TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Infrastruktur Masih Jadi Kendala Pertumbuhan Belanja Online

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memang penuh tantangan

Shutterstock

Bandung, IDN Times – Di masa pandemi COVID-19, volume transaksi e-commerce semakin meningkat. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan, market share e-commerce di Indonesia telah mencapai 45 persen dibandingkan negara ASEAN lainnya.

Namun, pertumbuhan volume ini berbanding lurus dengan sejumlah tantangan yang dihadapi ekosistem e-commerce. Setidaknya hal itu yang dialami berbagai instansi yang terlibat dalam ekosistem e-commerce.

Apa saja kendala yang muncul?

1. Indonesia negara kepulauan, jadi tantangan bagi e-commerce

Transaksi di Tokopedia (Dok. Tokopedia)

Associate Vice President of Fulfillment Tokopedia, Erwin Dwi Saputra, tantangan bagi e-commerce di Indonesia adalah geografis negara kepulauan. Masalah muncul ketika barang yang dibeli harus terantarkan dengan cepat, namun alamat pengirim berada di daerah terpencil.

"Indonesia negara kepulauan. Pembeli bisa di pulau, sementara penjualnya di Jakarta atau di Bandung. Ini tantangan bagi kami untuk memberi layanan yang sama," kata Erwin, dalam webinar Regional Summit 2021 dengan tema Membangun Tulang Punggung Ekspansi E-Commerce, Selasa (30/11/2021).

Ia menambahkan, ketika volume kurir meningkat, seperti volume penjualan UMKM di Tokopedia yang naik 3-5 kali ketika pandemi, maka pengiriman cepat dengan tetap menjaga kualitas produk yang dibeli menjadi tantangan juga.

"Dia harus packing sendiri kemudian mengirim dengan cepat. Ini tantangannya," ujarnya.

Saat ini, Tokopedia tercatat bermitra dengan 13 kurir pengiriman dan telah menjangkau 99 persen kecamatan di seluruh Indonesia. Tokopedia memberi solusi kepada pedagang dalam hal logistik, yaitu menyediakan toko cabang yang memberi layanan kepada penjual untuk menitipkan barang di gudang.

2. Pertumbuhan e-commerce tak sejalan dengan infrastruktur

(Ilustrasi maskapai Lion Air) www.lionair.co.id

Setali tiga uang, Wakil Ketua Umum Asperindo, Budiyanto Darmastono juga ikut memaparkan tantangan dari segi pengiriman barang. Pertumbuhan e-commerce yang cukup besar di Indonesia, kata dia, tidak sebanding dengan infrastruktur transportasi.

"Kami melihat infrastruktur transportasi belum memadai secara maksimal, yaitu belum terintegrasi antara HAP, khususnya di pelabuhan. Laut dan udara belum terintegrasi," kata dia.

Ia mencontohkan, infrastruktur yang belum memadai di wilayah Indonesia timur terjadi di Papua dan Nusa Tenggara Timur. Pengiriman barang di Indonesia Timur yang masih mengandalkan penerbangan selama pandemi jelas mengalami hambatan.

"Banyak penerbangan yang sebelum pandemi menjadi tulang punggung perusahaan kurir dalam mengirim barang lewat udara, selama pandemi malah mengurangi penerbangan. Dengan itu, pengiriman menuju Indonesia timur mengalami keterlambatan,” tuturnya.

Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi semua pihak, termasuk pemerintah. Bagaimana membangun infrastruktur terutama melalui jalan tol agar segera selesai agar pengiriman barang antara satu daerah ke daerah lain dapat terlaksana dengan cepat dan murah.

Baca Juga: Bantu Pasarkan Produk UMKM, BPPP Kembangkan Dua E-commerce Lokal Jabar

Baca Juga: 4 Alasan Mengapa Belanja Kebutuhan Dapur via Online Lebih Baik Lho

Baca Juga: Infrastruktur Jadi Kunci Capaian Target Ekonomi Digital Indonesia

Berita Terkini Lainnya