Dedi Mulyadi Keluhkan Biaya Operasional BIJB Kertajati Capai Rp60 Miliar Per Tahun

- Dedi Mulyadi keluhkan biaya operasional BIJB Kertajati mencapai Rp 60 miliar per tahun, bukan dari hutang melainkan kewajiban Pemprov Jabar.
- BIJB masih menyicil pinjaman ke sindikasi Bank Syariah, Pemprov Jabar akan mencari jalan keluar untuk mengatasi persoalan tersebut.
- Operasional bandara terbilang besar karena mengikuti standar dunia penerbangan, memerlukan biaya besar untuk perawatan dan persyaratan bandara.
Bandung, IDN Times - Gubernur Jabar Dedi Mulyadi membeberkan besarnya pembiayaan operasional Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka. Di mana Pemerintah Provinsi Jawa Barat selama ini harus nombok Rp60 miliar setahun untuk membiayai operasional bandar udara itu.
Dedi Mulyadi merasa terbebani dengan biaya operasional Bandara Kertajati setiap tahun yang mencapai Rp 60 miliar. Dia memastikan, pembiayaan itu bukan dari utang melainkan kewajiban yang harus dibayarkan.
"Oh bukan nungguk utang, Pemprov Jabar punya kewajiban hampir Rp60 miliar dalam setiap tahun, untuk biayanya operasional Kertajati. Ya berat," katanya, dikutip Kamis (12/6/2025).
1. Harus cari jalan keluarnya

Menurut Dedi, pinjaman BIJB ke sindikasi Bank Syariah sejauh ini masih dalam tahap menyicil. Dengan kondisi ini, ia memastikan Pemprov Jabar akan mencari jalan keluar mengatasi persoalan tersebut.
"Harus bagaimana? Biar dipikirkan ada desain strategi harus disiapkan. Jangan dulu marahin sekarang, kan saya baru tiga bulan," katanya.
2. BIJB klaim sudah lakukan efisiensi

Sementara, Direktur Utama PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB) M Singgih mengatakan operasional bandara memang terbilang besar karena mengikuti standar dunia penerbangan.
"Perawatan paling utama, listrik, kebersihan. Karena fasilitas itu mandatori ya, harus menjamin 3 S yaitu safety, security, service dan 1 C complaint terhadap aturan dunia penerbangan. Itu memerlukan biaya besar," katanya.
Kemudian, persyaratan bandara juga mewajibkan jumlah personel harus cukup untuk mengantisipasi jika terjadi kecelakaan penerbangan. Sehingga perawatan tetap harus dilakukan sesuai standar. "Harus sigap, respon time harus terpenuhi dari waktu ke waktu, harus dirawat," ucapnya.
3. Operasional listrik mencapai Rp1 miliar per bulan

Singgih mengakui, saat ini kondisi bandara belum ramai penumpang, namun suplai listrik harus tetap terpenuhi dan sudah dilakukan penghematan hingga beberapa persen.
"Listrik itu dalam kondisi sudah dihemat saja masih bisa Rp900 juta-Rp1 miliar per bulan. Belum lagi karyawan mesti tidak banyak tapi ada di tiap lini," katanya.
Jumlah karyawan di BIJB mencapai 160 orang termasuk operasional, angka ini dirasakan Singgih sudah turun di bawah standar dunia penerbangan. "Tapi angka segitu memang betul," ujarnya.
Dia mengakui per bulan BIJB membutuhkan suntikan bagi operasional Rp9 miliar-Rp10 miliar lebih, menurutnya angka itu sudah merupakan hasil efisiensi.
"Itu sudah dihemat banget, sehingga keluar angka (Rp60 miliar) sesuai yang disampaikan Pak Gubernur, sudah diefisienkan," kata Singgih.