Genjot Pembangunan, Pemprov Jabar Akan Terbitkan Obligasi di 2021
Kebutuhan proyek infrastruktur di Jabar tinggi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat (Jabar) berencana mengeluarkan obligasi daerah. Ini merupakan upaya mendukung dan meningkatkan pembangunan infrastruktur sebagai peningkatan daya saing nasional juga pemerataan ekonomi ke seluruh penjuru Tanah Air.
Kepala Biro Investasi dan BUMD Sekretariat Daerah Provinsi Jabar Noneng Komara Nengsih, saat ini pihaknya terus menggenjot strategi percepatan obligasi daerah agar bentuk sumber pinjaman daerah jangka menengah dan/atau jangka panjang yang bersumber dari masyarakat itu bisa segera diterbitkan.
Pemprov Jabar pun akan membentuk Tim Percepatan. Tim ini juga bakal berkoordinasi dengan tim percepatan pusat (yang) terdiri dari Kementerian Keuangan, Kementerian Dalam Negeri, Otoritas Jasa Keuangan, serta Bursa Efek Indonesia.
"Setelah dikaji secara mendalam, kemungkinan obligasi daerah ini baru bisa dikeluarkan pada 2021," ujar Noneng saat dihubungi, Jumat (25/10).
1. Minat investasi masyarakat jadi salah satu alasan penerbitan obligasi
Noneng menuturkan, urgensi dikeluarkannya obligasi daerah merujuk kepada nilai tabungan masyarakatnya. Selain itu, minat investasi tinggi bagi warga di provinsi dengan status berpenduduk terbesar se-Indonesia ini.
"Selain itu, kami berharap dengan obligasi daerah ini Provinsi Jabar bisa lebih mandiri dalam perekonomian. Selama ini struktur perekonomian 42 persen dari industri berbasis impor.
Kepada masyarakat yang membeli, Noneng menegaskan, mereka tetap beruntung karena akan mendapatkan pengembalian setiap bulannya sekaligus memiliki sumbangsih dalam membangun Jabar.
"Hasil pembangunan (infrastruktur) kan kembali lagi ke masyarakat. Jadi masyarakat untung, Jabar membangun," tegas Noneng.
Baca Juga: Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20, Siapa yang Bakal Tampil?
Baca Juga: Upah Pekerja Industri Garmen yang Tinggi Mulai Resahkan Investor