TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kota Bandung Diprediksi Kekeringan Air Tanah 50 Tahun Mendatang

Penggunaan air tanah bisa membuat penurunan permukaan tanah

IDN Times/Muhamad Iqbal

Bandung, IDN Times - Penggunaan air tanah di Kota Bandung saat ini masuk dalam kategori kritis. Sebabnya, mayoritas masyarakat, perusahaan, dan industri dalam berbagai skala terlalu banyak menyedot air. Jika dibiarkan, maka dalam 50 tahun ke depan diprediksi tidak akan ada lagi air tanah yang bisa digunakan.

Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Mitigasi Hub, Heri Andreas, menuturkan dalam penelitian yang dilakukan sejumlah pihak air tanah di Kota Bandung memang semakin sedikit. Penggunaan air tanah yang semakin masif tidak sebanding dengan penyerapan air di daerah penangkapan untuk kemudian dialirkan ke perkotaan melalui sela-sela tanah.

Heri mencontohkan, untuk keperluan air sehari-hari masyarakat seharusnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) bisa memenuhi dari pengolahan air permukaan yang mengalir seperti dari sungai. Namun, pada kenyataannya PDAM juga selama ini mengambil air dari tanah karena dianggap lebih praktis dan biaya yang dikeluarkan lebih murah.

"Jadi permasalahannya itu orang semakin banyak, kebutuhan air juga bertambah, tapi PDAM tidak bisa menyediakan air kecuali itu dari air tanah," ujar Heri dalam diskusi Ngobrol Serius Kebencanaan  diTaman Hutan Raya (Tahura) Djuanda, Sabtu (3/8).

1. Pengambilan air yang berlebihan berdampak pada penurunan permukaan tanah

IDN Times/Istimewa

Heri menjelaskan, pengambilan air yang berlebihan bisa berdampak pada penurunan permukaan tanah, karena air yang terdapat dalam sela-sela tanah semakin habis. Dengan demikian perlahan tapi pasti tanah terdorong ke bawah.

Persoalan ini kemudian bisa membuat kepadatan tanah bertambah yang membuat air tidak bisa masuk ke sela-sela tanah. Alhasil air tidak tertampung dan krisis air akan segera dimulai.

2. Bandung berada pada peringkat ketika penurunan permukaan tanah se-Indonesia

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Berdasarkan data yang dihimpun, Heri menyebut Bandung saat ini menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan penurunan muka tanah terparah di Indonesia. Penurunan muka tanah di Bandung mencapai 1-10 cm per tahun.

"Jakarta justru berada di bawah Bandung. Cuman karena Ibu Kota jadi saja ramai sama pemberitaan," ujar Heri.

Dengan hitung-hitungan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan air dari pertumbuhan ekonomi dan jumlah masyarakat yang ada di Bandung, maka krisis air Kota Bandung dalam 50-100 bisa terjadi.

Sementara itu, untuk posisi pertama daerah yang mengalami penurunan muka tanah tercepat adalah Pekalongan. Di daerah tersebut pemerintah daerah dan masyarakat terlalu enak melakukan penggunaan air tanah sehingga permukaan tanah turun dalam waktu cepat.

Kota kedua yang juga menggunakan air tanah dalam jumlah besar adalah Semarang. Jika kedua daerah ini terus melakukan hal tersebut maka bencana seperti banjir rob makin mudah terjadi.

3. Tempat tangkapan air di Kawasan Bandung Utara semakin menurun

IDN Times/Debbie Sutrisno

Kebutuhan air di perkotaan salah satunya tergantung dari tangkapan air yang ada di kawasan bandung utara. Selama ini kawasan tersebut menjadi penunjang utama kebutuhan air dalam jangka waktu panjang.

Sayangnya, kawasan Bandung utara (KBU) saat ini semakin tergerus oleh berbagai bangunan. Pohon-pohon yang seharusnya bisa menyerap dan menangkap air pun tergantikan. Alhasil air yang mengalir dari hutan tidak bisa masuk ke tanah dan langsung meluncur ke perkotaan. Dampak dari persoalan ini adalah banjir di Kota Bandung.

Sedangkan penggunaan air permukaan tidak bisa diandalkan oleh masyarakat maupun industri. Sebab kondisinya kotor dan tidak bisa diolah. Sungai Citarum, Ciliwungm, atau Cisanti yang mengalir ke Bandung selama ini tak termanfaatkan karena limbah yang terdapat dalam sungai tersebut.

"Selain itu situ-situ di kota yang selama ini jadi tempat menampung air juga sudah berubah bentuk jadi bangunan," papar Heri.

Baca Juga: 74 Desa di Bojonegoro Terdampak Kekeringan, BPBD Droping Air

Baca Juga: BNPB Mengidentifikasi Sejumlah Wilayah Indonesia Siaga Kekeringan

Berita Terkini Lainnya