Cendikiawan Muslim: Merasa Tahu Agama adalah Permulaan Sifat Ekstrem
Sifat ekstrem kerap menyerang kaum muda.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times – Dalam beberapa tahun terakhir, Presiden Joko “Jokowi” Widodo dan deretan kabinetnya tengah getol membahas paham ekstrem salah satunya yang membawa embel-embel agama. Misalnya, seperti apa yang dikatakan Menteri Agama Jenderal Purnawiraran TNI Fachrul Razi yang mengatakan pada November 2019, kalau Indonesia berada di bawah ancaman radikalisme dan ekstremisme.
Jauh sebelum Fachrul menekankan ancaman tersebut, seorang cendikiawan muslim kelahiran Mesir, dr. Yusuf Qardhawi (92 tahun), pernah menjelaskan bahwa paham esktrem tidak muncul dengan sendirinya. Seperti halnya isme lain, paham ekstrem, khususnya yang membawa nama agama Islam, juga lahir karena berbagai faktor yang saling berkaitan dengan kadar yang berbeda-beda.
Yang terang, kata dia dalam buku Islam “Ekstrem” yang ditulis pada 1981/1982, paham ekstrem telah bertentangan dengan ajaran Islam yang sesungguhnya, yang semestinya berlaku moderat terhadap segala aspek.
1. Sifat ekstrem tak lahir dari satu sebab
Menurut Yusuf, berbagai peneliti telah membahas ihwal munculnya paham ekstrem dari sudut pandang bidangnya masing-masing. Misalnya, peneliti beraliran ilmu jiwa sering mengaitkan lahirnya paham ekstrem dari batin manusia atau di bawah kuasa kesadarannya. Sementara para ahli ilmu sosial sering menuding keadaan masyarakat, kondisi, serta tradisi masyarakat sebagai penyebab munculnya paham ekstrem.
Yusuf sendiri memilih untuk berpijak di tengah pandangan-pandangan itu. Ia berpendapat bahwa munculnya paham ekstrem tak hanya disebabkan oleh satu hal saja, melainkan beberapa faktor yang saling berkaitan.
“Kadang-kadang penyebab itu—bila dianalisis secara mendalam—bersumber pada masyarakat itu sendiri. Pada kontradiksi-kontradiksi yang amat tajam, antara akidah dan perilaku, antara kewajiban dan kenyataan, antara agama dan politik, antara perkataan dan perbuatan, antara angan-angan dan pelaksanaan, serta antara syariat Allah dan ketetapan-ketetapan manusia,” ujar dia.
Dengan pandangan itu, Yusuf juga berpendapat jika dalam beberapa kasus kebobrokan pemerintah dan tirani juga sering menjadi penyebab dari munculnya paham ekstrem. Pandangan itu persis seperti apa yang dikatakan Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin (2014-2019), bahwa paham ekstrem muncul juga karena ketidakpuasan terhadap kerja pemerintah.