TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

MUI Pastikan Musyawarah Ulama di Bandung Tidak Jelas

FPI disebut ikut mempertanyakan kegiatan itu

(Sekretaris Umum MUI Jawa Barat Rafani Akhyar) IDN Times/Galih Persiana

Bandung, IDN Times – Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat Rafani Akhyar langsung bergegas menghubungi beberapa kenalannya untuk mengonfirmasi sebuah video yang beredar di media sosial pada Senin (14/10). Dalam video tersebut, pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab mengatakan telah mendukung penuh acara Musyawarah Ulama dan Tokoh Ulama Se-Indonesia yang digelar pada 15-17 Oktober 2019 di Grand Asrilia Hotel, Kota Bandung.

Setelah beberapa jam mengumpulkan informasi dari berbagai pihak, Rafani tidak mendapat pencerahan atas acara musyawarah ulama itu. Kesimpulan yang ia dapatkan hanya satu, bahwa tidak ada kejelasan kelompok yang mewakili perkumpulan para ulama itu di Bandung.

“Jadi kalau ini pertemuan para ulama, ya ulama yang mana? Karena ulama yang formal dalam konteks organisasi, ya (berhimpun) di MUI. Jadi ini ulama yang mana?” kata Rafani, kepada IDN Times lewat sambungan telepon, Senin (14/10) malam.

1. MUI menduga musyawarah itu inisiatif pribadi

IDN Times/Galih Persiana

Menurut Rafani, salah satu inisiator dari musyawarah di Bandung itu ialah Ustaz Asep Syarifudin. Dalam rekaman video yang diperkarakan, Asep memang berada di samping Rizieq Shihab.

Hasil blusukan Rafani tak berbuah informasi terkait bendera apa yang digunakan Asep dalam menggelar acara tersebut. Di Jawa Barat sendiri, Asep dikenal akan kedekatannya dengan Rizieq Shihab terutama dalam masa menjelang Pilpres 2019. Saking dekatnya, Asep beberapa kali mendeklarasikan bahwa Rizieq merupakan imam besar umat Islam di Indonesia.

“Jadi ini tidak jelas, apakah kelompok 212, atau FPI, atau kelompok lainnya, ini sampai saat ini tidak jelas,” kata Rafani.

2. Internal FPI menolak acara tersebut?

IDN Times/Galih Persiana

Rafani pun mendapat kabar dari rekan-rekannya, bahwa pimpinan FPI DPD Jawa Barat, Abdul Qohar Al Qudsy, terheran-heran dengan kegiatan yang diinisiasi Asep. “Konon katanya (Abdul Qohar) mempertanyakan begitu. Saya dengar juga di internal kelompok mereka, ada beberapa tokoh (ulama) Jawa Barat yang enggak setuju dengan langkah ini,” tuturnya.

Maka itu, MUI Jawa Barat hingga saat ini masih mempertanyakan bendera apa yang sebenarnya dipakai dalam musyawarah yang mengklaim mewakili umat Islam Indonesia itu.

3. Rencananya 170 ulama akan berkumpul di hotel

IDN Times/Galih Persiana

Penelusuran Rafani atas pertanyaan identitas musyawarah tersebut tak sampai di sana. Ia pun kemudian menghubungi pemilik Grand Asrilia Hotel, yang ditunjuk sebagai tempat musyawarah tersebut. Kebetulan, kata Rafani, pemilik hotel adalah rekannya.

“Kemudian, ya, kalau dari informasi hotel katanya ada sekitar 170 orang yang akan datang. Itu pun tidak jelas dari mana, dan apa benderanya. Pihak hotel hanya tahu yang membuat acara adalah saudara Asep,” ujar Rafani.

4. MUI menolak keras jika ada indikasi politik menghambat pelantikan presiden

IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Menggelar pertemuan, baik antar-ulama mau pun menyertakan para pengikutnya, merupakan hak warga negara Indonesia. Maka itu, MUI tidak berhak melarang gelaran acara tersebut sekali pun tidak jelas asal-usul organisasinya.

Namun, kata Rafani, jika musyawarah ulama se-Indonesia itu bergerak untuk menghambat pelantikan Presiden Indonesia yang akan dilaksanakan pada Minggu, 20 Oktober 2019, maka MUI tidak ragu untuk melarang acara tersebut.

“Kalau yang jelas sudah terindikasi menghambat pelantikan presiden dan wakil sebaiknya tidak diadakan. Kami memang tidak berwenang mengawasi, hanya memberi pemahaman saja pada masyarakat. Ini tinggal dari kepolisian, apakah mau memberi izin atau tidak (jika musyarawarah terindikasi menghambat pelantikan presiden),” katanya.

Berita Terkini Lainnya