Menteri Teten Imbau Pemda Bantu UMKM Gunakan Teknologi dan e-Commerce
Kurangi ketergantungan pada produk luar negeri
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki meminta pemerintah daerah bisa mendorong pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) bisa memanfaatkan akses teknologi dan perdagangan online (e-commerce) dalam berwirausaha. Sistem tersebut bisa membuat UMKM mampu bertahan bahkan berekspansi pada masa pandemik COVID-19.
Adopsi teknologi dan inovasi digital berpotensi untuk meningkatkan ketahanan, produktifitas, dan pemulihan ekonomi. Ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai Rp5.400 triliun di tahun 2020-2030 dan menjadi yang tebesar di Asia Tenggara.
"Kita optimistis target 30 juta UMKM masuk ekosistem digital pada tahun 2024 dapat tercapai, termasuk di dalamnya target 1 juta produk UMKM on-boarding dalam e-katalog belanja pemerintah pusat dan daerah di tahun 2022," ujar Teten dalam peringatan Hari UMKM Nasional 2022 dengan tema UMKM Juara dengan Digital di Kota Bandung, Jumat (12/8/2022).
1. UMKM buat perekonomian Indonesia kuat di tengah himpitan ekonomi dunia
Menurutnya, perekonomian Indonesia saat ini mampu tumbuh pulih pada semester I 2022 mencapai 5,44 persen. Capaian ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan fiskal, moneter dan sektor riil untuk mempertahankan perekonomian domestik seperti program sosial, pemberian subsidi, suku bunga dan penguatan produk dalam negeri khususnya UMKM dalam beberapa kementerian dan lembaga.
Selain itu program digitalisasi yang sangat massif juga telah membuat UMKM mampu bertahan dan bahkan berekspansi pada masa pandemik. Kemenkop UKM mencatat dalam dua tahun pandemi ini mendorong UMKM bertransformasi digital, 19 juta UMKM saat ini masuk dalam ekosistem digital, tumbuh sekitar 137 persen dari sebelum pandemik.
Saat Ini tidak hanya e-commerce yang bertumbuh, platform lainnya, seperti penyelenggaraan pendidikan berbasis teknologi (edutech), properti berbasis teknologi (property-tech), transportasi online (ride hailing), dan pelayanan kesehatan berbasis teknologi (healthtech).
"Pada 2030, nilai transaksinya diperkirakan mencapai masing-masing Rp160,4 triliun, Rp575 triliun, Rp202,4 triliun, Rp401 triliun, dan Rp471,6 triliun," kata dia.