Kunci Sukses Presdir IBM: Perempuan Harus Punya Growth Mindset!

09 Mar 2022, 05:00 WIB

ilustrasi perempuan (IDN Times/Arief Rahmat)

Bandung, IDN Times – Keberhasilan dan kegagalan merupakan hal yang biasa diterima manusia dan bisa dimaklumi. Yang penting, setiap insan perlu kemampuan instropkesi agar keberhasilan dan kegagalan bisa diterima dengan bijak dan menjadi pelajaran.

Setidaknya hal itu yang menjadi pesan dari Presiden Direktur dan Pimpinan Teknologi IBM Indonesia, Cin Cin Go. Bagi dia, pesan di atas merupakan konsep faktor pertumbuhan diri yang mesti dimiliki setiap insan, utamanya perempuan.

“Perempuan di Indonesia harus memiliki growth mindset untuk memacu perbaikan diri. Ada dua faktor pertumbuhan, yaitu faktor diri atau internal dan faktor eksternal,” katanya, dalam sesi wawancara khusus untuk Women Leaders Forum 2022 yang digelar Katadata, Selasa (8/3/2022).

1. Perempuan harus pandai introspeksi, bukan memikirkan faktor eksternal

Cin Cin Go, Presiden Direktur IBM Indonesia (IDN Times/Istimewa)

Menurut berbagai sumber, introspeksi merupakan cara seseorang untuk melihat dirinya atau merenungkan pikiran, emosi, dan ingatan. Kemampuan ini hanya contoh kecil dari makna instropeksi yang sebenarnya luas.

Bagi Cin Cin, introspeksi merupakan sesuatu yang datang dari dalam diri untuk terus diasah agar semakin banyak individu yang memilikinya, terutama perempuan.

Di sisi lain, Cin Cin mengingatkan agar perempuan memilih fokus dalam membangun kapasitas internal, alih-alih hanya memusingkan apa yang ada di luar kontrol. Pasalnya, sering kali perempuan dibikin ribet oleh hal-hal yang terjadi di luar kendali mereka.

2. Perempuan jangan terkungkung pola pikir sendiri

ilustrasi orang saat galau (pexels.com/Min An)

Cin Cin yang kini menduduki jabatan tinggi di IBM Indonesia, menegaskan pentingnya memiliki growth mindset bagi perempuan. Pola pikir “bertumbuh” bisa dimaknai sebagai cara berpikir bahwa kepribadian dapat berkembang dengan kerja keras dan konsistensi.

“Perempuan Indonesia yang berkiprah di bidang apapun harus punya growth mindset ini, karena ini pola pikir yang memacu perbaikan diri kita. Ini membuat perempuan tidak hanya berdiam diri dan menerima, melainkan terus belajar tentang banyak hal baru,” kata Cin Cin.

Kenyataannya, tak sedikit kaum hawa yang terkungkung dengan pola pikirnya sendiri, misalnya yang didorong oleh rasa ketidakpercayaan diri. Sedikit-banyak, tidak percaya diri justru akan merawat ketidaksetaraan gender.

“Hal semacam ini sangat memengaruhi tingginya ketimpangan gender,” kata Cin Cin.

3. Indonesia perlu lebih banyak perempuan yang berani berkiprah di bidang STEM

Ilustrasi perempuan karier (pexels.com/LinkedIn Sales Navigator1.05)

Cin Cin menjelaskan, Indonesia sesungguhnya memerlukan lebih banyak perempuan yang berani berkiprah di industri yang biasanya didominasi laki-laki, misalnya bidang science, technology, engineering, mathematics (STEM). Industri ini pula yang digeluti Cin Cin saat ini.

Masalahnya, berdasarkan studi “Professional Role Confidence and Gendered Persistence in Engineering” yang diterbitkan American Sociological Review, banyak perempuan keluar dari karier di bidang STEM lantaran kurangnya professional role confidence atau kepercayaan diri untuk memenuhi peran, kompetensi, dan sifat identitas profesi.

Penelitian UNESCO di Indonesia mencatat, jumlah peneliti perempuan di bidang STEM hanya 31 persen sementara laki-laki mencapai 69 persen. Lebih lanjut, hasil studi Microsoft Asia pada 2017 menemukan bahwa hanya 20 persen perempuan di dunia yang memilih bekerja di industri STEM.

“Sebuah perjalanan panjang untuk mempromosikan women as a leader, karena tidak ada yang instan untuk menapaki jenjang karier. Maka yang akan membawa kita (perempuan) ke sana adalah purpose. Perlu menetapkan tujuan agar tahu apa yang ingin dicapai,” ucap Cin Cin.