TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

PLN Perlu 40 Tahun untuk Transisi Energi

Transisi energi juga perlu biaya yang sangat mahal

Ilustrasi energi listrik terbarukan. (Pixabay.com/bones64)

Bandung, IDN Times - Puncak pertemuan KTT G20 akan menjadi momentum bagi status transisi energi sekaligus upaya Indonesia untuk meninggalkan sumber energi yang tak ramah lingkungan. Transisi energi seakan telah menjadi keharusan, mengingat perubahan iklim yang sangat terasa dari kenaikan suhu global di pertengahan abad 20 hingga saat ini.

Terkait kondisi itu, PLN bertindak dengan menambah bauran energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi 23 persen pada tahun 2025.

Masalahnya, mencapai target ini perlu ongkos tak kecil. PLN memproyeksikan untuk menambah EBT, biaya kompensasi, dan subsidi listrik naik sekitar 104 persen menjadi rata-rata Rp185,7 triliun rupiah per tahun dari 2025 ke 2030.

Di sisi lain, masyarakat pun perlu disadarkan tentang pentingnya transisi energi bagi lingkungan kita.

1. Ada 89,9 persen masyarakat Indonesia masih bergantung pada listrik

Ilustrasi listrik (IDN Times/Arief Rahmat)

Head of Katadata Insight Center Adek Media Roza mengatakan bahwa ia dan timnya telah melakukan survey pada 26 Februari sampai 6 Maret 2022 yang menyasar pemahaman masyarakat tentang transisi energi.

Dari survey dengan metode online dan non-probability sampling ini, diperoleh hasil sebanyak 89,9 persen masyarakat Indonesia masih sangat tergantung pada listrik. Itu berarti listrik adalah energi yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia.

“Hasil survey juga menunjukkan respons masyarakat akan kinerja pemerintah yang dianggap kurang memprioritaskan pengembangan energi terbarukan,” kata dia dalam webinar IDE Katadata 2022, dengan tema Indonesia's Readiness Towards Energy Transition, Rabu (6/4/2022).

Melalui survey ini, dapat disimpulkan jika sebenarnya masyarakat berharap pemerintah lebih berkomitmen dan dapat melakukan aksi nyata dalam hal transisi energi menuju energi terbarukan.

2. Masyarakat beranggapan jika transisi energi harus ramah lingkungan

ilustrasi gambar oleh Angèle Kamp @angelekamp

Bagi masyarakat, unsur utama yang harus dipenuhi dalam energi terbarukan adalah ramah lingkungan dan aman bagi makhluk hidup.

“Respons ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai memahami apa itu energi terbarukan dan pentingnya transisi menuju energi terbarukan di Indonesia,” ujar Adek.

Maka itu, banyak pihak berpendapat jika memang kini sudah saatnya pemerintah serius mengolah kebijakan terkait dengan transisi energi.

3. Transisi energi baru bisa dilakukan dalam waktu 40 tahun

Petugas PLN (Dok.IDNTimes/PLN)

Executive Vice President (EVP) Perencanaan Sistem Ketenagalistrikan PLN Edwin Nugraha mengatakan, transisi energi tidak bisa dilakukan dalam satu sampai dua tahun, tapi selama 40 tahun. Hal itu ia katakan berdasarkan data yang PLN kantongi.

“Pertama tentu perlu kita pahami bersama bahwa transisi energi bukan berbicara satu dua tahun, tapi berbicara sampai 40 tahun. Transisi energi ini dilakukan dari sekarang sampai tahun 2060, yang Insya Allah nanti akan kita dapatkan karbon netral,” tutur Edwin, dalam acara yang sama.

Menurut dia, ada tiga tahapan yang bisa dilakukan dalam menuju transisi energi, yaitu tahapan di tahun 2030 ke atas, kemudian tahapan hingga tahun 2030 ketika Indonesia akan mencapai bauran EBT sebesar 29 persen, dan tahapan hingga tahun 2025 saat Indonesia mengejar target 23 persen bauran EBT.

Baca Juga: Jadi Perusahaan Energi Global, Pertamina Prioritaskan Transisi Energi 

Baca Juga: 5 Misi Besar PLN Wujudkan Net Zero Emission 2060 Lewat Transisi Energi

Baca Juga: Luhut Ungkap Tiga Hal yang Dibahas dalam Forum Transisi Energi G20

Berita Terkini Lainnya