5 Penyebab Insecurity Tumbuh di Lingkungan Kerja, Bisa Berakibat Fatal

- Gaya kepemimpinan otoriter menciptakan tekanan dan merusak kreativitas karyawan.
- Persaingan tidak sehat antar-rekan kerja menghilangkan rasa percaya dan memicu perasaan gak aman.
- Minimnya apresiasi terhadap kinerja membuat karyawan merasa tidak dihargai dan kehilangan kepercayaan diri.
Rasa percaya diri merupakan salah satu modal penting dalam menjalani kehidupan kerja. Sayangnya, banyak orang yang justru tumbuh dengan rasa insecure karena kondisi lingkungan yang kurang mendukung.
Lingkungan kerja yang seharusnya jadi ruang untuk berkembang malah bisa menjadi tempat yang penuh tekanan, terutama ketika muncul faktor-faktor yang memicu perasaan gak nyaman. Jika hal ini dibiarkan, efeknya bukan hanya menghambat produktivitas, tapi juga berpotensi merusak kesehatan mental.
Insecurity di tempat kerja bukanlah hal sepele. Perasaan minder, takut salah, atau merasa gak pernah cukup bisa muncul dari banyak aspek, mulai dari gaya kepemimpinan, relasi antar rekan kerja, sampai sistem yang berlaku dalam perusahaan.
Meskipun sering dianggap wajar, kondisi ini bisa membawa dampak fatal kalau terus berlangsung dalam jangka panjang. Mari telusuri beberapa penyebab utama yang membuat rasa insecure tumbuh subur di lingkungan kerja.
1. Gaya kepemimpinan yang otoriter

Pemimpin yang terlalu otoriter seringkali menciptakan atmosfer kerja penuh ketegangan. Ketika setiap keputusan hanya dipusatkan pada satu orang tanpa ruang diskusi, karyawan akan merasa seolah suara mereka gak punya nilai.
Akibatnya, muncul rasa ragu dalam mengambil inisiatif karena takut dianggap melawan atau salah langkah. Lingkungan seperti ini biasanya menekan kreativitas dan membuat karyawan merasa gak pernah cukup baik.
Selain itu, pemimpin yang hanya fokus pada hasil tanpa mengapresiasi proses kerja bisa memperburuk kondisi. Karyawan merasa terjebak dalam situasi serba salah di mana usaha keras mereka gak pernah dianggap berarti.
Lama-kelamaan, kepercayaan diri akan terkikis, dan muncullah perasaan insecure yang menghambat performa. Pola seperti ini tidak hanya merugikan individu, tapi juga menghambat pertumbuhan tim secara keseluruhan.
2. Persaingan tidak sehat antar-rekan kerja

Persaingan memang bisa memacu semangat, tapi kalau sudah mengarah ke persaingan gak sehat, dampaknya bisa sangat merugikan. Rekan kerja yang saling menjatuhkan, menyebarkan gosip, atau menutupi informasi demi kepentingan pribadi akan menciptakan suasana yang penuh kecurigaan.
Dalam kondisi seperti ini, rasa percaya antar anggota tim akan hilang. Perasaan gak aman akhirnya berkembang menjadi insecure karena karyawan merasa gak tahu siapa yang benar-benar mendukung dan siapa yang menunggu untuk menjatuhkan.
Bahkan, sekadar melakukan kesalahan kecil bisa jadi bahan pergunjingan. Kondisi seperti ini membuat individu semakin enggan berkontribusi maksimal, karena rasa takut jauh lebih besar daripada motivasi untuk berkembang.
3. Minim apresiasi terhadap kinerja

Setiap orang butuh pengakuan atas usaha yang sudah dilakukan. Namun, ketika hasil kerja terus diabaikan atau dianggap hal yang biasa saja, rasa kecewa bisa berubah menjadi perasaan gak dihargai.
Situasi ini akan menumbuhkan pikiran bahwa kontribusi yang diberikan tidak berarti bagi tim maupun perusahaan.
Minimnya apresiasi membuat karyawan sulit merasa percaya diri dengan kemampuannya sendiri. Semakin lama, mereka akan ragu apakah usaha yang diberikan benar-benar bermanfaat atau hanya sekadar rutinitas yang tak ada nilainya.
Inilah yang menjadi celah besar bagi insecurity tumbuh semakin kuat, karena individu merasa posisinya gak penting di mata orang lain.
4. Standar kinerja yang tidak realistis

Perusahaan memang perlu target, tapi standar kinerja ditetapkan terlalu tinggi justru bisa merusak semangat. Karyawan akan merasa terbebani karena apapun yang dilakukan selalu dianggap gak cukup.
Ketika standar yang diberikan gak sesuai dengan kapasitas dan sumber daya yang tersedia, tekanan psikologis jadi sulit dihindari.
Hal ini membuat karyawan merasa selalu gagal meski sudah berusaha keras. Situasi seperti ini menciptakan lingkaran negatif: makin berusaha, makin merasa gagal, lalu makin insecure.
Bukan hanya mental yang terganggu, kondisi ini juga bisa menurunkan kualitas kerja secara drastis karena rasa takut jauh lebih besar daripada motivasi.
5. Kurangnya dukungan dan rasa kebersamaan

Lingkungan kerja yang sehat membutuhkan dukungan dari semua pihak. Namun, ketika budaya saling membantu dan kebersamaan gak terbentuk, karyawan akan merasa sendirian menghadapi segala tantangan.
Rasa terisolasi ini memicu perasaan gak berharga, karena mereka merasa gak punya tempat untuk bersandar.
Ketiadaan dukungan juga membuat individu lebih sulit bertahan menghadapi tekanan. Mereka menjadi lebih mudah ragu pada kemampuan sendiri, karena gak ada yang memberikan validasi atau motivasi.
Dalam jangka panjang, kondisi ini memperkuat rasa insecure sekaligus melemahkan ikatan antar rekan kerja.
Insecurity di lingkungan kerja bukan hanya soal mental individu, tapi juga cerminan dari budaya perusahaan. Faktor-faktor seperti kepemimpinan yang otoriter, persaingan tidak sehat, hingga minimnya apresiasi adalah penyebab utama yang perlu disadari bersama.
Tanpa penanganan yang tepat, situasi ini bisa berakibat fatal, baik bagi karyawan maupun perusahaan.
Membangun lingkungan kerja yang sehat berarti menciptakan ruang aman bagi semua orang untuk tumbuh. Ketika rasa aman dan percaya diri hadir, produktivitas serta kualitas kerja akan meningkat dengan sendirinya.
Jadi, penting sekali untuk bersama-sama menciptakan budaya kerja yang saling mendukung dan memberdayakan.