TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ketika Angka Peningkatan Sampah Jadi Tanggung Jawab Semua Orang

Indonesia mengalami peningkatan jumlah sampah

Gunung sampah di Bantargebang. (Dokumen Pemkot Bekasi)

Bandung, IDN Times – Tak bisa dipungkiri jika sampah merupakan isu yang menjadi tanggung jawab bersama. Data Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 (Ditjen PSLB3) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Republik Indonesia pada 2021 menyebutkan volume sampah di Indonesia tercatat sebesar 68,5 juta ton dan tahun 2022 naik mencapai 70 juta ton.

Peningkatan timbulan sampah ini terus terjadi seiring dengan meningkatnya pendapatan rata-rata per kapita Indonesia selama beberapa tahun terakhir.

Pada webinar Katadata dan Nestlé Indonesia berjudul Jelajah Solusi: Kelola Sampah melalui Harmoni Multisektoral pada 25 Juni 2024 di Kantor Katadata, Jakarta, Analis Kebijakan Ahli Pertama, Kedeputian Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Kemenko Marves Makna Fathana Sabila menjelaskan bagaimana upaya Pemerintah Indonesia dalam menangani isu sampah tersebut.

Menurut Makna, sejak 2008 sudah dibuat undang-undang untuk mengurangi timbunan sampah, yang disusul dengan undang-undang terbaru yaitu Peraturan Menteri LHK Nomor 75 terkait roadmap pengurangan sampah oleh produsen.

Pemerintah juga telah mengajak para pelaku usaha, terutama produsen untuk mengimplementasikan konsep ekonomi sirkular dalam menangani pengurangan timbunan sampah.

“Terkait private sector, kami juga membutuhkan dukungan mereka, karena mereka juga dapat membantu dalam mengelola sampah. Kami menyebutnya pentahelix kolaborasi dari stakeholder,” ujar Makna, Selasa (25/6/2024).

1. Pengelolaan sampah lebih efektif dengan kolaborasi lintas sektor

Ketika Angka Peningkatan Sampah Jadi Tanggung Jawab Semua Orang (IDN Times/istimewa)

Ketua KSM Sahabat Lingkungan Hendro Wibowo, salah satu narasumber pada webinar ini turut mengungkapkan perspektifnya akan solusi isu sampah di Indonesia. Sejak 2019, KSM Sahabat Lingkungan secara aktif telah mengajak warga di lingkungan Sukaluyu di Karawang, Jawa Barat, untuk ikut mengelola sampah di pengolahan sampah organik di Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) Baraya Runtah.

“Pada masa pandemi lalu, timbunan sampah sangat luar biasa. KSM Sahabat Lingkungan mulai melakukan dua hal yaitu penanganan dan pengurangan sampah. Pada fasilitas TPS3R Baraya Runtah, kami melayani 4.000 rumah tangga yang menghasilkan sampah dan kami kelola secara terpadu,” kata Hendro.

Hendro menambahkan, pengelolaan sampah bisa dilakukan secara efektif dengan cara kolaborasi lintas sektor. Salah satunya adalah dengan mengajak rumah tangga untuk terlibat aktif dalam pengelolaan sampah.

“Kami melakukan pendekatan 4E untuk mengajak rumah tangga agar mau mengelola sampah yang dihasilkan yaitu ekonomi, ekologi, edukasi dan ekososial. Pada dasarnya, sampah identik dengan karakter manusia, jadi bagaimana mindset kita dalam memperlakukan sampah di rumah.”

“Pemilahan sampah sebenarnya tidak terkait dengan kaya dan miskin, tingkat pendidikan dan lain-lain, tapi lebih pada karakter bagaimana cara kita memperlakukan sampah,”  ujar Hendro.

2. Nestlé kolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Karawang

wikipedia.com

Sementara itu Sustainable Packaging Manager PT Nestlé Indonesia Faiza Anindita menyampaikan salah satu inisiatifnya bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Karawang dan KSM Sahabat Linkungan yang sudah dilakukan semenjak 2019.

Kerja sama itu terjadi dalam pembangunan dan pengelolaan tempat TPS3R Baraya Runtah guna mengatasi persoalan sampah yang sudah menjadi isu seluruh dunia.

Nestlé Indonesia meyakini bahwa kerja sama para pemangku kepentingan dibutuhkan untuk menyelesaikan tantangan ini.

Faiza menjelaskan bahwa sejak 2018 Nestlé secara global memiliki komitmen untuk memastikan bahwa 95 persen kemasan yang digunakan harus bisa didesain untuk didaur ulang atau diguna ulang. Selain itu, juga mengurangi satu per tiga dari penggunaan resin plastik baru di tahun 2025.

Berita Terkini Lainnya