TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menilik Warisan Budaya Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Cirebon

Cirebon turut jadi persinggahan dalam pelayaran besarnya

patung Cheng Ho (pexels.com/Yudha P Sunandar)

Cirebon merupakan salah satu tempat yang banyak disinggahi oleh pendatang asal Tiongkok. Karena itu dalam sejarah perkembangan Cirebon, etnis Tionghoa pun turut memainkan peranan penting.

Di antara pendatang tersebut, Laksamana Cheng Ho adalah penjelajah yang turut singgah di tanah Cirebon dalam rangkaian ekspedisi besarnya ke Asia Tenggara hingga Afrika Timur. Laksamana Cheng Ho lahir dengan nama Ma He, berasal dari Suku Hui yang mayoritas penduduknya memeluk agama Islam.

Laksamana Cheng Ho bersama 23 ribu pasukannya mendarat di Cirebon pada tahun 1415. Selama tujuh hari tujuh malam menetap di Cirebon untuk menyebarkan agama Islam, ia dan pasukannya telah membuat banyak perubahan. Nah, berikut beberapa warisan budaya peninggalan Laksamana Cheng Ho.

Baca Juga: 7 Keunikan Rumah Adat Cirebon, Rumah Kasepuhan Bergaya Keraton

1. Kapetakan

potret digital wilayah Pelabuhan Cirebon sekitar tahun 1943 (digitalcollections.universiteitleiden.nl)

Kamu mungkin lebih mengenal Kapetakan sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Cirebon. Kapetakan berada 17 km dari Pelabuhan Muara Jati (sekarang Pelabuhan Cirebon). Pelabuhan Muara Jati adalah tempat bersauhnya 307 kapal rombongan Laksamana Cheng Ho di Cirebon.

Mulanya, di tengah misi Laksamana Cheng Ho menyebarkan agama Islam di tanah Singhapura (nama awal Cirebon), rupanya tidak sedikit dari pengikutnya yang jatuh hati dengan penduduk pribumi. Mayoritas dari mereka yang menikah dengan pribumi bermukim di daerah pesisir pantai utara.

Daerah tersebut kemudian diberi nama Kapetakan yang berarti kulit putih. Sebab mayoritas penduduknya berkulit putih yang berasal dari perkawinan antara pribumi dan etnis Tionghoa. Fakta linguistik "kapetakan" tersebut pun hingga kini diyakini sebagai salah satu warisan budaya Laksamana Cheng Ho, seperti disebutkan oleh Filolog Cirebon, Rafan Hasyim, melansir ayocirebon.com.

2. Tradisi nadran

Tradisi Nadran atau sedekah laut masyarakat di Kampung Samadikun, Kelurahan Kesenden, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon berlangsung meriah, Sabtu (15/10/2022) (cirebonkota.go.id)

Tradisi nadran juga diyakini sebagai salah satu warisan budaya takbenda dari Laksamana Cheng Ho. Bagi yang belum tahu, nadran atau sedekah laut adalah upacara adat melarungkan sesaji ke tengah laut.

Masyarakat Cirebon rutin mengadakan nadran setiap tahunnya. Selain itu, tradisi ini juga dilestarikan di berbagai daerah di Indonesia.

Nadran termasuk hasil akulturasi budaya Islam dan Hindu yang diwariskan secara turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Masyarakat mengadakan nadran tak hanya sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Melainkan juga untuk memohon kepada Tuhan agar dilindungi dari gangguan dan marabahaya selama melaut mencari ikan.

Baca Juga: Klenteng Sam Poo Kong: Lokasi, Harga Tiket, dan Fasilitas

Berita Terkini Lainnya