Survei LSN: Prabowo Subianto Masih Unggul untuk Capres di Pemilu 2024

Bandung, IDN Times - Lembaga Survei Nasional (LSN) merilis hasil survei terbaru tentang dinamika elektabilitas tiga capres papan atas jelang Pemilu 2024. Hasilnya, elektabilitas Prabowo Subianto belum terkejar dan masih kokoh bertengger di puncak survei.
Sementara Ganjar Pranowo gagal membuat rebound meski berbagai strategi konsolidasi terus digencarkan di berbagai daerah. Elektabilitas Ganjar masih konsisten di posisi kedua dan Anies Baswedan masih istiqomah di peringkat ketiga.
Direktur Eksekutif LSN, Gema Nusantara Bakry mengatakan, survei terbaru ini dilakukan pada 15 sampai dengan 25 Agustus 2023 di 38 provinsi di seluruh Indonesia. Populasi dari survei ini adalah seluruh Warga Negara Indonesia yang telah berumur minimal 17 tahun (memiliki e-KTP).
Dia menyebutkan, survei menggunakan jumlah sampel sebanyak 1.420 responden yang diperoleh melalui teknik pengambilan sampel secara acak berjenjang (multistage random sampling). Kemudian, pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara tatap muka dengan responden dipandu kuesioner. Sedangkan ambang kesalahan (margin of error) yang ditetapkan dalam survei ini sebesar +/- 2,6% dengan tingkat kepercayaan (level of confidence) 95%. Validasi data mengacu pada data kependudukan yang dikeluarkan BPS.
"Hasilnya, berdasarkan hasil survei LSN, melalui berbagai format pertanyaan dan simulasi, mulai dari pertanyaan terbuka (top of mind), pertanyaan tertutup (simulasi 12 nama), pertanyaan tertutup (simulasi tiga nama), hingga simulasi secara head to head, Prabowo Subianto selalu leading atas Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan," kata Gema Jumat(1/9/2023).
1. Prabowo masih teratas disusul Ganjar dan Anies
Menurut dia, berdasarkan hasil survei Ini mengindikasikan bahwa elektabilitas Prabowo sebagai capres absolut belum terkejar oleh Ganjar maupun Anies dan masih kokoh bertahan di puncak teratas rating survei.
Ketika LSN mengajukan pertanyaan secara terbuka (top of mind) siapakah yang akan dipilih jika saat ini dilaksanakan pilpres, sebanyak 28,9 persen secara spontan menyebut nama Prabowo Subianto. Sementara yang menyebut nama Ganjar sebanyak 17,5 persen dan Anies hanya 13,2 persen.
"Ini artinya ketika secara spontan kita sebut kosa kata “Presiden RI 2024”, nama Prabowo paling banyak terlintas di pikiran publik," ujar dia.
Kemudian ketika LSN mengajukan pertanyaan secara tertutup (siapakah yang dipilih responden dari 12 nama tokoh yang disodorkan LSN), Prabowo Subianto tetap kokoh di puncak dengan elektabilitas 33,9 persen. Sedangkan Ganjar hanya dipilih oleh 22,1 persen dan Anies menjadi pilihan 16,2 persen responden.
Begitu pula saat LSN membuat simulasi Pilpres hanya diikuti tiga kandidat saja, Prabowo semakin menguat dengan elektabilitas 40,7 persen. Sementara Ganjar hanya didukung oleh 31,4 persen responden dan Anies menjadi pilihan 22,1 persen responden.
"Hegemoni Prabowo Subianto atas Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan semakin absolut tatkala LSN membuat simulasi head to head. Dengan asumsi Prabowo dan Ganjar lolos ke putaran kedua," kata dia.
2. Ganjar Pranowo Gagal Membuat Rebound
Gema menyebutkan, merespons stagnasi elektabilitas yang dialami Ganjar Pranowo, tim pendukung capres PDI Perjuangan itu gencar melakukan konsolidasi politik, perubahan strategi dan branding dalam sebulan terakhir. Lebih-lebih pasca bergabungnya Budiman Sujatmiko dan dua partai besar (Golkar dan PAN) dalam barisan pendukung Prabowo, konsolidasi politik di berbagai daerah basis massa PDI Perjuangan nampak semakin intensif.
Kendati demikian, berbagai upaya yang dilakukan kubu Ganjar untuk mendongkrak elektabilitas Gubernur Jawa Tengah itu belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Ganjar belum berhasil alias gagal membuat rebound elektabilitas sebagaimana yang diharapkan.
"Elektabilitas Prabowo sejauh ini (setidaknya menurut hasil survei LSN) masih kokoh di puncak survei, bahkan secara head to head semakin jauh meninggalkan Ganjar maupun Anies," ujar dia.
Menurut dia, gagal reboundnya elektabilitas Ganjar setidaknya dipengaruhi tiga faktor utama. Pertama, faktor Jokowi merupakan variabel yang tak bisa disangkal sebagai penyebab utama sulitnya Ganjar mengejar elektabilitas Prabowo. Dengan tingkat kepuasan publik alias approval rating yang terus meningkat, Jokowi bagaikan seorang begawan yang restu atau endorsement-nya akan selalu ditunggu dan diperebutkan banyak orang.
