TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Di Tengah Pandemik, Sekolah Ini Jalankan Konsep Blended Learning 

Metodologi yang diklaim menyenangkan bagi siswa

IDN Times/Istimewa

Bandung, IDN Times - Pandemi COVID-19 yang melanda Indonesia sejak kurang lebih satu tahun lalu telah mengubah cara hidup masyarakat termasuk metode pembelajaran bagi sekolah dan anak. Jika dahulu kegiatan belajar-mengajar lazim dilakukan secara tatap muka, namun akibat pandemi muncul metode dalam jaringan (daring) atau online.

Ternyata metode pembelajaran daring ini juga mendorong konsep blended learning atau campuran antara online dan luar jaringan (luring) lahir lebih cepat dari yang direncanakan pemerintah.

Kepala Sekolah Murid Merdeka (SMM), Laksmi Mayesti W mengatakan, konsep blended learning pada dasarnya bertujuan untuk menghadirkan fleksibilitas pembelajaran yang tidak pernah dirasakan murid sebelumnya.

"Anak mempunyai kesempatan untuk mengeksplorasi belajar daring secara luas sesuai minatnya, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kebutuhan dan keterampilan sosial lewat pertemuan luring dengan guru dan teman," kata Laksmi dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Rabu(10/2/2021).

2. Menjadi solusi bagi siswa dalam belajar di tengah pandemik

IDN Times/Istimewa

Laksmi melanjutkan, SMM memilih untuk memadukan pembelajaran daring dan luring agar menjadi landasan sekolah di masa depan. Menurutnya, perkembangan teknologi yang sangat pesat akan membuat anak semakin banyak berinteraksi dengan aktivitas online yang cukup beragam.

Maka dalam penerapan blended learning, kata Laksmi, SMM mengedepankan proses pembelajaran yang menghadirkan solusi bagi murid dengan menerapkan metodologi yang menyenangkan bukan menakutkan serta membosankan. Selain itu, metodologi yang diterapkan juga mesti bermakna dan berkaitan dengan konteks/aplikasi di kehidupan sehari-hari.

2. Blended learning dimasukan dalam kurikulum sekolah berbasis kompetensi

Ilustrasi Sekolah dari Rumah (IDN Times/Arief Rahmat)

Metodologi yang menyenangkan dan bermakna tersebut merupakan bagian dari penerapan kurikulum SMM yang berbasis kompetensi dengan enam program kategori pembelajaran yakni sains, sosial, numerasi, literasi, dan seni untuk mengembangkan potensi para murid.

Laksmi menjelaskan, keenam program kategori tersebut direalisasikan dengan metodologi menyenangkan, supaya anak dapat belajar memahami konsep dengan cara mencari tahu sendiri melalui praktikum menggunakan tool kit yang dikirimkan ke rumah murid.

Sehingga tantangan belajar yang selama ini anak-anak hadapi seperti hanya mengandalkan soal latihan dan buku, jarangnya interaksi langsung antara guru serta murid, dan tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari berubah menjadi hal-hal yang positif bagi mereka.

“Murid jadi termotivasi dan mandiri dalam menyelesaikan tugasnya, tumbuh rasa percaya diri dengan hasil karyanya, dan mereka pun inovatif dan komunikatif kala mengekspresikan idenya,” tambah Laksmi.

Berita Terkini Lainnya