Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Pandangan Orang Tua Terhadap Anak Pertama, Ini Faktanya!

ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/Kindel Media)
Intinya sih...
  • Mendidik anak pertama tidak mudah, karena orang tua belum berpengalaman
  • Anak pertama dianggap lebih dewasa dan diberi tanggung jawab yang besar
  • Hubungan emosional orang tua dengan anak pertama berbeda dengan adik-adiknya

Berbicara soal anak pertama, mereka sering dikaitkan dengan sifat-sifatnya yang cenderung keras dan dominan. Itu tidak salah, karena dalam beberapa kasus ada orang tua yang mendidik anaknya secara tegas dan strict. Di sisi lain, ada juga yang memberikan fasilitas lengkap dengan harapan sang anak memiliki kehidupan yang baik, dari segi pendidikan, asupan, hingga perawatan yang memadai.

Disamping rasa bersyukur, terselip pula ekspektasi serta harapan orang tua pada anak pertama. Karena belum memiliki pengalaman, kebanyakan orang tua memberi sedikit banyak pressure, sehingga sebagai anak harus berbesar hati menerima situasi tersebut. Adapun fakta lain yang harus dipahami dari sudut pandang orang tua, terhadap anak pertamanya yang suka bikin gagal paham, simak penjelasannya!

1. Pertama kalinya dalam hidup menjadi orang tua

ilustrasi orang tua sedang menatap bayi (pexels.com/Yan Krukau)
ilustrasi orang tua sedang menatap bayi (pexels.com/Yan Krukau)

Mendidik dan membesarkan seorang anak tidaklah mudah. Butuh pengorbanan dan effort yang besar untuk mendapatkan hasil yang baik. Pertama kali memiliki anak, berarti belum punya pengalaman soal mendidik dan tidak tahu cara membesarkannya. Apalagi untuk orang zaman dulu, informasi soal parenting tidak semasif masa kini.

Sebagai anak mungkin harus melihat dari berbagai sudut pandang untuk memahami dan memaklumi kondisi tersebut, atas sikap mereka yang berlebihan, cemas, bahkan tak sengaja menyakiti. Anggaplah upaya dan nasehat yang mereka berikan adalah bentuk perhatian dan kasih sayang terhadap anaknya.

2. Orang tua menganggap anak pertama lebih bisa diberi tanggung jawab

ilustrasi orang tua sedang berbicara dengan anaknya (pexels.com/August de Richelieu)
ilustrasi orang tua sedang berbicara dengan anaknya (pexels.com/August de Richelieu)

Semakin tua seseorang, semakin banyak pula pengalaman serta pembelajaran yang diperolehnya. Kurang lebih itulah anggapan orang tua terhadap anaknya. Karena anak pertama lahir lebih dulu, maka dianggap bisa lebih dewasa untuk mengurusi beberapa hal, seperti menjadi pengganti orang tua, dipercaya mengurusi adik, dan lain sebagainya.

Anggapan ini juga bagian dari budaya, dimana sebagai anak pertama dinilai lebih superior dibanding adik-adiknya, sehingga peran-peran strategis muncul dengan sendirinya. Rasa ingin bisa menjadi contoh yang baik, ingin melindungi keluarga, membantu perekonomian keluarga, dan rasa tanggung jawab yang besar.

3. Ikatan emosional orang tua dan anak pertama berbeda dengan adik-adiknya

ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/Ksenia Chernaya)
ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/Ksenia Chernaya)

Memiliki anak pertama kalinya dalam hidup membuat orang tua juga memberikan kasih sayang seutuhnya pada anak mereka (sebelum ada adik). Oleh karena itu, hubungan yang tercipta antara anak pertama dan orang tua juga memiliki perbedaan dengan yang lainnya. Seperti kepercayaan, harapan lebih besar, dan emosional yang kuat.

Nyatanya setiap anak memiliki ikatan emosional dan gaya komunikasinya masing-masing dengan orang tua. Terkadang hal ini juga bisa menimbulkan salah paham, karena kesannya membeda-bedakan. Adanya perbedaan tersebut akan membentuk karakter anak secara tidak langsung, serta menciptakan ikatan yang berbeda pula.

