Tetap Produktif di Masa Pandemik dengan Satu Genggaman di Tangan
Mari kita bangkit bersama dari COVID-19
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Triastuti (28) masih ingat betul pengalaman ketika dia ketakutan dengan kasus penyebaran virus corona (COVID-19) yang mengalami lonjakan pada Juni 2021. Angka orang terpapar yang meningkat tajam setelah libur panjang Idul Fitri 2021 menyebabkan pemerintah harus menginjak rem dan menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat per 3 Juli 2021.
Usai pengumuman itu, perusahaan tempat Triastuti bekerja di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, langsung menerapkan protokol kesehatan dan meminta karyawannya bekerja di rumah sesuai aturan PPKM. Sebelum itu, mereka diminta melakukan tes rapid antigen untuk memastikan kondisi setiap pekerja sehat.
Tak disangka mayoritas pekerja dalam satu ruangan Tri, sapaan akrabnya, positif usai jalani tes. Beruntung bagi Tri, hasil tes yang dilakukan dia dan suaminya negatif.
Namun, itu belum cukup memberikan ketenangan. Sebab, anak Tri yang baru berusia lima bulan justru memperlihatkan indikasi terpapar COVID-19, dengan ciri-ciri sesak dan napas pendek ketika menghirup udara khususnya pada malam hari.
"Saya parno karena kasus lagi tinggi. Saya dan suami juga masih kerja di luar rumah jadi kan bisa saja membawa virus corona ke rumah, walaupun kitanya tidak sakit," ujar Tri ketika berbincang dengan IDN Times, Jumat (22/10/2021).
Tri pun jadi rajin membaca artikel dan pemberitaan di berbagai media massa terkait tanda-tanda seorang anak balita yang terpapar COVID-19. Dia sangat takut sang buah hati jadi salah satu dari ratusan ribu anak orang di Indonesia yang terinfeksi virus tersebut.
Tak ingin kecolongan, Tri meminta suaminya berbelanja vitamin yang dianjurkan para ahli kesehatan agar dikonsumsi selama pandemik untuk meningkatkan imun tubuh, seperti vitamin D dan vitamin C. Sayang, obat di sejumlah toko kes ludes. Bahkan di apotek besar antrean mengular karena masyarakat berebut mencari vitamin serupa.
Bingung harus mencari ke mana, Tri coba berselancar menggunakan ponsel mencari vitamin yang dianjurkan oleh pemerintah. Gojek pun menjadi pilihan karena di dalam aplikasi ini terdapat fitur GoMed yang bekerja sama dengan Halodoc.
"Sebelumnya saya cari di toko online gitu, tapi harganya jadi pada mahal. Nah terus saya ingat pernah baca ada fitur kesehatan di Gojek, pas dicek kita bisa beli obat atau vitamin. Saya langsung pesan mumpung stoknya masih ada," ungkap Tri.
Selain vitamin, dia juga membeli termometer untuk mengukur suhu tubuh sebagai antisipasi jika ada keluarga yang alami demam tinggi. Tri juga memesan disinfektan hingga penyanitasi tangan (hand sanitizer) dan minta langsung dikirim ke rumahnya hari itu juga demi meminimalisir penyebaran virus corona yang kian mengganas.
Kesehatan menjadi hal utama selama pandemik COVID-19. Salah satu cara yang bisa dilakukan agar tidak terpapar virus tersebut, yaitu menghindari kerumunan dan tetap menjaga jarak serta memakai masker jika harus bertemu orang lain.
Instruksi ini juga yang coba diterapkan Tri selama penerapan PPKM Darurat. Dia sebisa mungkin meminimalisir aktivitas di luar rumah termasuk berbelanja kebutuhan sehari-hari. Kekhawatirannya terpapar virus corona juga tak terlepas dari beberapa tetangga di dekat rumah kontrakannya yang bergiliran terkonfirmasi positif COVID-19.
Sebelum pandemik menerjang Indonesia, Tri biasanya menyempatkan waktu usai gajian datang ke supermarket dan membeli kebutuhan untuk satu bulan ke depan. Tapi, di saat seperti ini dia lebih memilih berbelanja secara daring.
