TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kasus Tinggi, Bio Farma Perkuat Produk Penanganan Gigitan Ular

Penanganan gigitan ular harus dilakukan dengan tepat sasaran

(Bio Farma)

Bandung, IDN Times - Perusahaan vaksin plat merah Indonesia, Bio Farma terus memperkuat produk-produk dalam negeri dengan kolaborasi bersama dengan berbagai lembaga luar negeri. Terbaru, Bio Farma menggandeng Thai Red Cross Society by Queen Saovabha Memorial Institute (QSMI).

Kerja sama antara keduanya dilakukan dalam pengembangan penanganan serangan ular. Penandatanganan kerja sama ini dilakukan oleh Prof. Emeritus Dr. Visith Sitprija sebagai Director Queen Saovabha Memorial Institute dan Soleh Ayubi, sebagai Wakil Direktur Utama Bio Farma.

Wakil Direktur Utama Bio Farma, Soleh Ayubi mengatakan, melalui tanda tangan ini ia berharap dapat lebih banyak berkolaborasi dengan QSMI untuk suplai produk ke Bio Farma.

"Dengan kerja sama ini, tentunya kesempatan kita untuk berkolaborasi dengan QSMI akan terbuka. Ke depannya saya berharap produk-produk lain selain antivenom nantinya akan kami kolaborasikan," ujar Ayub melalui keterangan resmi, Rabu (29/11/2023).

1. Kerja sama ini menghasilkan berbagai produk vaksin anti-gigitan ular

(Bio Farma)

Dalam kerja sama itu, Direktur QSMI, Visith Sitprija berharap besar dapat diberikan banyak akses terhadap produk antisera agar membantu pasien di seluruh dunia untuk mendapatkan perlindungan lebih terhadap serangan ular.

Adapun beberapa produk yang akan di-kerja-samakan oleh Bio Farma melalui QSMI adalah King Cobra (Ophiophagus hannah) Antivenin, Russell’s Viper (Daboia russelli siamensis) Antivenin, Hemato Polyvalent Snake Antivenin, Neuro Polyvalent Snake Antivenin, dan Green Pit Viper Antivenin.

2. Kasus gigitan ular di Indonesia dan Thailand berada di angka yang tinggi

(Bio Farma)

Serangan ular di Indonesia dan Thailand merupakan salah satu isu kesehatan yang cukup lumrah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Departemen Pengendalian Penyakit Kerajaan Thailand, selama rentang 2009-2018, terdapat rata-rata 5.035 kasus gigitan ular per tahun.

Menurut data di tahun yang sama, ditemukan bahwa hampir 32 persen di antaranya merupakan serangan atau gigitan yang diakibatkan oleh ular jenis Green Pit.

Indonesia sendiri memiliki 350 sampai 370 spesies ular, di mana 77 jenis di antaranya adalah yang memiliki bisa. Angka insiden setiap tahun diperkirakan sekitar 135.000 kasus berdasarkan laporan sepanjang 10 tahun terakhir yang dilakukan oleh Indonesia Toxinology Society.

Sedangkan angka kematiannya mencapai 10 persen per tahun. Selain menyerang manusia, ular juga dapat menyerang hewan ternak sehingga hal tersebut tentunya berbahaya dan merugikan para peternak.

Berita Terkini Lainnya