Ekstrak Etanol dari Kencur Bermanfaat untuk Cegah Sariawan
Penemuan ini didapat Dosen dari Unpad
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Sebagian masyarakat Indonesia sudah mengenal tanaman kencur memiliki khasiat anti-radang atau mampu mengatasi nyeri. Tanaman ini pun banyak dipakai mengobati bagian tubuh yang bengkak, obat batuk tradisional, hingga terapi sariawan.
Khasiat kencur sebagai anti-inflamasi ini kemudian diteliti lebih lanjut oleh Dosen Departemen Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dr. Indah Suasani Wahyuni, Sp.PM(K). Dia meneliti lebih lanjut khususnya di bidang penanganan masalah kesehatan mulut.
Kendati berdasarkan pengetahuan lokal dan didukung dengan literatur berbasis evidence-based kencur dapat digunakan untuk terapi sariawan, sangat sedikit yang menjelaskan mengenai khasiat kencur dalam mengobati masalah kesehatan mulut.
Hal ini mendorong Indah melakukan penelitian untuk keperluan disertasinya pada Program Doktor Farmasi di Unpad. Dalam risetnya, Indah meneliti tentang pengujian ekstrak etanol kencur dalam mengambat enzim Siklooksigenase (COX) pada ulserasi di mukosa mulut.
Pengembangan kencur sebagai anti-inflamasi untuk ulserasi di mukosa mulut didukung dengan ketersediaan bahan bakunya. Indah menemukan daerah pertanian yang menghasilkan kencur di Desa Buniayu, Kecamatan Cagak, Kabupaten Subang.
“Secara teoritis dan kesediaan bahan bakunya memadai, maka kencur cocok dan dapat dikembangkan sebagai obat,” kata Indah dikutip dari laman Unpad.ac.id, Minggu (17/4/2022).
1. Kencur yang dipanen di musim hujan miliki metabolit sekunder lebih tinggi
Langkah awal yang dilakukan Indah adalah melakukan melakukan determinasi tanaman. Pada tahap ini, Indah memastikan terlebih dahulu taksonomi dari tanaman dan rimpangnya, sehingga memiliki sertifikat determinasi yang resmi.
Selanjutnya adalah penyiapan bahan baku berupa rimpang kencur segar untuk dilakukan ekstraksi menggunakan etanol 70 persen. Dalam hal ini, Indah menggunakan dua jenis kencur yang memiliki perbedaan musim panen.
Satu kencur merupakan hasil panen di musim hujan sedangkan satu lagi merupakan hasil panen di musim kemarau. Penggunaan dua jenis kencur ini dilakukan untuk melihat terhadap jumlah metabolit sekunder dari ekstrak etanol kencur tersebut.
Metabolit sekunder diperlukan tanaman untuk bertahan menghadapi lingkungan dan akan menentukan seberapa besar kandungan flavonoid dan metabolit sekunder lainnya pada ekstrak etanol rimpang kencur tersebut.
Melalui pengujian dua jenis kencur tersebut, Indah menemukan kencur yang dipanen di musim hujan memiliki jumlah metabolit sekunder yang lebih banyak. Ketersediaan air yang cukup di musim hujan membuat rimpang kencur mampu bertahan hidup dengan baik, sehingga potensi untuk menghasilkan metabolit sekunder bisa lebih maksimal.
“Sementara pada saat musim kemarau tanaman/rimpang cenderung untuk berusaha menyimpan air sebanyak-banyaknya untuk mempertahankan kehidupannya, sehingga kemampuan menghasilkan metabolit sekundernya berkurang,” jelasnya.