TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Surplus, Harga Beras di Jabar Belum Turun Signifikan

Masyarakat ingin harga beras turun lagi

Dok. Pemprov Jabar

Bandung, IDN Times - Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu daerah yang menghasilkan beras paling tinggi di Indonesia. Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin menuturkan sejumlah pusat pertanian beras masih berproduksi tinggi salah satunya di Desa Ciasem, Kabupaten Subang, yang mampu menghasilkan padi mencapai 9 juta ton dalam satu hektare.

Hal ini disampaikan Bey usai mendampingi Presiden Joko Widodo pada panen raya di desa tersebut . Usai meninjau kegiatan panen raya, Bey menegaskan bahwa cadangan beras di Provinsi Jawa Barat aman hingga akhir tahun 2023.

“Jawa Barat masih surplus sekitar 1,2 juta ton. Jadi saya rasa cadangan beras di Jabar aman hingga akhir tahun,” kata dia melalui siaran pers dikutip IDN Times, Minggu (8/10/2023).

1. Jumlah produksi beras lebih tinggi dari konsumsi

ilustrasi petani (pexels.com/Sorapong Chaipanya)

Bey menjelaskan bahwa hal tersebut terlihat dari proyeksi jumlah produksi beras yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah konsumsi beras masyarakat hingga bulan November 2023.

“Hingga November ini diperkirakan di Jabar menghasilkan sekitar 8,6 juta ton gabah kering giling. Ini setara dengan produksi beras sebesar 4,9 juta ton. Sementara konsumsi sampai bulan November diperkirakan sebesar 3,6 juta ton,” jelas Bey.

Ia menyebut pula bahwa Jabar memiliki luas panen sekitar 1,5 juta he dari 10,4 juta ha luas panen secara nasional. Namun dari luas tersebut, Jabar mampu memberikan kontribusi sebesar 17 persen produksi beras nasional.

“Jadi secara lahan kurang lebih 10 persen, tetapi secara produksi, Jawa Barat menyumbang 17 persen, jadi di atas rata-rata nasional,” sebutnya.

2. Belum bisa tekan harga beras di pasaran

Ilustrasi beras (vecteezy.com/chormail153750)

Meski jadi salah satu lumbung padi, harga beras di Jawa Barat nyatanya masih tinggi. Sejauh ini Disperindag Jawa Barat bersama Satgas Pangan dari kepolisian terus melakukan pengawasan untuk memastikan kenaikan harga beras yang terjadi saat ini, bukan dirancang oleh oknum tertentu.

Noneng menambahkan kenaikan harga beras paling tinggi terjadi di Kabupaten Bekasi, di mana beras premium mencapai Rp14 ribu per kilogram (kg) dan medium di Rp12 ribu per kg, meski saat ini secara merata sudah ada penurunan, kendati belum sepenuhnya normal.

"Sudah flat (penurunan), tapi masih tinggi," ucapnya.

Dia menilai sudah mulai terjadi penurunan harga, walau belum maksimal Hal itu tidak lepas dari upaya pemerintah pusat melalui bantuan pangan beras bagi 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM) se-Indonesia, di mana 4,1 juta di antaranya ada di Jawa Barat.

"Kelihatannya seperti itu. Tidak ada lagi kenaikan. Tapi masih tinggi," kata Noneng. Dengan tingginya harga beras yang turut menjadi faktor inflasi, Noneng memastikan dengan perkembangan situasi yang ada, tidak akan mempengaruhi tingkat inflasi secara signifikan, karena ada beberapa komoditas yang tidak naik atau bahkan ada yang turun harga.

"Inflasi itu agregasi dari kenaikan keseluruhan harga dalam kurun waktu. Kalau cuma 1-2 komoditi, belum tentu menyebabkan inflasi. Beras cukup besar, sekarang masih terkendali. Yang lain sangat terkendali, seperti ayam, telur sudah turun," tuturnya

Baca Juga: Kenaikan Harga Beras Bisa Berdampak pada Nilai Inflasi di Jawa Barat

Baca Juga: Antisipasi Dampak El Nino, Sulsel Percepat Masa Tanam Padi

Berita Terkini Lainnya