Kota Bandung Diprediksi Kekeringan Air Tanah 50 Tahun Mendatang
Penggunaan air tanah bisa membuat penurunan permukaan tanah
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Penggunaan air tanah di Kota Bandung saat ini masuk dalam kategori kritis. Sebabnya, mayoritas masyarakat, perusahaan, dan industri dalam berbagai skala terlalu banyak menyedot air. Jika dibiarkan, maka dalam 50 tahun ke depan diprediksi tidak akan ada lagi air tanah yang bisa digunakan.
Peneliti dari Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Mitigasi Hub, Heri Andreas, menuturkan dalam penelitian yang dilakukan sejumlah pihak air tanah di Kota Bandung memang semakin sedikit. Penggunaan air tanah yang semakin masif tidak sebanding dengan penyerapan air di daerah penangkapan untuk kemudian dialirkan ke perkotaan melalui sela-sela tanah.
Heri mencontohkan, untuk keperluan air sehari-hari masyarakat seharusnya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) bisa memenuhi dari pengolahan air permukaan yang mengalir seperti dari sungai. Namun, pada kenyataannya PDAM juga selama ini mengambil air dari tanah karena dianggap lebih praktis dan biaya yang dikeluarkan lebih murah.
"Jadi permasalahannya itu orang semakin banyak, kebutuhan air juga bertambah, tapi PDAM tidak bisa menyediakan air kecuali itu dari air tanah," ujar Heri dalam diskusi Ngobrol Serius Kebencanaan diTaman Hutan Raya (Tahura) Djuanda, Sabtu (3/8).
1. Pengambilan air yang berlebihan berdampak pada penurunan permukaan tanah
Heri menjelaskan, pengambilan air yang berlebihan bisa berdampak pada penurunan permukaan tanah, karena air yang terdapat dalam sela-sela tanah semakin habis. Dengan demikian perlahan tapi pasti tanah terdorong ke bawah.
Persoalan ini kemudian bisa membuat kepadatan tanah bertambah yang membuat air tidak bisa masuk ke sela-sela tanah. Alhasil air tidak tertampung dan krisis air akan segera dimulai.
Baca Juga: 74 Desa di Bojonegoro Terdampak Kekeringan, BPBD Droping Air
Baca Juga: BNPB Mengidentifikasi Sejumlah Wilayah Indonesia Siaga Kekeringan