Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Pesan Ulama Sufi agar Rezeki Berkah dan Hidup Tenang

Ilustrasi generatedwithAI
Ilustrasi generatedwithAI
Intinya sih...
  • Rezeki berkah ada dalam Shalat Dhuha, bukan hanya dari kerja keras.
  • Cahaya kubur ada dalam shalat malam, bisa menjadi penerang hati di tengah kesibukan.
  • Jawaban munkar dan nakir ada dalam Al-Qur'an, membiasakan hati dengan keyakinan yang kuat.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap orang mencari hidup yang tenang, rezeki berkah, dan keselamatan di akhirat. Ada banyak cari bagi kita untuk mendapatkan inspirasi tentang ketenangan hidup, salah satunya adalah menyerap pandangan-pandangan sufistik.

Ulama sufi Syaiqîq al-Balkhî mengungkap lima amalan sederhana yang bisa menjadi kunci semua itu.

Apa saja lima hal yang dimaksud? Simak di bawah ini, ya!

Jejak Hikmah dari Ulama Sufi

Dalam sejarah Islam klasik, ada banyak mutiara hikmah dari para ulama yang tetap relevan hingga hari ini. Salah satunya datang dari Syaiqîq al-Balkhî, seorang ulama sufi besar yang hidup di abad ke-2 Hijriah. Beliau berasal dari Balkh (wilayah Afghanistan sekarang) dan dikenal sebagai murid dari Ibrâhîm bin Adham, tokoh zuhud yang masyhur.

Wejangan Syaiqîq banyak tercatat dalam kitab-kitab tasawuf, termasuk Ihyâ’ ‘Ulum al-Dîn karya Imam al-Ghazali. Salah satu pesan terkenalnya berbunyi:

"Kami mencari lima perkara, lalu kami menemukannya dalam lima hal..."

Lalu ia menjelaskan bahwa apa yang sering dikejar manusia—rezeki, cahaya, keselamatan, dan naungan—sesungguhnya bisa ditemukan lewat amal sederhana. Mari kita kupas satu per satu agar lebih mudah dicerna dalam kehidupan kita hari ini.

1. Rezeki berkah ada dalam Shalat Dhuha

Kebanyakan orang mengira rezeki hanya bisa didapat lewat kerja keras siang dan malam. Tapi Syaiqîq mengingatkan: keberkahan rezeki justru ada dalam shalat Dhuha. Shalat ini dikerjakan di waktu pagi, saat sebagian orang masih sibuk dengan rutinitas duniawi.

Bukan berarti Shalat Dhuha membuat uang jatuh dari langit, melainkan ia menjadi pintu keberkahan. Banyak orang yang konsisten mengerjakan Dhuha merasakan rezekinya cukup, hatinya tenang, dan pekerjaannya dimudahkan.

Jadi, selain ngopi pagi atau meeting online, coba sisipkan waktu dua sampai empat rakaat shalat Dhuha.

2. Cahaya kubur ada dalam shalat malam

Kubur sering digambarkan sebagai tempat yang gelap. Lalu bagaimana cara menyiapkan cahaya di sana? Jawabannya adalah shalat malam (qiyamul lail).

Di era sekarang, banyak orang yang sulit tidur karena sibuk scroll media sosial atau overthinking. Mengubah sedikit saja kebiasaan—bangun 15 menit sebelum subuh untuk shalat malam—bisa jadi penerang kubur sekaligus obat hati.

Shalat malam bukan hanya amalan berat untuk para ulama, tapi juga peluang emas buat anak muda yang ingin punya “spiritual recharge” di tengah kesibukan.

3. Jawaban munkar dan nakir ada dalam Al-Qur'an

Dalam ajaran Islam, setiap orang kelak akan ditanya malaikat Munkar dan Nakir di alam kubur: “Siapa Tuhanmu? Siapa Nabimu? Apa agamamu?” Jawaban itu bukan sekadar hafalan, tapi hasil pembiasaan hati.

Syaiqîq berkata, jawaban terbaik ada dalam bacaan Al-Qur’an. Saat kita terbiasa membaca dan merenungkan Al-Qur’an, hati akan terisi dengan keyakinan yang kuat. Sehingga ketika ditanya, mulut kita tidak terbata-bata.

Praktiknya bisa dimulai sederhana: satu halaman setiap hari, atau ikut kajian tafsir mingguan. Dengan begitu, Al-Qur’an bukan hanya jadi pajangan di rak, tapi penolong setia di akhirat.

4. Keselamatan di shirath ada dalam puasa dan sedekah

Jembatan shirath (jalan) di akhirat digambarkan lebih tipis dari rambut dan lebih tajam dari pedang. Menyeberanginya bukan perkara mudah. Menurut Syaiqîq, bekal terbaik adalah puasa dan sedekah.

Puasa mengajarkan kita menahan diri, dan sedekah mengajarkan kita berbagi. Keduanya adalah latihan agar kita lebih ringan melangkah di hadapan Allah.

Dalam konteks sekarang, puasa bukan hanya Ramadhan. Kita bisa menambah dengan Senin-Kamis atau Ayyamul Bidh. Sedekah pun tidak harus menunggu kaya, bisa dengan transfer kecil lewat QRIS masjid atau sekadar berbagi makanan.

5. Naungan arsy ada dalam khalwat

Hari kiamat adalah hari terik, ketika semua manusia mencari naungan. Syaiqîq mengingatkan bahwa naungan arsy Allah diberikan kepada orang yang menyendiri dalam ibadah (khalwat).

Khalwat bukan berarti lari dari dunia, tapi menyediakan waktu khusus untuk fokus kepada Allah. Bisa berupa tahajud sendirian, dzikir di kamar, atau sekadar menutup gawai sejenak lalu berdialog dengan Tuhan.

Di zaman serba riuh ini, khalwat justru menjadi kebutuhan jiwa. Menyepi bukan berarti antisosial, melainkan cara menyehatkan batin agar tetap kuat menghadapi hiruk pikuk dunia.

Amal Sederhana, Dampak Luar Biasa

Pesan Syaiqîq al-Balkhî ini memberi kita peta sederhana menuju ketenangan hidup: shalat Dhuha untuk rezeki, shalat malam untuk cahaya kubur, Al-Qur’an untuk jawaban malaikat, puasa dan sedekah untuk keselamatan akhirat, serta khalwat untuk naungan Arsy.

Semua itu bukanlah amalan mustahil. Ia bisa dimulai dari rutinitas sehari-hari, dari hal kecil yang kita lakukan dengan ikhlas.

Di tengah zaman yang serbacepat dan penuh distraksi, wejangan ulama sufi ini adalah pengingat bahwa hal besar dalam hidup ternyata bisa ditemukan dalam amal-amal kecil yang konsisten.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Galih Persiana
EditorGalih Persiana
Follow Us

Latest Life Jawa Barat

See More

4 Kesalahan saat Memilih Motor Pertama Kali, Awas Salah Beli!

10 Sep 2025, 21:00 WIBLife