Untuk memudahkan pembelian barang sesuai kebutuhan dan harga, Tri juga rajin memanfaatkan layanan GoMart dalam aplikasi Gojek. Lewat fitur itu dia bisa membandingkan sejumlah produk dalam beberapa supermarket. Selain itu ada juga minimarket dan toko khusus yang barangnya bisa didapat dengan mudah.
"Sekarang banyak yang supermarket sudah jualan online. Jadi kita ga harus datang ke sana buat belanja. Tinggal pilih sesuai keinginan apa yang mau dibeli. Mereka antara langsung ke rumah. Lebih praktis seperti ini kan," kata Tri.
Dengan segala kemudahan layanan digital, Tri bersyukur bisa menjaga kesehatan anak dan keluarganya meski penyebaran virus corona belum usai. Dia pun bisa melakukan berbagai aktivitas keseharian dengan tenang karena beragam kebutuhan bisa diakses dalam satu genggaman memanfaatkan layanan digital. Bekerja di rumah sekaligus mengurus keluarga jadi lebih mudah.
Baca Juga: GoTo IPO di Bursa Efek Indonesia Semester-I 2022
Baca Juga: Mengenal GoModal: Pinjaman Modal Usaha Untuk Mitra Usaha Gojek
Beradaptasi melindungi kesehatan dari virus corona
Sejak gelombang pandemik COVID-19 menerjang Indonesia pada 2021, penyesuaian aktivitas dilakukan demi meminimalisir penyebaran virus corona. Itu pula yang dilakukan para pengendara ojek online.
Yuni Suhartini misalnya. Wanita 38 tahun ini merupakan salah satu mitra Gojek yang berupaya beradaptasi untuk melayani pelanggan. Keinginan tersebut bak gayung bersambut ketika Gojek menerapkan program J3K, yakni Jaga Kesehatan, Kebersihan, dan Keamanan
Perusahaan ini ingin memastikan seluruh ekosistem termasuk mitra dan pelanggan dapat beraktivitas dan menjalani keseharian lebih produktif. Dengan program ini, diharap setiap mitra bisa menerapkan gaya hidup sehat terutama bagi mereka yang setiap hari berinteraksi dengan pelanggan.
Dari sisi kesehatan, setiap mitra pengemudi diwajibkan dalam penggunaan masker dan penyanitasi tangan. Sekarang para pengemudi pun dipakaikan penyekat guna meminimalisir penyebaran virus.
"Saya dapat bantuan biar bisa lebih sehat pas kerja mengantar penumpang atau barang. Vaksinasi juga dibantu kemudahan. Saya jadi merasa lebih aman pas kerja, bertemu pengguna, atau saat pulang ke rumah ketemu anak-anak," ujar Yuni saat berbincang dengan IDN Times di sela-sela waktu mencari konsumen.
Sudah enam tahun Yuni bekerja sebagai mitra pengemudi Gojek. Sebagai orang tua tunggal dengan dua anak yang harus dibiayai setiap hari, dia memacu motornya dari pagi hingga malam. Namun, gelombang pandemik yang menerjang Indonesia menjadi momok menyeramkan bagi Yuni dan keluarganya.
Pendapatan dia menurun drastis saat awal pandemik. Dari rata-rata bisa mendapat Rp150 ribu per hari, penghasilannya anjlok menjadi Rp50 ribu per hari. Bahkan ketika pemerintah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada April 2020, Gojek sempat menghapus sementara layanan penumpang bagi ojek online (GoRide). Ini menjadi pukulan bagi mitra karena tidak sedikit yang pendapatannya sangat minim, termasuk Yuni.
Hampir menyerah menjadi pengendara ojek online, Yuni melihat bahwa potensi di bidangnya masih lebih baik ketimbang dengan teman-temannya yang diberhentikan dari pekerjaan selama pandemik.
"Saat itu kalau saya nyerah mau nyari kerja di mana? Malah banyak yang kena PHK (pemutusan hubungan kerja). Saya coba bertahan dengan Gojek karena ini yang bisa menghidupi saya dan kedua anak," ungkapnya.
Perlahan tapi pasti angka kasus penyebaran virus corona melandai. Jumlah masyarakat yang divaksin pun semakin tinggi berdampak pada sedikitnya temuan baru warga terpapar COVID-19. Kondisi ini berdampak baik pada Yuni.
