5 Perkembangan Teknologi Terburuk Tahun 2024, Apa Saja?

Bandung, IDN Times – Orang bijak berkata bahwa kegagalan adalah modal besar untuk menyusun keberhasilan. Sebab, pada prinsipnya, kegagalan selalu saja terjadi dalam sebuah perkembangan, tak terkecuali dalam perkembangan teknologi.
Seperti yang terjadi pada 2024, di mana terdapat beberapa perkembangan teknologi menemui kata ‘gagal’ yang disepakati banyak orang. Penasaran? Berikut lima kegagalan teknologi terburuk tahun 2024 menurut MIT Technology Review:
1. Kesalahan dalam pengembangan AI pada Gemini

Kekhawatiran banyak orang tentang pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) akhirnya terjadi pada 2024. Sebab, AI telah disusupi pengembangan yang bias dan fatal seperti Viking yang berkulit hitam, bahkan Paus berjenis kelamin perempuan.
Fitur gambar AI Gemini milik Google, yang diluncurkan Februari 2024, telah disetel untuk memamerkan keberagaman dengan penuh semangat sehingga terkadang melupakan sisi sejarah. Hal tersebut mengundang reaksi kritikus, sehingga membuat Google kerepotan.
Dampaknya, Google menghentikan sementara Gemini agar tak menarik minat orang lebih luas, seraya mengakui bahwa upaya mereka sementara “gagal mencapai sasaran”, meski mereka mengklaim telah bermaksud baik.
Versi gratis Gemini sebenarnya tidak bisa membuat gambar orang, meski versi berbayar mereka mampu melakukannya.
2. Pesawat Boeing Starliner

Perusahaan kenamaan yang merancang, memproduksi, dan menjual pesawat, Boeing pun tak luput dari kegagalan pada 2024. Pesawat antariksa mereka yang inovatif (karena dapat digunakan kembali), Starliner, telah menjadi penyebab dari terdamparnya dua astronot NASA yakni Sunita “Suni” Williams dan Barry “Butch” Wilmore.
Kedua astronot tersebut terdapat di Stasiun Luar Angkasa Internasional. Mereka terbang ke luar angkasa pada Juni 2024, dalam misi menguji Starliner milik Boeing. Semestinya, perjalanan mereka akan berlangsung hanya selama delapan hari saja, sebelum malapetaka terjadi.
Helium dari Starliner mengalami kebocoran, ditambah mengalami masalah pendorong sehingga unit Starliner tersebut harus pulang dalam keadaan kosong.
Kegagalan tersebut membuat Butch dan Suni tidak bisa kembali ke Bumi hingga 2025, ketika pesawat dari pesaing Boeing, yakni SpaceX, dijadwalkan membawa mereka pulang.
Kegagalan Starliner membuat Boeing memecat kepala unit pertahanan dan antariksa mereka.
“Pada titik kritis ini, prioritas kami adalah memulihkan kepercayaan pelanggan dan memenuhi standar tinggi yang mereka harapkan dari kami untuk mendukung misi penting di seluruh dunia,” kata CEO baru Boeing, Kelly Ortberg, dalam memonya.
Kejadian tersebut menambah daftar panjang kegagalan Boeing dalam pengembangan teknologi mereka selama 2024. Mereka mengawali 2024 dengan penuh kesulitan, seperti kejadian pintu pesawat mereka yang tiba-tiba terlepas di tengah penerbangan; aksi mogok pekerja; menerima denda dengan nilai yang besar atas kasus keselamatan pesawat 737 Max, dan CEO yang mundur pada Maret 2024.
3. Gangguan CrowdStrike

