Mahasiswa ITB Gelar Pameran Sejarah Palestina

Bandung, IDN Times - Student for Justice in Palestine Institut Teknologi Bandung (SJP ITB) bekerja sama denganThe Palestinian Museum dan Against Dehumanization menyelenggarakan pameran bertajuk Occupied Truth: The Art Intifada. Pameran tersebut dilaksanakan selama enam hari, dari Selasa (17/12/2024) hingga Senin (23/12/2024) di Galeri Soemardja, Gedung CAD ITB.
Diketuai oleh Kadek Bagus Wedanta Yogananda dan dikuratori oleh Inas Annisa Aulia, Pameran Occupied Truth menampilkan konten edukasi dan karya seni terkait dengan penyuaraan atas kebebasan Palestina. Konten edukasi disusun oleh SJP ITB melalui arsip-arsip milik pribadi, The Palestinian Museum, dan Against humanization.
"Konten edukasi meliputi sejarah konflik Palestina dan Israel, kekejaman Israel di Palestina, serta pergerakan yang mendukung kebebasan Palestina. Selain konten edukasi, pameran tersebut juga menampilkan karya-karya dari berbagai seniman," kata Kadek melalui siaran pers dikutip IDN Times, Selasa (17/12/2024).
1. Ada 26 karya dari 24 seniman

Karya yang ditampilkan berjumlah 26 dari total 24 seniman. Lima seniman di antaranya merupakan seniman Palestina yang karyanya tersimpan pada arsip digital The Palestinian Museum. Para seniman tersebut yakni: Ruqayya Al-Lulu, Maisara Baroud, Bashir Sinwar, Hani Zurob, dan Moeen Hassouna. Kemudian, terdapat Lima karya seniman yang ditampilkan melalui panggilan tertutup (closed call), yakni: Tisna Sanjaya, Deden H Durahman, Muksin MD, Aminuddin TH Siregar, dan Agung Kurniawan.
Selain itu, Pameran Occupied Truth juga bekerja sama dengan Lembaga Sosial Tab Space, lembaga yang mendukung seniman difabel untuk menampilkan dua karya dari seniman Nuval Rizki dan Adryan Adinugraha.
Terakhir, 14 karya lainnya merupakan hasil seleksi dari panggilan terbuka (open call), karya tersebut merupakan karya dari seniman: Michael Ezekiel Parulian, BOYA, Muhammad Eric Priana, Nafis Jauhar, Fariq Ridwan, Galih Hermawan, Risca Nogalesa, M. Abdan, Fatih Jagad Raya, Washfa Fadilla, Zahra Azkiya Nabila, dan Yusa Widiana.
2. Ada urgensi untuk terus menyuarakan kebebasan Palestina

Secara garis besar, Pameran Occupied Truth: The Art Intifada diinisiasi karena melihat adanya urgensi untuk terus menyuarakan kebebasan Palestina. Hal itu karena lembaga-lembaga perdamaian dunia gagal untuk menjaga ratusan ribu nyawa yang gugur setiap harinya di Palestina dan sekitarnya.
Melalui konten edukasi yang merunut sejarah konflik Israel Palestina, narasi-narasi yang kerap digeser oleh pihak-pihak tertentu diharapkan akan tercerahkan oleh fakta sejarah dan kenyataan kehidupan sehari-hari di Palestina.
"Konten aksi pergerakan pembebasan Palestina diharapkan juga menjadi pemicu berbagai pihak hingga individu untuk tidak putus untuk terus menyuarakan kebebasan Palestina," papar Kadek.
3. Bakal ada diskusi interaktif

Pameran Occupied Truth: The Art Intifada memiliki beberapa rangkaian acara, yakni, wicara (talkshow), penggalangan dana, pembuatan ruang membaca, serta aktivitas interaktif. Diskusi
akan dilaksanakan pada Sabtu (21/12/2024) yang mengundang beberapa pembicara.
Pembicara pertama berupa Fikha Adelia selaku kepala dari Refuture Indonesia, pembicara kedua berupa Rio Pale selaku kepala Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP), dan Giri Ahmad Taufik selaku co-founder dari Boikot, Divestasi, dan Sanksi Indonesia (BDS Indonesia).
Pembuatan ruang membaca di dalam pameran didukung oleh
buku-buku yang dipinjamkan dari Refuture Indonesia. Nantinya donasi dilakukan melalui kerja sama yang dilakukan SJP dengan Komite Nasional untuk Rakyat Palestina.