TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah dr. Boyke Tentang Video Porno yang Membuat Rumah Tangga Hancur 

Video porno bisa membuat seseorang berpikir macam-macam

dr. Boyke Dian Nugraha (Instagram/@drboykediannugraha)

Bandung, IDN Times - Indonesia merupakan negara dengan jumlah pengguna internet sekitar 171 juta jiwa. Dengan kondisi itu, jangan heran jika Indonesia merupakan pasar incaran berbagai bisnis berbasis internet, termasuk bisnis penyedia konten dewasa alias situs porno.

Pada Januari 2014, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring memaparkan data kementeriannya yang bikin publik kaget. Lewat data yang diolah Kemenkominfo, kata dia, 97 persen pelajar SMP dan SMA di Indonesia pernah mengakses situs porno. Data itu diperoleh dari sample yang diberikan pada 1.200 pelajar di 12 kota di Indonesia.

Yang lebih mengkhawatirkan, adalah ketika data yang sama menyebut bahwa 61 persen di antara 1.200 pelajar itu sudah pernah melakukan hubungan intim layaknya suami istri.

Ancaman terhadap generasi penerus itu tidak begitu saja dibiarkan. Pemerintah berupaya menghalau remaja dari ancaman situs porno dengan cara memblokade situs-situs tersebut di Indonesia.

1. Indonesia termasuk negara yang jarang membagikan situs porno

IDN Times/Sukma Shakti

Hingga saat ini, pemerintah belum memberikan hasil daripada pemblokiran itu. Namun, survei yang dilakukan oleh ExtremeTech pada 2019 sepertinya dapat menggambarkan dampak dari pemblokiran situs porno tersebut.

Menurut survei tersebut, Indonesia tak masuk ke dalam negara paling getol mengakses dan membagikan situs porno. Negara yang masuk dengan kategori itu ialah Irak, Mesir, Serbia, Jepang, dan Jerman. Hasil survei itu cukup unik, mengingat Irak dan Mesir sebenarnya merupakan negara yang konservatif.

Nama Indonesia justru muncul dalam kategori negara paling jarang mengakses dan membagikan situs porno. Indonesia menempati posisi kelima, di mana di atasnya terdapat Uni Emirat Arab, Kuwait, Arab Saudi, dan Qatar.

Fakta unik lainnya ialah tak ada nama Amerika Serikat dari berbagai kategori survei. Padahal, AS merupakan negara produsen video dan foto porno. Menurut survei ExtremeTech, AS memproduksi sekitar 60 persen video porno yang tersebar ke seluruh dunia.

2. Media porno bisa bikin hancur rumah tangga

Pexels/Vera Arsic

Pemerintah Indonesia telah memandang video porno sebagai ancaman terhadap generasi penerus bangsa. Padahal, selain itu, video porno juga merupakan sebuah ancaman yang bisa membuat retak jalinan rumah tangga.

Dalam buku “Di Balik Ruang Praktik Dr. Boyke” (2010), Boyke Dian Nugraha menyimpulkan bahwa video porno dapat menimbulkan rasa penasaran yang tinggi hingga menyebabkan perselingkuhan. Hal tersebut, lanjut dokter dan seksolog kenamaan Indonesia ini, yang kemudian membuat rumah tangga seseorang hancur.

“Maraknya peredaran media porno (majalah porno, cd, dan lain-lain) sering kali mendorong wanita yang tidak kuat imannya untuk menjalani petualangan yang berbahaya, dan pada akhirnya merusak perkawinannya,” tulis Boyke, dalam buku “Di Balik Ruang Praktik Dr. Boyke”.

3. Ketika Boyke didatangi pasien yang minta digugurkan

Dr Boyke Dian Nugraha (kiri), memberikan materi seminar, di Gedung Graha Bina Praja, Kantor Pemkab Pasuruan, Jatim, Sabtu (26/4). (ANTARA FOTO/Adhitya Hendra)

Kesimpulan itu ia dapatkan berdasarkan kisah daripada seorang pasien yang pernah berkonsultasi dengannya. Begini ceritanya:

Suatu hari Boyke kedatangan seorang pasien perempuan yang memintanya untuk menggugurkan kandungan. Perempuan itu sudah terlambat datang bulan selama 30 hari, dan mendatangi Boyke dengan test pack yang sudah terpakai.

“Terus terang, saya tidak mengerti apa alasan ibu untuk mengeluarkan janin ini. Ibu sehat, anak pun baru dua, sama sekali tak ada indikasi untuk dikeluarkan. Dan saya kira ibu tahu apa pun alasan ibu, ini adalah pengguguran kandungan yang diancam oleh hukum,” ujar Boyke, kepada perempuan tersebut.

Setelah diam cukup lama, dengan wajahnya yang muram, perempuan itu kemudian menjelaskan pada Boyke bahwa anak yang tengah dikandungnya merupakan bayi yang tak diharapkan. Ia cukup yakin bahwa bayinya itu akan berkulit gelap, sementara ia dan suami—juga keluarga besarnya—memiliki warna kulit putih.

“Saya hamil bukan dengan suami saya, tetapi dengan pacar saya. Untuk itulah saya minta digugurkan,” kata perempuan itu kepada Boyke. Ia pun menjelaskan bahwa pacarnya merupakan orang berkulit gelap dan berasal dari salah satu daerah di timur Indonesia.

Berita Terkini Lainnya