Menurutnya, dalam sebulan terakhir pendapatannya sudah kembali normal. Tetap menerapkan protokol kesehatan ketat selama bekerja, dia optimistis perekonomian keluarganya segera bangkit meski pandemik masih menghantui.
"Meski jumlahnya (pendapatan) belum banyak, yang penting kedua anak saya bisa makan dan yang satu bisa beres lah sekolahnya," kata Yuni.
Hingga saat ini, pemerintah masih memberlakukan PPKM Darurat di Jawa dan Bali dengan sejumlah relaksasi yang dilakukan. Larangan beraktivitas berlebihan membuat layanan jasa kian diminati masyarakat.
Pemakaian berbagai platform digital jadi hal krusial agar pandemik COVID-19 perlahan bisa diredam. Seiring pagebluk ini, Gojek berupaya mewujudkan komitmen dalam mencegah penyebaran virus corona kepada setiap mitra dan pelanggan.
Anandita Danaatmadja, VP Strategic Regional Gojek Central & West Java mengatakan, terdapat lima inisiatif yang menunjukkan keseriusan Gojek dalam menjaga keamanan ekosistem layanan termasuk mitra pengemudi. Inisiatif tersebut telah dilaksanakan selama masa pandemik dan diperkuat terutama pada masa PPKM Darurat.
Pertama, Gojek senantiasa ikut menyukseskan program vaksinasi massal bagi ratusan ribu mitra pengemudi. Statusnya dapat dilihat di aplikasi pelanggan Gojek bekerja sama dengan Halodoc dan otoritas pemerintahan terkait.
Kedua, penonaktifan sementara akun mitra pengemudi yang terkonfirmasi terpapar COVID-19. Mitra kemudian diwajibkan melapor melalui aplikasi, dengan melampirkan dokumen yang diperlukan.
Setelahnya mitra diminta untuk beristirahat selama 14 hari dan aplikasinya akan dinonaktifkan. Selama periode ini, Gojek akan memberikan kompensasi bantuan pendapatan secara tunai sebesar Rp1,4 juta untuk mitra roda dua dan Rp2,8 juta untuk mitra roda empat.
"Setelah melewati masa isolasi, mitra diminta melampirkan bukti tes negatif COVID-19 dari puskesmas ataupun fasilitas kesehatan lainnya. Kalau sudah nanti akunnya bisa diaktifkan lagi," ujar Anandita kepada IDN Times.
Ketiga, layanan dengan #ProteksiEkstra atau protokol kesehatan yang semakin diperketat. Sebelum mengaktifkan aplikasi, mitra pengemudi wajib melakukan deklarasi mengenai status kesehatan, melakukan disinfeksi kendaraan serta diminta melakukan verifikasi melalui swafoto terkait penggunaan masker.
Mitra pengemudi juga diimbau untuk menggunakan masker dua lapis. Bagi yang terpaksa melakukan perjalanan ke luar rumah, ratusan ribu armada GoCar dan GoRide telah dilengkapi sekat pelindung, maupun pelindung wajah tambahan pada kaca helm.
Keempat, teknologi Geofencing untuk cegah kerumunan. Sejak masa PSBB tahun lalu teknologi Geofencing telah diaktifkan untuk memastikan mitra tidak berkerumun saat menunggu pesanan. Mitra yang berulang kali kedapatan berkerumun, akan mendapatkan sanksi mulai dari peringatan di aplikasi sampai dengan suspensi atau penonaktifan akun sementara.
Kelima, prosedur pengantaran makanan atau paket tanpa kontak langsung. Contactless delivery atau pengantaran makanan dan paket tanpa kontak langsung terus menjadi protokol yang Gojek terapkan
Dengan program ini, pelanggan bisa membayar melalui layanan non-tunai (baik GoPay, PayLater ataupun kartu kredit), melalui obrolan otomatis meminta pengemudi meletakkan makanan atau paket di tempat tertentu seperti di pagar, lalu meminta pengemudi mengirimkan bukti fotonya kepada pelanggan.
Baca Juga: Ini Syarat dan Cara Daftar GoModal yang Perlu Mitra Usaha Gojek Tahu!