TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Aktivitas Gunung Bromo Meningkat, PVMBG Minta Warga Waspada

Ketinggian kolom hembusan memang belum terlalu tinggi

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Kepala Mitigasi Gunung Api, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menuturkan, aktivitas Gunung Bromo dalam beberapa waktu terakhir mulai meningkat.

Meski ketinggian kolom hembusan baru mencapai 1.500 meter, tapi masyarakat diminta tetap waspada jika terjadi hembusan yang lebih tinggi dari asap kawah gunung tersebut.

Berikut ini fakta-fakta lapangan terkait aktivitas Gunung Bromo sesuai pemantauan PVMBG.

1. Mulai meningkat sejak 1 Januari

Unsplash.com/Bimata Prathama

Hendra mengatakan, berdasarkan pengamatan dari awal tahun hingga 17 Maret 2019, gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut O-lll. Teramati asap kawah utama dengan ketinggian maksimum 700 meter dari atas puncak, bertekanan lemah hingga sedang dengan warna putih hingga kelabu dan intensitas tipis hingga tebal.


Pada Sabtu (16/3), tinggi kolom hembusan menjadi 1.500 meter dengan warna kolom kelabu intensitas tebal. Penyebaran abu terjadi di sekitar kawah dan tempat-tempat yang berlokasi di luar kaldera Bromo yang berarah ke Timur.

"Kalau dibandingkan dengan 2010 dan 2015, ini memang masih rendah," ujar Hendra dalam konferensi pers di kantornya, Minggu (17/3).

Baca Juga: Gunung Bromo Erupsi, Ini 14 Fakta Uniknya yang Wajib Kamu Tahu!

2. Terjadi dua gempa letusan pada satu hari

IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, lanjut Hendra, secara seismik, selama Januari hingga pertengahan Maret rekaman kegempaan didominasi oleh tremor menerus dengan amplitude maksimum berfluktuasi dalam kisaran 0.5 2 mm dengan dominan 1 mm. Pada Januari telah terjadi peningkatan gempa-gempa vulkanik dalam (VA).

Peningkatan amplitude tremor terjadi pada 10 Maret menjadi 0.5 32 mm (rata-rata 2 mm), disertai dengan perubahan warna dan tinggi kolom letusan. Pada 17 Maret hingga pukul 15.47 WIB terekam 2 (due) kali gempa letusan.

Hendra menuturkan, dari pengamatan deformasi degan EDM dan tilmeter sejak Juli 2017 hingga Maret 2019 memang ada fluktuasi. Namun, tidak menunjukkan pola penggembungan (inflasi) tubuh gunung api. 

Baca Juga: Selat Sunda Masuk Dalam Urutan ke-4 Daerah Aktif Gempa Bumi 

Berita Terkini Lainnya