Megathrust di Selat Sunda dan Mentawai Masih Belum Bisa Diprediksi
Para peneliti masih melakukan berbagai kajian
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Kekhawatiran akan seismic gap di megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut semakin terasa sejak Jepang mengeluarkan peringatan tentang potensi gempa megathrust lanjutan usai gempa bermagnitudo 7,1 terjadi di megathrust Nankai, Jepang Selatan, Kamis (8/8/2024).
Zona megathrust Nankai memiliki palung bawah laut yang jika diguncang gempa dapat memicu atau membuka jalan bagi gempa dahsyat di sistem tunjaman Nankai. Indonesia perlu waspada terhadap dampak yang mungkin timbul dari gempa ini karena sejarah menunjukkan bahwa megathrust Nankai berpotensi memicu beberapa gempa besar.
Pakar Gempa ITB, Prof. Irwan Meilano menuturkan, istilah megathrust merujuk pada gabungan antara “mega” yang berarti besar dan “thrusting” yang merujuk pada mekanisme gempa yang naik ke atas dan berpotensi memicu tsunami.
"Dengan begitu, artinya megathrust ini menjadi potensi gempa yang dahsyat yang dapat menimbulkan tsunami," kata dia melalui siaran pers dikutip IDN Times, Rabu (21/8/2024).
1. Ada tiga hal yang mengetahui kemungkinan adanya gempa besar di satu daerah
Untuk memahami potensi gempa, lanjutnya, beberapa bukti riset dapat dijadikan acuan. Pertama adalah sejarah kegempaan, yaitu tentang histori kegempaan yang pernah terjadi di daerah tersebut.
Kedua data pengamatan pola kegempaan saat ini. Pada dasarnya, daerah yang berpotensi mengalami gempa besar di masa depan cenderung memiliki aktivitas kegempaan yang tidak terlalu banyak saat ini.
Ketiga, akumulasi regangan yang terjadi yang dapat diukur melalui pengamatan deformasi, termasuk pengamatan GPS yang dikelola oleh Badan Informasi Geospasial (BIG) dan BRIN.