TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah Museum Pos Indonesia di Bandung, Berdiri Sejak 1920

Gak hanya menyimpan koleksi perangko, lho!

Museum Pos Indonesia (posindonesia.co.id)

Bandung, IDN Times - Selain terkenal akan pesona alamnya, Bandung juga memiliki bangunan-bangunan bersejarah yang tak kalah menarik sebagai tujuan wisata. Salah satunya yaitu Museum Pos Indonesia yang berada di Jalan Cilaki No. 73.

Selain menjadi rumah arsip bagi perangko-perangko dari zaman dahulu, di museum ini juga tersimpan surat-surat penting dari kalangan keluarga raja, lho. Sebelum berkunjung, simak dulu yuk, sejarah Museum Pos Indonesia di Bandung berikut ini.

Baca Juga: 5 Fakta Sejarah El Ángel, Monumen Kemerdekaan Meksiko

1. Awalnya bernama Museum PTT (Post Telegraph dan Telepon)

koleksi Museum Pos Indonesia (indonesiakaya.com)

Museum Pos Indonesia telah berdiri lebih dari satu abad yang lalu. Dibangun pada 27 Juli 1920 di lahan seluas 706 meter persegi, awalnya museum ini diberi nama Museum PTT (Post Telegraph dan Telepon).

Arsitektur bangunannya dirancang oleh Ir. J. Berger dan Leutdsgebouwdienst dengan mengadopsi arsitektur khas Italia pada masa Renaissance. Selain ditujukan untuk museum, bangunan juga difungsikan sebagai kantor pos.

2. Sempat terbengkalai setelah Perang Dunia II

pintu masuk Museum Pos Indonesia (indonesiakaya.com)

Pengelolaan Museum Pos Indonesia sempat mengalami jatuh bangun. Setelah Perang Dunia II berakhir, tepatnya saat perpindahan kekuasaan dari Belanda ke Jepang, bangunan dan benda-benda koleksi yang tersimpan di dalamnya terbengkalai.

Pada 18 Desember 1980, mulai diadakan inventarisasi dan pengumpulan benda-benda bersejarah oleh Direksi Perum Pos dan Giro melalui Panitia Persiapan Pendirian Museum Pos dan Giro. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menambah koleksi museum dan langkah awal untuk mewujudkan museum sebagai sarana rekreasi dan edukasi.

Benda-benda bersejarah terkait pos dan surat-menyurat pun dipamerkan dalam Pameran Pos dan Giro pada 27 September 1982 oleh panitia. Momen tersebut juga dibarengi dengan peresmian penerapan Sistem Kode Pos Indonesia.

3. Pegantian nama museum

diorama aktivitas pelayanan pos di Museum Pos Indonesia (indonesiakaya.com)

Lalu, pada 27 September 1983, museum mengalami perubahan nama menjadi Museum Pos dan Giro atas keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Momen tersebut juga bertepatan dengan diperingatinya Hari Bhakti Postel ke-38.

Seiring berkembangnya pengelolaan museum yang lebih tertata, benda-benda koleksi yang berhubungan dengan sejarah pos pun kian bervariasi. Mulai dari masa Kompeni dan Bataafsche Republiek (1707-1803), masa pemerintahan Daendels (1808-1811), masa pemerintahan Inggris (1811-1816), masa pemerintahan Hindia Belanda (1866-1942), masa Jepang (1942-1945), dan masa Kemerdekaan. Namun tak terbatas perangko saja, dibuat juga diorama aktivitas pelayanan pos.

Kemudian pada 20 juni 1995, nama museum kembali mengalami perubahan menjadi Museum Pos Indonesia yang digunakan sampai sekarang. Perubahan tersebut menyesuaikan nama dan status perusahaan yang berganti dari Perusahaan Umum Pos dan Giro menjadi PT. Pos Indonesia (persero).

Baca Juga: Pameran Perangko Digelar di Bandung, Ada yang Harganya hingga Rp122 Miliar

4. Tiga tema koleksi Museum Pos Indonesia

koleksi Museum Pos Indonesia (bandung.go.id)

Sejauh ini, ada 3 tema koleksi yang diangkat oleh Museum Pos Indonesia di Bandung, yaitu:

1. Koleksi sejarah
Koleksi sejarah memberikan informasi seperti yang telah dibahas sebelumnya pada artikel ini.

2. Koleksi filateli
Koleksi filateli tentu saja berkaitan dengan perangko, di mana orang yang mengoleksi perangko sendiri dinamakan filatelis. Setidaknya saat ini ada sebanyak 131 juta keping perangko, baik berasal dari dalam negeri maupun mancanegara.

3. Koleksi peralatan pendukung layanan pos
Setidaknya terdapat 200 koleksi peralatan pendukung pos yang tentu saja berhubungan dengan aktivitas pos, seperti timbangan paket, alat cetak perangko, surat-surat berharga, armada pengantar surat, dan lain sebagainya.

Berita Terkini Lainnya