Setahun COVID-19, Apa Saja Inovasi Teknologi yang Dibuat Pemerintah?
Dari Anies Baswedan hingga Ganjar Pranowo
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times – Perusahaan konsultasi McKinsey & Company pada 2020 merilis hasil penelitian yang cukup menjawab pertanyaan tentang seberapa besar pengaruh digitalisasi bagi manusia. Data yang mereka punya menyebutkan bahwa pandemik COVID-19 membuat kunjungan ke aplikasi telemedis melonjak drastis hingga 600 persen.
Artinya, bisa dilihat bahwa ancaman tertular COVID-19 yang menghantui di luar rumah membuat masyarakat mau tak mau mesti melek digital. Begitu pula para pejabat di Indonesia, mulai dari kepala daerah hingga menteri, ramai-ramai memanfaatkan betul fasilitas digital.
Pandemik COVID-19 memang membuat sebagian pekerja mesti meliburkan diri dan meninggalkan pekerjaannya, namun tidak dengan para pemangku kepentingan. Bagaimana mungkin, mereka tetap harus memastikan kesehatan, perlindungan sosial, penanggulangan bencana, dan pemulihan ekonomi, sekali pun negara tengah dilanda pandemik.
Bagaimana dunia digital membantu para pejabat di Indonesia dalam menuntaskan pekerjaannya?
1. Menghemat anggaran pemerintah hingga triliun rupiah
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembanguan Nasional (Kementerian PPN/Bappenas), Suharso, mengaku bahwa ia benar-benar mempelajari dunia digital pada masa pandemik COVID-19. Dalam menunaikan pekerjaanya, ia memanfaatkan inovasi transformasi digital yang diimplementasikan melalui Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan Satu Data Indonesia (SDI).
“Transformasi digital dalam pemerintahan ditandai berbagai pembangunan infrastruktur pusat data yang dapat menghemat (anggaran) secara signifikan,” kata dia, dalam Diskusi Kebijakan “Urgensi Transformasi Digital Pemerintahan untuk Merespons Pandemi dan Pembangunan Nasional” yang digelar secara online, Rabu (3/3/2021).
“Penghematan dengan konsolidasi 2.700 aplikasi instansi pemerintah ini dapat memotong biaya pemeliharaan sebesar Rp2,7 triliun per tahun, dan penghematan pengembangan aplikasi pemda yang dapat mencapai Rp12 triliun rupiah,” tuturnya.