TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Intip Cara Kaditya Rakan Belajar, Mahasiswa ITB Juara 3 CoC

Dia menjadi kuda hitam dalam Clash of Champions 

Itb.ac.id

Bandung, IDN Times - Institut Teknologi Bandung (ITB) selalu mencetak mahasiswa berkualitas termasuk dalam kepintaran di berbagai ajang, termasuk Clash of Champions (CoC) Ruangguru. Salah satu mahasiswa ITB yang ikut serta dan mampu menjadi juara adalah Kaditya Rakan Pandyansa.

Dia merupakan mahasiswa Teknik Elektro ITB angkatan 2023. Dari 50 peserta yang ikut CoC, Kadtya mampu menjadi juara ketiga. Sosok yang dijuluki Kuda Hitam dalam ajang ini memiliki karakter yang humble dan ahli dalam menyusun strategi.

1. Terbiasa belajar lebih dari satu cara

Kadit merupakan mahasiswa yang terbiasa menggunakan lebih dari satu cara saat belajar. Selain mendengarkan dosen di kelas, dia menyisihkan waktu untuk belajar dan berlatih soal-soal.

Kadit mengaku aktivitasnya sebagai mahasiswa yang baru menjalani dua semester di ITB tidak terlalu berbeda dengan saat dia SMA. Perbedaannya, terletak pada materi. Saat SMA, materi ditempuh dalam waktu yang cukup lama, sedangkan ketika kuliah, materi tersebut dapat dipelajari dalam satu pertemuan. Sosok yang hobi menonton film action science fiction ini pun menyesuaikan diri, berpikir lebih cepat, dan banyak mencari sumber belajar lainnya.

Menurutnya, penting untuk memahami materi dasar terlebih dahulu kemudian mengeksplor materi yang lebih luas.

“Biasanya kalau ujian lebih susah daripada yang biasanya diajarkan di kelas. Tetapi kalau dasar materinya sudah paham, bisa mengeksplor walaupun mungkin ada salahnya,” ujarnya dikutip dari laman itb.ac.id, Minggu (8/9/2024).

2. Pantang menyerah dan menikmati proses

Dalam keseharian, Kadit terbiasa melakukan segala sesuatu dengan maksimal dan bersungguh-sungguh. Dia pun lebih menikmati setiap prosesnya daripada banyak berekspektasi.

Sebelum menjadi juara 3 Clash of Champions, dia banyak memenangkan kompetisi matematika. Suatu ketika, Kadit pernah memenangkan kompetisi matematika karena berhasil menjawab di detik-detik terakhir.

Saat orang lain sudah menyerah dalam sepuluh detik terakhir, Kadit bahkan masih berupaya menghitung dan tidak menyerah begitu saja. Walhasil, Kadit menjadi satu-satunya peserta yang mampu menjawab dengan benar pada lima detik terakhir. Pantang menyerah dan selalu berusaha yang terbaik menjadi prinsip yang terus dipegangnya.

“Kalau misalnya orang lain menunggu saya menyerah, artinya orang lain bakal menunggu selamanya. Kalau misalnya mengalami kegagalan di satu kesempatan, kegagalannya hanya di situ doang, bukan di seluruhnya. Jadi, ya sudah, sekali gagal bukan menjadikan kesimpulan kalau semuanya gagal,” ujarnya.

Berita Terkini Lainnya