan. Hanya ada toilet umum yang tampak berdiri di sana.

Satu toilet terkunci karena dipasangi gembok kecil. Satu toiletnya terbuka namun tak menyediakan sabun. Ai mengamini, tak tersedia fasilitas cuci tangan di taman Dirgantara. Padahal, lanjutnya, kawasan tersebut ramai digunakan warga berolahrga setiap akhir pekan.

Walaupun Ai tahu pandemi virus corona tengah merebak, ia memilih tetap berdagang. Namun, ia berharap pemerintah mau memperhatikan nasib para pedagang dan pengunjung yang rentan terpapar virus tersebut dengan menyediakan fasilitas cuci tangan.

"Enak kalau ada tempat cuci tangan, sembari nongkrong dan makan," ucapnya.

2. Buruh pabrik tekstil minta pemerintah dan pengusaha berembuk

IDN Times/Andra Adyatama

Setali tiga uang, ribuan buruh pabrik tekstil dan garmen di Kabupaten Majalengka hingga Selasa (24/3) masih tetap bekerja di tengah penyebaran ancaman virus corona atau COVID-19. Di sisi lain mereka tetap khawatir akan menerima dampak dari mewabahnya virus mematikan tersebut.

"Sampai hari Selasa ini, para pekerja atau buruh pabrik tekstil dan garmen masih tetap bekerja dan belum ada penghentian untuk tidak bekerja dari perusahaan masing-masing," terang Yunara salah seorang buruh pabrik di Majalengka Rabu (25/3).

Menurutnya, nasib buruh pabrik tekstil dan garmen yang mencapai puluhan ribu orang itu sampai saat ini belum ada kepastian baik dari pihak pemerintah atau para pengusaha.

"Yang jelas, kami pantau dan koordinasi dengan perwakilan buruh di sejumlah perusahaan tekstil dan garmen. Para buruh masih tetap bekerja dan belum diliburkan dari tempat kerjanya," katanya.

Untuk mengantisipasi penyebaran ancaman virus corona tersebut, ujar dia, harus ada perhatian dari sejumlah pihak. Di antaranya dari pihak perusahaan atau pengusaha maupun dari pemerintah pusat.

"Minimal ada rembukan yang dilakukan oleh perwakilan pengusaha/perusahaan dengan pemerintah, dan perwakilan buruh. Untuk menentukan sikap dan langkah ke depan terkait penyebaran ancaman virus corona tersebut. Ini penting untuk dilakukan, jangan sampai menunggu ada korban. Ini harus segera dilakukan musyawarah untuk menyikapi perkembangan yang terjadi saat ini," tuturnya.

Sementara itu, menurut buruh lainnya, Enggun, para pekerja tak diliburkan melainkan mendapat saran untuk menggunakan masker saat bekerja karena masih banyak pengusaha yang mempertahankan operasional perusahaannya. Hal itu untuk antisipasi dan pengamanan dari ancaman penyebaran virus corona.

3. Kalaupun diliburkan, upah buruh menjadi masalah susulan

instagram.com/museum_tekstiljkt

Enggun mengatakan, jika para buruh diliburkan dari tempat kerjanya dengan alasan penerapan lockdown atau tetap bertahan di rumah bagi para pekerja, upah para pekerja selama berada di rumah pun harus menjadi pertimbangan dari perusahaan maupun pemerintah.

"Apakah pihak perusahaan mau tetap membayar upah buruh selama diliburkan sementara waktu? Supaya ekonomi para buruh tetap terbantu dan tidak dirugikan. Meski persoalan mewabahnya ancaman virus corona ini bukan kesalahan pengusaha atau pemerintah, nasib ekonomi para buruh juga harus diperhatikan," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, peliburan pekerja akan menimbulkan masalah besar dalam proses produksi pabrik. "Terutama barang-barang yang diekspor ke luar negeri," ucapnya.

Enggun mengatakan kalau sejumlah perusahaan memiliki jenis mesin yang tidak boleh berhenti operasional. Artinya harus tetap jalan selama 24 jam, di antaranya mesin polister.

"Berbeda dengan pekerja di bidang garmen, misalnya tukang menjahit pakaian. Itu bisa berhenti sementara waktu. Tetapi hal itu juga akan menghambat pada pemasaran produksi, terutama ada pihak-pihak yang sudah order barang ke pihak pengusaha. Yang jelas dampak mewabahnya penyebaran ancaman virus corona ini harus segera disikapi, terutama di kalangan pabrik tekstil dan garmen yang mempekerjakan banyak pekerja," ujarnya.

Berita Terkini Lainnya