Koalisi PDIP-PKB di Pilgub Jabar Jadi Alarm Bahaya untuk KIM

15 Agu 2024, 14:35 WIB

Ilustrasi calon kepala daerah jelang pemilihan kepala daerah (pilkada) (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Bandung, IDN Times - Pendaftaran Pilgub Jawa Barat kini tinggal hitungan hari. Peta koalisi pun masih belum terlihat jelas. Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang digadang-gadang akan mendeklarasikan Dedi Mulyadi yang nantinya dipasangakan dengan kader Partai Golkar belum juga mendeklarasikan diri.

Sementara partai di luar KIM terus membangun komunikasi politik dan membuat skenario baru untuk melawan koalisi partai pemenang Pilpres 2024 itu. Seperti PDIP dan PKB yang kini mengung Ono Surono-Acep Adang Ruhiyat yang kini tinggal menunggu restu dari pengurus pusat.

Pengamat Politik Universitas Padjajaran (Unpad), Firman Manan turut menganalisa jika keduanya mendapatkan restu untuk berlayar di Pilgub Jawa Barat. Menurutnya, kombinasi keduanya akan menjadi lawan yang tidak bisa dianggap remeh.

"Dari sisi partai menarik melihat komposisi PDIP dan PKB, itu adalah penggabungan antara partai nasional dan agama," ujar Firman saat dihubungi, Kamis (15/8/2024).

1. Pasangan nasionalis dan agamis terbukti menang di Pilgub Jawa Barat

ilustrasi pilkada (IDN Times/Esti Suryani)

Pasangan tokoh nasionalis dan agama di Pilgub Jawa Barat ini terbukti beberapa kali menang. Seperti pada tahun 2008 Ahmad Heryawan atau Aher menggandeng sosok nasionalis Dede Yusuf, kemudian tahun 2013 Aher kembali maju di Pilgub Jabar bersama sosok nasionalis Dedi Mizwar.

"Formula tradisional itu, seperti yang dilakukan 2018, Ridwan Kamil - Uu Ruzhanul. Pola itu sudah terbukti berhasil di Pilgub 2018, apakah formula itu kembali diulang di 2024 akan mendapatkan dukungan signifikan, ya perlu dilihat," kata Firman.

2. Kedua partai memiliki basis massa kuat

Ilustrasi pemimpin (IDN Times/Yosafat Diva Bayu Wisesa)

Di sisi lain, partai politik yang mengusung keduanya juga memiliki latar basis masa kuat di beberapa wilayah Jawa Barat. Sehingga, Firman menilai pasangan ini akan menjadi lawan yang kuat dengan dukungan massa yang tergolong banyak.

"PDIP kuat di wilayah Cirebon, walaupun PKB di sana juga kuat, tapi PKB juga punya akar di wilayah Priangan Timur. Ini kan bagaimana pun Pak kiai (Acep Adang) harus dilihat punya akar dari Cipasung yang punya darah pesantren kuat," katanya.

3. Keduanya juga bisa mengambil suara NU

Ilustrasi pemilu. (IDN Times/Mhd Saifullah)

Kemudian, pasangan keduanya juga dapat menarik suara dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) di Jawa Barat. Apalagi, kata Firman, PDIP banyak mengeruk suara NU si wilayah Pantura Jawa Barat.

"Itu yang perlu dilihat, tapi memang potensinya ada. Selama ini seakan-akan PDIP mengeruk ceruk suara NU itu yang berada di wilayah Cirebon, sementara yang di Priangan Timur itu basis tradisional PPP, sekarang mulai bergeser, semakin cair," katanya.

Lebih lanjut, Firman mengungkapkan, poros PDIP dan PKB akan semakin kuat jika PPP turut bergabung bersama, sehingga kekuatan untuk menarik warga Nahdliyin semakin besar.

"Menarik lagi, kalau PPP gabung ke poros ini, karena bagaimanapun partai yang merepresentasikan NU itu kan PKB dan PPP," kata dia.