4. Banyak memberi tekanan dan menuntut, agar anak pertama lebih ‘siap’

ilustrasi anak sedang sedih (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi anak sedang sedih (pexels.com/RDNE Stock project)

Dalam beberapa kasus, contohnya bagi keluarga yang kondisi finansialnya belum stabil, anak pertamalah yang menjadi harapan orang tua untuk membantu menambah pemasukan untuk biaya hidup. Atau sebagian dari mereka sengaja dididik untuk mandiri lebih cepat, untuk bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, salah satunya dengan menabung, atau bekerja sampingan.

Kita pun seringkali mendengar cerita tentang sandwich generation dimana seorang anak harus menghidupi keluarganya, dan tak jarang orang tersebut adalah anak pertama. Beberapa anak terpaksa harus mengenal dunia lebih cepat, karena keadaan. Tekanan yang ada menjadikan mereka lebih tegas, idealis, dan siap menghadapi tantangan.

5. Harapan untuk bisa ‘membalas’ pengorbanan orang tua

ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi anak dan orang tua (pexels.com/Kindel Media)

Meski tidak terucap atau meminta secara gamblang, diam-diam orang tua mengharapkan anak-anak bisa membalas mereka suatu saat nanti. Baik dalam wujud bakti, materi, kasih sayang, atau merawat mereka saat memasuki usia senja. Mengingat besarnya pengorbanan orang tua selama merawat, wajar timbul rasa ingin ‘dibalas kembali’, 

Harapan tersebut tentu sah-sah saja, tetapi juga pressure. Sebab hal itu merupakan harapan yang besar dan tidak mudah. Anak pertama tentu ingin andil, dengan niat agar bisa membalas budi orang tua yang telah menjaganya hingga detik ini. Disaat yang bersamaan, ia juga takut tidak bisa memenuhi harapan orang tuanya. 

6. Orang tua terkadang lupa bahwa anak pertama pun seorang anak

ilustrasi anak dan ayah (pexels.com/Kindel Media)
ilustrasi anak dan ayah (pexels.com/Kindel Media)

Karena budaya dan tradisi yang melekat, menempatkan posisi yang sulit kepada anak pertama. Saat memiliki adik, ia diposisikan sebagai kakak, dimana ia harus mengalah dan menjadi contoh untuk adiknya. Jika terjadi saat masih kecil, posisi ini akan membentuk karakter anak sampai dewasa nanti. 

Perbedaan cara mendidik dan menempatkan posisi anak mempengaruhi cara berpikir dan perilaku mereka, sehingga naluriahnya mengatakan ia harus lebih dewasa, mengalah, dan terlihat sempurna. Orang tua terkadang melewatkan posisi anak pertama sebagai anak, yang menyebabkan anak sulit mengenal diri sendiri dan merasa tidak bebas.

7. Title anak pertama harus menjadi kebanggaan keluarga yang melekat

ilustrasi anak dan orang tua sedang berfoto saat wisuda (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi anak dan orang tua sedang berfoto saat wisuda (pexels.com/RDNE Stock project)

Anggapan anak pertama harus lebih sukses dibanding yang lain juga melekat di masyarakat kita sejak dulu. Title tersebut bisa jadi motivasi sekaligus pressure, sebab tidak semua anak pertama lebih sukses. Lagi-lagi ini menyangkut ekspektasi dari orang sekitar terhadapnya.

Menjadi kebanggaan keluarga adalah cita-cita anak pertama. Kebanggaan yang ia dapatkan bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain terutama keluarga. Penting bagi orang tua untuk tidak memposisikan anak pertama selalu ‘diatas’, sebab terkadang mereka juga ingin punya ruang dan menjadi dirinya sendiri.

Sebagai anak tidak bisa menyalahkan orang tua dalam hal ini, karena orang tua pun hanyalah manusia yang bisa melakukan kesalahan. Pesan untuk para calon orang tua, karena kita sudah ada pada era yang canggih, perbanyak referensi soal parenting. Karena zaman sudah berubah, perubahan harus diiringi dengan pengetahuan terbaru supaya tetap relevan dengan kebutuhan anak.

Peran sebagai anak pertama tidaklah mudah, ada tanggung jawab serta harapan yang harus dipenuhi, yang bahkan kita sendiri tidak yakin. Namun, yakinlah dengan pengorbanan kecil setiap harinya akan membuahkan hasil dikemudian hari. Sebagai anak, tetaplah menjadi anak yang baik pada orang tuamu bagaimanapun kondisinya. 


This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Yogi Pasha
EditorYogi Pasha
Follow Us