TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Pasar Rakyat Bandung Masih Lesu, Akademisi: Harus Dibuat Pasar Tematik

Keunikan sebuah pasar bisa jadi daya tarik pembeli

IDN Times/Debbie Sutrisno

Bandung, IDN Times - Sejumlah pasar di Kota Bandung alami kelesuan. Perpindahan sistem perdagangan dari luring (offline) ke daring (online) membuat banyak pelaku usaha di pasar kalabakan mengikuti perubahan tersebut. Alhasil tak sedikit toko yang tutup karena mereka tak kuat harus berjualan di pasar.

Akademisi dari Universitas Padjadjaran Yudi Aziz mengatakan, saat ini memang terlalu banyak pasar yang barang dagangannya seragam. Hal ini membuat kebingungan di masyarakat ketika ingin membeli barang tertenu.

"Jadi memang harus ada segmen tertentu. Jadi ga bisa kaya tebar jala di laut untuk nangkap ikan. Kan harus dilihat nih di mana potensi utama dari segmen itu," kata Yudi dalam diskusi Bandung Menjawab, Selasa (23/1/2024).

Sehingga ke depannya setiap pasar itu punya segmen yang berbeda-beda. Maka pasar yang ada sekarang seperti Pasar Kosambi, Pasar Baru atau pasar di bawah Pemkot Bandung lainnya harus mencari di mana kekuatannya masing-masing.

"Pasar tematik ini ide sehingga ketika orang mau ke mana itu sudah tau, kalau sekarang kan agak ga jelas yah," ungkap Ketua Program Doktor Ilmu Manajemen Unpad ini.

1. Pasar harus mampu melakukan transformasi

IDN Times/Debbie Sutrisno

Sementara itu, Anggota Panitia Seleksi Calon Dewan Pengawas dan Direksi Perumda Pasar Juara, Yogi Suprayogi menyampaikan, para petinggi direksi tersebut bukan hanya harus menguasai persoalan ekonomi dan bisnis, tapi juga isu sosial.

Sebab menurutnya, Perumda Pasar memiliki tanggung jawab untuk memperbaiki tata kelola, sehingga dibutuhkan pemimpin yang mampu bertransformasi dengan baik sesuai kebutuhan dan perubahan zaman

"BUMD harus bisa menjalankan fungsi sosial. Bicara pasar bukan hanya bisnis dan ekonomi, tapi juga ada aspek sosialnya. Tak dipungkiri, ada tingkat kriminal. Diharapkan para calon bisa menghadapi dinamika ini," ujar Yogi.

2. Perkembangan jaman jangan dilawan

ilustrasi pria sedang membeli barang di e-commerce (istockphoto.com/Georgijevic)

Dari sisi sosiologi kebijakan, baginya pemimpin direksi Perumda Pasar perlu memahami konteks regulasi pemerintahan. Sebab, ke depannya direksi akan berkoordinasi lebih lanjut dengan pemerintah daerah.

"Ini juga penting, dia harus memahami konteks pemerintahan. Sebab ke depan mereka akan sering berdiskusi dengan pemerintah. Jangan sampai ada inovasi bisnis yang melanggar tata cara bekerja yang ditetapkan dalam regulasi," tuturnya.

Sehingga, ia mengakui jika posisi krusial ini tak bisa diisi oleh orang yang hanya mencoba-coba atau tak punya kompetensi dalam aspek-aspek yang dibutuhkan.

"Ada beberapa syarat administratif yang harus terpenuhi juga. Seleksi ini tidak ada preferensi. Kami sangat independen dalam menentukan. Persoalan masalah operasional pasar itu kondisinya belum baik. Sehingga posisi ini bukan diperuntukkan bagi orang yang mencoba-coba, tapi harus bisa menangani permasalahan yang ada di pasar," ungkapnya.

Termasuk transformasi digital yang mau tak mau harus digeluti juga oleh pasar. Menurutnya, transformasi bisnis bukan sesuatu yang harus dilawan. Justru para petinggi direksi pasar perlu melihat potensi ini untuk meningkatkan dividen yang signifikan.

"Ada aplikasi yang bisa jual online. Ini bentuk transformasi bisnis yang tidak bisa dilawan. Perumda Pasar harus bisa mentransformasi budaya ini. Sehingga dividen atau keuntungan yang signifikan. PR-nya cukup banyak memang," aku Yogi.

Berita Terkini Lainnya