- https://personalitymax.com/personality-types/preferences/extraversion-introversion/
- https://www.16personalities.com/articles/energy-introverted-vs-extraverted
Introvert vs Ekstrovert: Empat Hal Ini Ternyata Cuma Mitos Lho!

- Ekstrovert dan introvert tidak selalu sesuai dengan stereotip
- Kemampuan mendengar yang baik tidak ditentukan oleh tipe kepribadian
- Kesuksesan di dunia kerja tidak hanya untuk ekstrovert, introvert punya kelebihan sendiri
Di dunia ini, sepertinya orang terbagi menjadi dua kubu besar, yaitu si paling supel yang energinya tak habis-habis dan si paling kalem yang betah menyendiri. Perdebatan tentang mana yang lebih baik antara ekstrovert dan introvert seolah tak pernah ada ujungnya. Ada yang bilang ekstrovert lebih sukses, ada juga yang menganggap introvert lebih cerdas.
Padahal, banyak dari anggapan tersebut hanyalah stereotip yang sudah mendarah daging di masyarakat. Dilansir PersonalityMax, kedua tipe kepribadian ini sebenarnya hanya menjelaskan cara seseorang mengarahkan energinya, bukan tentang siapa yang lebih unggul.
Nah, daripada terus terjebak dalam kesalahpahaman, mending kita bongkar tuntas empat mitos yang sering bikin gaduh ini, yuk!
1. Ekstrovert selalu cari perhatian, introvert selalu menghindar

Mitos paling umum adalah ekstrovert digambarkan sebagai sosok yang haus panggung dan selalu ingin jadi pusat perhatian. Sebaliknya, introvert dicap sebagai si pemalu yang bakal lari terbirit-birit dari sorotan. Kenyataannya, ini adalah penyederhanaan yang keterlaluan dan sama sekali tidak akurat.
Seorang ekstrovert memang mendapatkan energi dari interaksi sosial, tapi itu bukan berarti mereka selalu ingin menjadi bintang utama di setiap acara. Mereka hanya menikmati dinamika dan respons dari lingkungan sekitar; ini adalah cara alami mereka terkoneksi dengan dunia.
Motivasi mereka adalah keterlibatan, bukan semata-mata mencari validasi atau tepuk tangan dari orang lain.
Sementara itu, introvert tidak selalu takut pada panggung atau perhatian. Banyak pemimpin, seniman, bahkan komedian hebat yang merupakan seorang introvert. Mereka hanya butuh alasan kuat dan waktu persiapan yang matang sebelum tampil; setelahnya, mereka wajib "mengisi daya" dengan menyendiri untuk memulihkan energi yang terkuras.
2. Introvert adalah pendengar yang baik, ekstrovert tukang potong pembicaraan

Anggapan bahwa introvert adalah pendengar yang superior sementara ekstrovert tidak sabaran dan suka memotong pembicaraan memang ada benarnya, meski tidak mutlak. Sifat reflektif introvert memang membuat mereka cenderung lebih banyak diam dan menyerap informasi. Namun, ini tidak secara otomatis menjadikan semua introvert pendengar yang empatik.
Di sisi lain, gaya komunikasi ekstrovert yang verbal dan antusias sering disalahartikan sebagai tanda tidak peduli. Bagi mereka, berbicara adalah cara berpikir dan memproses informasi secara langsung. Terkadang, interupsi yang mereka lakukan bukanlah untuk mendominasi, melainkan bentuk semangat dan keinginan untuk terlibat aktif dalam percakapan.
Pada dasarnya, kemampuan mendengar yang baik tidak ditentukan oleh tipe kepribadian, melainkan oleh kemauan dan latihan. Baik introvert maupun ekstrovert bisa menjadi pendengar yang hebat jika mereka mau melatih empati dan kesabaran.
Jadi, jangan langsung menghakimi seseorang hanya dari cara mereka berbicara, ya!
3. Sukses di dunia kerja hanya untuk ekstrovert

Dunia kerja modern yang serba kolaboratif dan dinamis sering kali dianggap sebagai surganya para ekstrovert. Mereka yang pandai bicara, mudah bergaul, dan tak ragu mengambil inisiatif seolah punya tiket emas menuju puncak karier.
Akibatnya, banyak introvert merasa minder dan berpikir mereka tak punya tempat di dunia yang "berisik" ini.
Padahal, kesuksesan tidak pernah memandang tipe kepribadian. Introvert punya senjata andalan mereka sendiri, yaitu kemampuan fokus yang mendalam, perencanaan yang matang, dan ketelitian yang luar biasa.
Dalam banyak bidang—seperti riset, teknologi, atau penulisan—kualitas-kualitas inilah yang justru menjadi kunci keberhasilan.
Kunci sebenarnya adalah menempatkan diri di lingkungan yang tepat. Ekstrovert mungkin akan bersinar dalam peran yang menuntut banyak interaksi, seperti penjualan atau hubungan masyarakat. Sebaliknya, introvert akan mencapai potensi maksimalnya dalam pekerjaan yang memungkinkan mereka untuk berpikir mendalam dan bekerja secara mandiri.
4. Kamu hanya bisa menjadi salah satu, tidak bisa keduanya

Kesalahpahaman terbesar adalah melihat introversi dan ekstraversi sebagai dua kotak yang kaku dan terpisah. Kamu harus memilih salah satu, dan selamanya akan terjebak di sana. Ini adalah pandangan yang sangat hitam-putih dan tidak sesuai dengan kompleksitas manusia.
Kenyataannya, introversi dan ekstraversi adalah sebuah spektrum. Tidak ada orang yang 100 persen introvert atau 100 persen ekstrovert; sebab setiap orang memiliki campuran keduanya dalam kadar yang berbeda.
Bahkan ada yang namanya ambivert, yaitu mereka yang bisa menikmati keramaian pesta dan juga menghargai waktu menyendiri dengan kadar yang seimbang.
Bahkan seorang introvert tulen pun bisa sesekali tampil enerjik dan supel saat situasi menuntut, begitu pula sebaliknya. Kuncinya adalah mengenali preferensi alami dirimu dan tahu kapan harus beradaptasi. Jadi, berhenti melabeli diri sendiri secara kaku dan mulailah menghargai semua sisi unik dari kepribadianmu.
Tidak ada tipe kepribadian yang lebih superior dari yang lain; dunia butuh keduanya untuk berjalan seimbang. Jadi, setelah membaca ini, mitos nomor berapa yang ternyata selama ini kamu percayai?
SUMBER: