TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Miris! Impor Alat Kesehatan di Indonesia Capai 94%

Peneliti dari Indonesia berlomba ciptakan alat kesehatan

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Sejumlah peneliti dari Indonesia mulai berlomba membuat berbagai peralatan medis, khususnya yang berkaitan dengan pandemik virus corona (COVID-19). Di Jawa Barat, banyak kampus mulai meneliti dan memproduksi alat kesehatan tersebut untuk menolong masyarakat di massa pandemik ini.

Menteri Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan, kebutuhan akan alat kesehatan produksi dalam negeri amat penting, terlebih di saat seperti ini. Berkaca dari kejadian beberapa waktu lalu di saat sejumlah rumah sakit kekurangan alat ventilator hingga alat rapid test yang minim, membuat penanganan COVID-19 amat sulit.

"Dengan melihat analogi berperang (melawan pandemik) maka ini menjadi dasar inovasi harus ditingkatkan selama massa pandemik," ujar Bambang dalam acara Bakti Inovasi Indonesia Untuk Penanggulangan COVID-19 di Provinsi Jawa Barat, Selasa (8/12/2020).

1. Indonesia terlalu terbuai dengan kemudahan beli produk impor

IDN Times/Debbie Sutrisno

Menurutnya, inovasi harus dilakukan dan dikembangkan tidak hanya ketika ada kejadian luar biasa seperti pandemik COVID-19. Selama ini Indonesia sudah terlalu terbuai dengan kemudahan produk impor untuk berbagai sektor, termasuk alat kesehatan.

Saking ketergantungannya, alat kesehatan di Indonesia sekarang 94 persen merupakan buatan luar negeri. Mulai dari alat canggih hingga yang paling sederhana didatangkan secara impor. Padahal, untuk alat sederhana sebenarnya peneliti dari Indonesia.

"Sekarang baru ada kesadaran untuk buat alat di dalam negeri. Kita sudah keenakan impor dan ekosistem (untuk membuat alat) tidak terbentuk. Makanya inginya beli ke luar negeri," papar Bambang.

2. Riset dalam negeri harus menghasilkan solusi untuk masyarakat

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bambang pun menegaskan bahwa berbagai riset yang dilakukan para peneliti baiknya bisa berdampak pada solusi untuk masyarakat. Selama ini masih banyak periset yang melakukan penelitian sesuai keinginan mereka saja, sesuai selera.

Peneliti tidak mengembangkan alat yang relevan dengan kondisi lingkungan sekarang. Produk dari penelitian harus mampu menekan angka impor yang selama ini terus melambung.

"Inovasi ini harus konkrit hasilnya. Walaupun memang kita belum bisa secara cepat menuju ke sana karena industri pun belum ke sana. Investasi dalam penelitian ini memang butuh banyak anggaran dan waktu yang lama," kata Bambang.

Berita Terkini Lainnya