Dari berbagai sinyal kedekatan yang dipertontonkan selama ini, mayoritas publik meyakini bahwa restu sang begawan jatuh pada Prabowo. Inilah yang menyebabkan para pengikut Jokowi yang selalu mengucapkan konsep “tegak lurus” menjatuhkan pilihan pada Prabowo, dan bukan pada Ganjar.
Kedua, fenomena menurunnya sentimen positif terhadap PDI Perjuangan. Pasca berselisih dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sentimen negatif terhadap PDI Perjuangan memperlihatkan trend meningkat. Sebaliknya, berdasarkan analisis media monitoring yang dilakukan LSN, sentimen positif terhadap partai yang dikomandani Megawati itu semakin menurun. Ini pada gilirannya membuat Ganjar sebagai petugas partai yang tengah diusung PDI Perjuangan untuk menjadi capres 2024 terkena dampaknya. Sentimen negatif terhadap Ganjar meningkat dan banyak elemen-elemen pendukung Jokowi semakin deras bermigrasi ke Prabowo. Dipilihnya baju bergaris hitam putih dan semakin jarangnya Ganjar mengenakan baju merah PDI Perjuangan, mengindikasikan bahwa kubu Ganjar memahami simbol-simbol partai banteng kurang membawa keberuntungan, setidaknya untuk saat ini.
Ketiga, keberhasilan kubu Prabowo Subianto membangun strategi inklusif untuk menampung dan mempersatukan seluruh komponen bangsa. Kini semua orang, semua unsur masyarakat maupun kekuatan politik seakan-akan merasa nyaman bersama
3. Erick dan Gibran Cawapres Pendamping Prabowo?
Gema menyebutkan, selain capres, nama cawapres yang muncul dalam hasil survei LSN juga menjadi temuan menarik. Nama Erick Thohir dan Gibran Rakabuming Raka mengerucut disebut sebagai cawapres terbaik pendamping Prabowo Subianto. Sebanyak 20,5 persen responden menilai Erick Thohir adalah sosok paling tepat menjadi cawapres pendamping Prabowo, sedangkan Gibran dinilai paling tepat menjadi cawapres Prabowo oleh 20,2 persen responden.
"Nama-nama lain yang dinilai publik tepat menjadi cawapres pendamping Prabowo adalah Ridwan Kamil (15,2 persen), Mahfud MD (12,1 persen), Khofifah Indar Parawansa (10,3 persen), Sandiaga Uno (7,5 persen), Muhaimin Iskandar (6,4 persen), Airlangga Hartarto (2,5 persen), Puan Maharani (1,4 persen) dan undecided (3,9 persen)," kata Gema.
Dia menilai, nama Erick Thohir dan Gibran Rakabuming Raka memiliki elektabilitas tinggi dan juga merepresentasi kalangan muda. Pasangan Prabowo-Erick maupun Prabowo-Gibran merupakan kombinasi yang ideal untuk menghadapi tantangan Indonesia ke depan. Selain kombinasi tua-muda, pasangan Prabowo-Erick atau Prabowo-Gibran juga kombinasi antara militer dan sipil. Sebab itu peluang Erick dan Gibran untuk terpilih sebagai cawapres Prabowo sangat besar dibandingkan nama-nama lain.
Sementara itu untuk cawapres pendamping Ganjar, hasil survei LSN menunjukkan bahwa Sandiaga Uno merupakan satu-satunya tokoh nasional yang dinilai responden paling pantas menjadi cawapres Ganjar. Dengan mengantongi elektabilitas 19,7 persen, Sandiaga menyisihkan tokoh-tokoh lain yang juga dinilai layak menjadi cawapres Ganjar, seperti Ridwan Kamil (17,2 persen), Erick Thohir (15,5 persen), Mahfud MD (11,9 persen), Andika Perkasa (9,8 persen), Khofifah Indar Parawansa (8,2 persen), Puan Maharani (6,2 persen), Muhaimin Iskandar (6,1 persen), Airlangga Hartarto (1,5 persen) dan undecided (3,9 persen).
Sedangkan untuk cawapres pendamping Anies Baswedan, ternyata bagian terbesar publik atau 19,8 persenresponden menilai Agus Harimurty Yodhoyono (AHY) sebagai sosok yang paling tepat. Meskipun figur AHY selama ini kurang bisa diterima salah satu partai anggota Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP) namun realitas menunjukkan bahwa sejak survei LSN setahun terakhir AHY selalu menempati posisi teratas bursa cawapres Anies Baswedan.
"Dalam survei LSN kali ini, AHY mengungguli tokoh-tokoh nasional seperti Ridwan Kamil (17,2 persen), Sandiaga Uno (15,4 persen), Mahfud MD (10,1 persen), Khofifah Indar Parawansa (9,8 persen), Susi Pujiastuti (7,9 persen), Yenny Wahid (7,5 persen), Muhaimin Iskandar (5,2 persen), Ahmad Heryawan (4,5 persen) dan undecided (2,6 persen)," kata dia.