Mengapa Aksi Mahasiswa Rawan Ditunggangi Kepentingan Lain?
Dialog digelar antara mahasiswa, polisi, DPRD, dan akademisi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times – Ratusan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Bandung hari ini berdialog dengan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Barat, Polisi Daerah Jawa Barat, akademisi, dan instansi lainnya terkait aksi mahasiswa yang mengkritisi RUU kontroversial beberapa pekan lalu.
Diskusi digelar di kantor Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Jawa Barat, Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, dan berlangsung sekitar dua jam. Salah satu akademisi yang diundang, Adiyana Slamet (Universitas Komputer Indonesia sekaligus Direktur Lingkar Kajian Komunikasi Politik), mengatakan bahwa aksi tersebut rawan ditunggangi berbagai kepentingan lain.
Pasalnya, kata dia, banyak mahasiswa yang tak mengerti substansi dari protes yang dilayangkan pada pemerintah dan DPR. “Padahal gerakan mahasiswa itu harus cerdas, karena berbasis intelektual,” ujar dia, ketika ditemui IDN Times usai menghadiri acara dengan tema “Antara Opini Rakyat dan Pemerintah” itu, Rabu (9/10).
1. Konsolidasi tidak menempuh proses yang baik
Adiyana bercerita, pascakasi unjuk rasa mahasiswa yang digelar beberapa waktu lalu, banyak akademisi yang kaget. Pasalnya, konsolidasi antarmahasiswa dilakukan dengan cepat, sehingga diduga mengabaikan sisi kongnitivisme.
“Tidak ada di negara mana pun konsolidasi itu secepat mahasiswa Indonesia kemarin. Contoh Umbrella Movement di Hongkong, konsolidasi memakan waktu berhari-hari meski pun dilakukan di media sosial,” ujarnya.
Dengan abainya pendalaman terhadap isu yang diangkat, mahasiswa kerap tidak bisa menjelaskan inti dari protesnya ketika ditanya oleh pers atau para akademisi. Dalam posisi tersebut, lanjut Adiyana, pihak yang memiliki kepentingan untuk bikin rusuh negara dengan mudah menunggangi mereka.