TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

34 Pemuda Ikuti Pelatihan Bandung Sister City 2.0

Mereka akan ikut dalam kegiatan konferensi pada 2020

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Penyelenggaraan puncak Bandung Sister City akan dihelat pada 2020. Untuk menyukseskan kegiatan tersebut, sebanyak 34 pemuda dan pemudi yang berasal dari berbagai kalangan mengikuti pelatihan Basic (Bandung Sister City) 2.0.

Pelatihan dilaksanakan di Padepokan Villa Tumarits, Lembang, sejak Jumat (5/7) dan berakhir pada Minggu (7/7). Dalam kegiatan ini para peserta mendapatkan tiga materi utama yang diberikan oleh perwakilan Kementerian Luar Negeri, Virdina Ririen sebagai Acting Director America and European Inter-regional and Intra-regional Cooperation; Budayawan Sunda, Tisna Sandjaya; dan Sherly Anavita, delegasi terbaik Asia Model United Nation 2018, Korea Selatan.

1. Pemuda Bandung aktif melaksanakan kegiatan

IDN Times/Debbie Sutrisno

Virdina mengatakan, Bandung menjadi salah satu kota yang paling aktif dalam menjalin kerja sama dengan kota-kota lain di luar negeri. Selain pihak pemerintah daerah, para pemuda yang bernaung di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) juga aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan, sehingga tidak pernah ada program yang kosong.

"Di Bandung itu ada terus (kegiatannya). Ini sebenarnya kunci dari kerja sama internasional, di mana aktif itu bukan hanya pada saat seremonial, tapi apa yang akan dicapai dalam perjanjian melalui berbagai kegiatan," kata Virdina, Sabtu (6/7).

Menurutnya, pemuda dan pemudi Bandung dikenal lebih aktif karena punya kerja sama program dengan kota lain yang menyasar anak muda. Sedangkan di kota lain, baik di dalam maupun luar negeri memiliki tingkat partisipasi pemuda yang beraneka ragam, karena program yang dikerjasamakan tidak serupa.

"Kalau di Berlin misalnya, mereka lebih banyak untuk program pengembangan cagar budaya. Itu kan level (umur kepesertaan) sudah berbeda dengan Bandung," paparnya.

2. Kegiatan ini menjadi sarana bermain yang positif

Sumber Gambar: mondessinnumero1.wordpress.com

Keberadaan anak muda yang tergabung dalam Basic, lanjut Virdina, merupakan hal baik. Pasalnya, dewasa ini masih banyak pemuda yang disibukkan dengan kegiatan tanpa dampak positif. Sedangkan dalam Basic, mereka bisa menambah ilmu sambil bermain melalui banyak kegiatan yang menjadi sarana melepas penat.

"Di sini kita bisa bersosialisasi sekaligus belajar banyak hal termasuk memperdalam bahasa asing dan menumbuhkan ide kreatif," ujarnya.

3. Belajar kearifan lokal dari Kang Tisna

IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, dengan tema "Local Pride, Global Movement" para peserta ini pun belajar mengenai kearifan lokal kepada seniman Bandung, Tisna Sandjaya, atau akrab disapa Kang Tisna. Dalam pemaparannya, Kang Tisna mengatakan, sesuatu yang lokal sebenarnya bisa mendunia jika ditekuni secara terus menerus dan serius.

Budaya lokal ini pun bisa menjabarkan siapa kita sebenarnya, kata Tisna. Sehingga ketika bertemu dengan masyarakat dari belahan dunia lain, warga Bandung bisa menunjukkan kearifan lokalnya yang khas.

Di sisi lain, Kang Tisna menyebut, untuk membangun berbagai hal dalam tatanan sosial, masyarakat tidak bisa bersikap individualis. Menurut dia, masyarakat perlu bergotong royong dalam misi membangun sesuatu yang bernilai baik.

"Ini merupakan hal tradisional yang banyak ditinggalkan masyarakat. Padahal dengan kemajuan zaman, hal seperti ini harus tetap ada," ungkapnya.

Baca Juga: Ikuti Kurs Dolar, Harga Tiket KA Cepat Jakarta-Bandung Rp200 Ribu

Baca Juga: 6 Pesona Ranca Upas, Lokasi Kemah Kece di Ciwidey Kabupaten Bandung

Berita Terkini Lainnya