TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kasus Anak Gugat Orang Tua, Begini Pandangan Psikolog

Kesalahpahaman jadi faktor pemicu, anak gugat orang tua

blogs.orrick.com

Bandung, IDN Times – Kabar anak menggugat orang tua sedang hangat diperbincangkan di masyarakat. Kejadian ini sungguh membuat miris dan harus dimediasi sehingga orang tua dan anak kembali hidup rukun tanpa dilukai dengan adanya saling melaporkan secara hukum.

Psikolog dari Universitas Islam Bandung (Unisba) Stephani Raihana menjelaskan, setiap konflik antara anak dan orang tua pasti ada faktor pemicu. Sehingga harus dilihat terlebih dahulu motif dibalik perilaku penggugatan.

Dewasa ini ada dua kejadian, di mana anak menggugat orang tuanya sendiri. Pertama terjadi di Demak, Jawa Tengah karena faktor perceraian. Kedua yang sedang hangat anak menggugat ayahnya yang sudah berusia 85 terjadi di Kota Bandung, Jawa Tengah karena materiil.

1. Faktor pemicu

www.heysigmund.com

Menurutnya, contoh kasus di Demak anak menggugat Ibu, memang kelihatannya ada faktor picunya adalah konflik keluarga dalam hal ini perceraian. Ada konflik orang tua di dalamnya, kemudian efek dari perceraian juga menguat.

“Jadi konflik keluarga menguat karena perpisahan sedangkan kalau dulu yang saya lihat kalau bicara waris itu motifnya ekonomi dan kebanyakan anak-anak yang menggugat memang problematikanya keuangan atau motifnya finansial,” katanya saat dihubungi, Senin, (25/1/2021).

2. Hubungan orang tua dan anak kurang baik

hopeforhurtingparents.files.wordpress.com/

Paling dasar terjadinya konflik di keluarga adalah dipengaruhi oleh hubungan antara anak dan orang tua yang kurang baik. Sering terjadi kesalahpahaman atau perbedaan pendapat dalam menilai sesuatu.

“Berantem pasti (tiap orang) pernah mengalami, tapikan nggak semua ke ranah hukum,” ucapnya.

Ketika ada konflik di dalam keluarga maka harus ada pihak yang berperan sebagai penengah agar semua bisa kembali hidup rukun tanpa harus ke ranah hukum. Ketika anak dan Ibunya sedang bertengkar maka ayah harus melerai atau anggota keluarga lain yang mampu mendamaikan.

“Nah kelihatannya dengan kondisi orang tua dan anak sampai ke level hukum itu biasanya komunikasi antara orang tuanya yakni ayah, ibu dan anaknya kurang baik kemudian anggota keluarga lainnya juga nggak cukup mampu menyelesaikan (memediasi) konflik yang tengah terjadi,” jelasnya.

3. Cara menangani masalah

freepik.com

Dalam ilmu psikologi, lanjutnya ada du acara dalam menangani masalah yakni menghindar (flight), dan melawan (fight). Kebanyakan anak akan memilih untuk menghindari masalah dengan orang tua. Biasanya anak cenderung menghindari pertemuan, mengobrol, bahkan berpapasan dengan orang tua.

Selain itu pun ada yang memilih untuk fight yakni dengan berantem, adu mulut hingga di level hukum seperti yang terjadi dewasa ini.

“Jika dalam konflik, yang benar itu menyelesaikan bukan fight atau flight. Yakni menyelesaikan masalah dengan kepala dingin jadi bukan fight tapi mencari solusi dengan kompromi. Jadi kalau dalam istilah konflik, kita bisa jalannya dengan perang, menyerah atau negosiasi,” katanya.

Baca Juga: Kasus Anak Gugat Ayah Kandung Rp3 Miliar, Hakim Minta Lakukan Mediasi

Baca Juga: Gugat Ayah Rp3 Miliar, Sang Anak Minta Maaf dan Siap Sembah Sujud

Berita Terkini Lainnya