Pada 19 Juli 2024, ribuan komputer Windows di maskapai penerbangan, stasiun TV, hingga rumah sakit menampilkan layar biru dan mengalami eror. Kejadian ini bukanlah ulah peretas atau ransomware, melainkan terjadi karena sistem terjebak dalam boot loop setelah adanya proses update yang dikirimkan oleh CrowdStrike, perusahaan keamanan siber asal Amerika Serikat (AS).
Menghadapi masalah tersebut, CEO CrowdStrike George Kurtz langsung menghubungi X untuk mengatakan jika kejadian tersebut telah diidentikfikasi sebagai cacat dalam satu berkas komputer.
Problema tersebut mengundang nyinyiran dari banyak pihak, terutama karena moto dari CrowdStrike ialah “Kami Menghentikan Pelanggaran”. Sebab, bagaimana seseorang dapat membobol komputer pengguna CrowdStrike, jika memang komputer tersebut tak dapat dinyalakan.
Malfungsi sistem itu membuat pelanggan CrowdStrike, Delta Airlines, membatalkan tujuh ribu penerbangan dan meminta CrowdStrike untuk mengganti rugi senilai USD500 juta ( sekitar Rp8,1 miliar). Delta Airlines menuduh CrowdStrike telah menyebabkan bencana global, karena mengambil langkah yang tidak tersertifikasi dan tidak teruji.
4. Pertanian vertikal

Menanam salada di dalam gedung dengan memanfaatkan robot, hidroponik, dan lampu LED terlihat sebagai ide yang baik dan mungkin mendapat pujian dari banyak orang. Ide tersebut yang dilakukan oleh Bowery, startup pertanian vertikal, dengan kemampuan dana lebih dari USD700 juta (Rp11 triliun).
Namun pada November 2024, Bowery bangkrut dan menjadikannya sebagai startup dengan kegagalan terbesar tahun 2024—menurut firma analisis bisnis CB Insights.
Sebelum mengalami kebangkrutan, Bowery mengklaim bahwa pertanian vertikal seratus kali lebih produktif daripada pertanian tradisional (dalam asumsi per per kaki persegi). Menurut perhitungan mereka, rak-rak tanaman sebenarnya dapat ditumpuk setinggi 40 kaki.
Namun di lapangan, kenyataan berkata lain. Selada yang ditanam di sebuah gedung perusahaan lebih mahal daripada perhitungan. Di sisi lain, Bowery juga kesulitan menghadapi masalah infeksi tanaman yang menyerang klien mereka. Hal tersebut membuat mereka merugi, dan akhirnya bangkrut.
5. Pager yang meledak

Kegagalan teknologi selanjutnya ada dalam kejadian perang antara Israel dan Hizbullah, faksi Islam di negara Palestina. Teknologi ini diciptakan oleh Israel dalam misi mereka menumpaskan Hizbullah.
Israel mendirikan perusahaan cangkang yang menjual ribuan pager, sebuah alat komunikasi, yang berisi bahan peledak kepada Hizbullah. Ketika itu, memang Hizbullah tengah khawatir pesawat telepon mereka dimata-matai musuh.
Hal tersebut tentu menjadi pelanggaran dan penyalahgunaan teknologi yang dilakukan oleh Israel. Bisa jadi, peristiwa tersebut disebut sebagai kejahat perang. Alasannya, ada sebuah perjanjian internasional pada 1996 yang melarang pembuatan objek yang tampak tidak berbahaya sebagai alat ledak.
Atas kejadian itu Israel menerima kecaman dari banyak pihak. The New York Times bahkan bercerita bahwa gara-gara Israel, Fatima Abdullah, yang berusia sembilan tahun, telah tewas ketika hendak mengantarkan pager yang tengah berbunyi tersebut pada ayahnya.
Itu dia lima dari banyaknya kegagalan teknologi yang terjadi selama 2024. Semoga setiap kegagalan dapat berbuah menjadi pengetahuan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan umat manusia, ya!
Seperti kata Nicola Tesla: "Saya tidak gagal. Saya hanya baru saja menemukan 10 ribu cara yang tidak bekerja.”
Sumber:
https://www.technologyreview.com/2024/12/17/1108883/the-8-worst-technology-failures-of-2024/