Vaksinasi Massal Nakes akan Digelar di Gedung Sabuga Bandung

Percepat pemberian vaksin untuk setiap orang

Bandung. IDN Times - Pemerintan Provinsi Jawa Barat (Jabar) berencana melakukan vaksinasi massal kepada tenaga kesehatan. Vaksinasi massal ini akan dilakukan di Gedung Sabuga, Kota Bandung.

"Besok akan ada vaksinasi massal di Sabuga (Sasana Budaya Ganesha)," ujar Gubernur Ridwan Kamil dalam konferensi pers di Mapolda Jabar, Selasa (2/2/2021).

Menurutnya, vaksinasi COVID-19 untuk tenaga kesehatan (nakes) harus dipercepat agar pemberian vaksin bisa segera dilakukan untuk masyarakat umum. Pemberian vaksin kepada nakes pun jadi pelajaran jika ada yang harus diperbaiki dalam vaksinasi berikutnya.

1. Nakes yang mendapat vaksin sudah lebih dari 55 ribu orang

Vaksinasi Massal Nakes akan Digelar di Gedung Sabuga BandungSejumlah relawan antre untuk di vaksin pada simulasi vaksinasi COVID-19 di Puskesamas Tanah Sareal, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (18/11/2020). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Dalam rapat lanjutan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Jawa Barat, hingga 30 Januari vaksinasi terhadap nakes sudah mencapai 55.998 (37,29 %) orang. Sedangkan nakes yang sempat mengalami penundaan 8.594 orang.

Untuk vaksinasi tahap pertama di Jabar total pada termin I ada 97.080 vial. Sedangkan total termin II terdapat 253.640 vial, sehingga total ada 350.720.

Di Jabar vaksinasi akan diprioritaskan untuk 36,2 juta jiwa. Di mana pembagiannya adalah 194.821 nakes, 2.873.745 petugas publik, 4.617.751 untuk lansia, 16.664.606 masyarakat rentan, dan 11.878.010 masyarakat lainnya.

2. Vaksinasi untuk para lansia juga harus dipercepat

Vaksinasi Massal Nakes akan Digelar di Gedung Sabuga BandungANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Epidemiolog Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono, mendesak pemerintah memprioritaskan kalangan lanjut usia sebagai penerima vaksinasi COVID-19.

Desakan tertuang dalam bentuk petisi di laman Change.org, yang diunggah pada Jumat, 29 Januari 2021. Petisi ditujukan kepada Presiden Joko "Jokowi" Widodo dan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

Petisi mengangkat kisah nyata kolega Pandu yang merupakan dokter spesialis penyakit dalam berusia 70 tahun, dr. Suwandhi Widjaja. Jika mengikuti time line yang telah disusun oleh pemerintah, Suwandi harus menunggu sampai April 2021 untuk memperoleh jatah vaksin COVID-19 CoronaVac. 

"Padahal, kelompok lansia di atas 59 tahun merupakan mereka yang paling rentan tertular dan meninggal karena COVID-19. Selain itu, data juga membuktikan bahwa angka kebutuhan akan perawatan di rumah sakit bagi lansia di atas 60 tahun jauh lebih tinggi dibanding kelompok usia lainnya," ungkap Pandu ketika dihubungi oleh IDN Times, Senin (1/2/2021), melalui sambungan telepon. 

3. Banyak yang meninggal karena COVID-19 adalah lansia

Vaksinasi Massal Nakes akan Digelar di Gedung Sabuga BandungSenam dilakukan para lansia di barak pengungsian. IDN Times/ Siti Umaiyah

Pandu mengungkapkan, 15-20 persen pasien COVID-19 yang meninggal di DKI Jakarta saja merupakan lansia. Menurut data dari satgas penanganan COVID-19, hingga hari ini sudah ada 4.312 pasien yang meninggal di DKI Jakarta. Artinya, sekitar 862 pasien COVID-19 yang meninggal di ibu kota merupakan lansia. 

Angka itu bisa lebih tinggi bila ditambah pasien lansia yang masih masuk dalam kategori suspek dan hasil tesnya belum keluar. Jumlahnya terus bertambah bila dimasukan pasien lansia dari daerah lainnya. 

Pandu dan dua koleganya yang lain terus memperjuangkan agar petisi itu dikabulkan oleh pemerintah. Dari target 2.500 orang yang teken, saat ini sudah ada 1.618 individu yang menandatangani. Mereka berharap pemerintah bersedia mengubah kebijakannya. 

4. Pemerintah beralasan belum memiliki vaksin COVID-19 yang aman untuk lansia

Vaksinasi Massal Nakes akan Digelar di Gedung Sabuga BandungIlustrasi Penyuntikan Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro mengungkapkan bahwa pemerintah memutuskan memasukan warga lansia di kelompok kedua penerima vaksin. Sebab saat ini belum ada vaksin COVID-19 yang terbukti aman bagi kelompok itu. Meski begitu, tak dimungkiri bahwa kelompok lansia butuh perhatian lebih dalam vaksinasi.

Sri menyebut pemerintah harus berhati-hati dalam memilih vaksin. Khususnya bagi lansia yang tubuhnya butuh perhatian lebih ketimbang orang di usia produktif yakni 18-59 tahun. 

"Reaksi tubuh lansia merespons sistem imun dari vaksin kan berbeda. Tak sekuat yang menerima di usia muda," ujar Sri ketika dihubungi IDN Times pada malam ini. 

Ia mengakui sudah membaca hasil studi mengenai vaksin CoronaVac di Brasil yang terbukti aman untuk kaum lansia. Tetapi, ITAGI belum memperoleh secara resmi data soal studi itu. 

"Kami harus mengkaji dulu (soal kaum lansia yang didahulukan untuk menerima vaksin CoronaVac), karena semuanya harus didasari publikasi ilmiah (di jurnal) bukan publikasi dari media. Karena bila hanya mengandalkan publikasi di media (hasil studi) tidak lengkap dan tak bisa dipertanggung jawabkan," tutur dia. 

Ia menegaskan, ITAGI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) hanya akan menggunakan hasil publikasi resmi untuk dikaji lebih lanjut. ITAGI mengatakan, baru akan mengubah rekomendasinya bila sudah diberi lampu hijau dari BPOM. 

"Tapi, ini sedang dibicarakan lebih lanjut dengan BPOM," ungkapnya. 

Baca Juga: Pandu Riono: Tak Banyak Kepala Daerah Mengakui PSBB Tidak Efektif

Baca Juga: Kritis Soal Pandemik COVID-19, Deretan Cuitan Pandu Riono di Twitter

Baca Juga: Antisipasi Lonjakan COVID-19, Pemkot Bandung Siapkan Apartemen 

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya