Nasib Mantan Guru Honorer yang Dipecat Usai Komentar "Maneh"

Dedi Mulyadi memberikan pekerjaan kemarawan kepada Sabil

Subang, IDN Times - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menemui Muhammad Sabil Fadhillah, mantan guru honorer viral lantaran berkomentar “maneh” di media sosial Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Sabil mengaku tak menyangka komentarnya akan viral dan menimbulkan efek yang besar.

Ia sebenarnya sudah sering berkomentar di media sosial gubernur tapi komentarnya kali ini ditandai sehingga muncul paling atas di kolom komentar. Menurutnya, panggilan “maneh” merupakan sapaan keakrabannya dengan sang gubernur.

“Saya memandang beliau sosok yang akrab, lebih ke friendly,” kata Sabil dalam keterangan persnya, Minggu (19/3/2023).

Kesan positif itu muncul setelah beberapa kali bertemu langsung dengan sang gubernur.

1. Dedi memberikan pekerjaan kamerawan untuk Sabil

Nasib Mantan Guru Honorer yang Dipecat Usai Komentar ManehMuhammmad Sabil Fadhilah (34) menyampaikan kronologi pemberhentian dari pihak sekolah akibat kritik unggahan di akun IG Ridwan Kamil. (IDN Times/Wildan)

Akibat komentarnya yang bernada kritik menjadi viral, Sabil pun dikeluarkan oleh sekolahnya. Belakangan, ia sempat diberi kesempatan untuk kembali mengajar, tapi ia memilih untuk tetap keluar dari pekerjaannya itu.

“Sekarang mah job seeker, masih cari kerja. Barangkali mau dijadikan fotografer atau kamerawan akang (Dedi Mulyadi) boleh, itu juga kalau ditawari,” kata Sabil.

Tak disangka, keinginannya itu pun disetujui Dedi dan keduanya bersalaman sebagai bentuk kesepakatan.

2. Kritik menggunakan bahasa yang tidak multitafsir

Nasib Mantan Guru Honorer yang Dipecat Usai Komentar ManehKomentar Muhammad Sabil Fadilah di kolom Instagram Ridwan Kamil. (www.instagram.com/@ridwankamil)

Selain memberikan pekerjaan, Dedi juga menyampaikan kritikan kepada Sabil atas komentarnya di medsos gubernur. “Dia lupa bahwa dia seorang guru yang ketika masuk ke media sosial akan menimbulkan multitafsir, karena kulturnya bukan hanya Pantura di media sosial,” katanya.

Dedi pun meminta kejadian yang dialami Sabil dijadikan pelajaran berharga untuk semua orang. Menurutnya, mengritik di media sosial diperbolehkan asal dengan diksi dan bahasa yang tidak menimbulkan kontroversi dan ketersinggungan.

3. Bahasa Sunda awalnya tidak mengenal stratifikasi

Nasib Mantan Guru Honorer yang Dipecat Usai Komentar Manehinfosahabat.com

Lebih lanjut, Dedi menjelaskan dalam tradisi Sunda pada awalnya tidak mengenal istilah undak usuk atau tingkatan dalam berbahasa. “Stratifikasi di Sunda itu saamparan, sajajaran, tidak ada tingkatan manusia semua sama. Orang Sunda itu hidup dalam kesetaraan,” ujarnya.

Namun, seiring berjalannya waktu dari era Pajajaran ke era Sunda Priangan terjadi stratifikasi masyarakat. Seperti, menak atau anak ningrat sehingga muncul klasifikasi bahasa untuk orang yang lebih tua, lebih muda, sebaya, untuk pimpinan dan sebagainya.

4. Kata “maneh” bisa digunakan sebagai panggilan akrab

Nasib Mantan Guru Honorer yang Dipecat Usai Komentar Manehilustrasi langsung akrab dengan orang baru (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Namun, Dedi menilai penggunaan bahasa juga tergantung perasaan personal lawan bicaranya. Meskipun menggunakan bahasa yang halus, orang yang membenci tetap akan merespons negatif dan sebaliknya.

Menurut Dedi, kata “maneh” yang artinya kamu bisa digunakan sebagai panggilan akrab dan penuh cinta. Bahkan, sebelum mengenal kata sayang seperti sekarang, orang tua zaman dulu menggunakan “maneh” untuk panggilan sayang pada pasangannya.

“Makanya dulu ada penulis lagu Sunda judulnya ‘potret manehna’ ciptaan Nano S itu terkenal tahun 87-an. Mungkin bagi orang yang tidak tahu latar belakang seperti ini, orang priangan, bisa jadi kalimat itu tidak sopan,” tutur Dedi.

Baca Juga: Tak Rela Cerai dari Anne Ratna, Dedi Mulyadi Banding hingga Kasasi

Baca Juga: SMK Telkom Sekar Kemuning Cirebon Bukan Bagian YPT! 

Baca Juga: Operasional Subang Smartpolitan Ikuti Pembukaan Tol Patimban pada 2024

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya