TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pj Gubernur Jabar Sambangi Keluarga Korban TPPO yang Tewas di Kamboja

Meninggal dan bekerja sebagai operator judi online

Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin saat takziah (IDN Times/Siti Fatimah)

Sukabumi, IDN Times- Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin takzial ke rumah Syamsul Diana Ahmad (39) di Kampung Parungseah Berong, RT 01/RW 04, Desa Parungseah, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. Syamsul merupakan korban TPPO yang meninggal dunia di Kamboja.

Kunjungan itu sebagai bentuk empati dan perhatian pemerintah terhadap kasus yang menimpa Syamsul. Bey juga memberikan dukungan moril kepada keluarga yang ditinggalkan.

Bey menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga korban dan memastikan akan mengevaluasi kasus tersebut agar tindak pidana perdagangan orang ini tidak terjadi lagi.

"Saya sampaikan duka cita yang mendalam kepada keluarga korban dan ini kami akan koordinasikan dengan Kadisnaker Provinsi untuk koordinasi dengan Kadisnaker di kabupaten/kota agar jangan sampai terulang lagi peristiwa seperti ini," kata Bey kepada awak media di rumah duka, Selasa (17/9/2024).

1. Korban bekerja sebagai operator judol

Syamsul, mulanya berniat bekerja di Singapura diajak temannya dan berangkat pada 6 Juli 2024. Setibanya di Singapura, ia diberangkatkan kembali ke Kamboja dan dipaksa bekerja sebagai operator judi online.

Sayangnya, ia ditemukan meninggal dunia pada 2 Agustus 2024. Berdasarkan pernyataan rumah sakit di Kamboja, korban diduga mengalami serangan jantung.

"Jadi kan informasinya kurang jelas, harusnya calon tenaga kerja mencari informasi ke penyalur tenaga kerja resmi, tanya ke Disnaker," katanya.

2. Evaluasi Disnaker agar masifkan sosialisasi

Atas kejadian tersebut, Bey akan mengevaluasi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi agar memasifkan sosialisasi mengenai masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri. Di sisi lain, ia juga meminta masyarakat mawas diri agar tidak tergiur dengan iming-iming kemudahan bekerja di luar negeri dan upah yang tinggi.

"Ini jadi dua sisi, dari kami juga kurang sosialisasi bagaimana cari kerja yang benar di luar negeri dan juga ada pasar yang ingin cepat-cepat ke luar negeri. (Meskipun desakan ekonomi) kami juga akan berusaha, masyarakat yang perlu kerja kan mencari ke luar negeri karena terbatas juga pekerjaan (di dalam negeri). Mungkin juga ada penawaran, iklan-iklan di aplikasi, jadi harus berhati-hati," jelasnya.

Berita Terkini Lainnya