Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Mahendra
IDN Times/Mahendra

Bandung, IDN Times - Wali Kota Bandung Oded M Danial mengakui metode Peuyeumisasi yang tengah diuji coba untuk mengolah sampah di tempat pembuangan sampah (TPS) memang kurang bagus. Sebab sampah yang akan diolah tidak dipisahkan terlebih dulu, tapi diolah secara bersamaan untuk menghasilkan briket yang bisa dijadikan bahan bakar.

"Sampah memang harus dipisahkan (antara organik dan non-organik). Ini (hasil olahan) jadi lebih bagus," ujar Oded ditemui usai mengikuti Apel Siaga Pemilu di Lapangan Gasibu, Kota Bandung, Jumat (22/3).

1. Peuyeumisasi adalah inovasi masyarakat

IDN Times/Yogi Pasha

Menurut Oded, metode ini sebenarnya datang dari masyarakat yang menilai teknologi tersebut bisa tepat guna. Metode ini pun tidak berseberangan dengan Gerakan Kang Pisman yang harus memisahan sampah sebelum masuk ke TPS.

"Semangatnya ini tetap sama dengan Kang Pisman," ujar Oded.

Dia pun mengklaim menjalankan metode ini karena tidak ingin mengekang ide masyarakat dalam berbagai hal termasuk pengolahan sampah. Meski demikian, pihaknya tetap akan melakukan evaluasi dari metode Peuyeumisasi yang mulai dijalankan.

"Nanti kita lihat mana yang sesuai dengan koridor di lingkungan, sehingga kita tahu mana yang akan kita pakai," paparnya.

2. Pemkot Bandung cari berbagai cara untuk mengolah sampah agar bermanfaat

IDN Times/Yogi Pasha

Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung hingga saat ini masih mencari cara agar sampah ‎bisa diolah menjadi barang bernilai ekonomi ataupun kebermanfaatan bagi masyarakat. Salah satunya dengan intensif mencoba metode Peuyeumisasi.

Metode Peuyeumisasi ini berupa pengolahan sampah yang diberi cairan khusus semacam bio activator dan diproses mirip pembuatan makanan khas Sunda 'peuyeum'.

Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Sopyan Hernadi, proses Peuyeumisasi dengan cairan ‎bio activator membuat volume sampah menjadi menyusut dan semakin padat. Setelah menyusut, sampah lalu diolah kembali menggunakan mesin hingga berubah jadi bahan bakar padat.

"Sampah dikasih semacam bio activator untuk memperlunak fisik sampah ibarat seperti peuyeum. Setelah agak lembut dicampurkan semacam perekat atau agregat, masuk ke mesin bisa menjadi semacam pelet atau briket," kata Sopyan di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Jalan Indramayu beberapa waktu lalu.

Sopyan menambahkan, proses Peuyeumisasi menghasilkan bahan bakar padat berkualitas cukup baik. Bahkan cukup mumpuni untuk penggunaan skala industri.

"Kalau briket bisa dijadikan bahan bakar seperti kompor. Sedangkan pelet bisa untuk bahan bakar pabrik atau pembangkit listrik tenaga uap. Tapi memang lebih dianjurkan agar digunakan untuk mesin besar karena sudah ada teknologi penyaringan uap hasil pembakarannya nanti," tambahnya.

3. Dianggap jadi metode paling efektif

Google Image

Menurut Sofyan, proses Peuyeumisasi memerlukan waktu sekitar lima hari sebelum diproses menjadi bahan bakar. Selama proses itulah sampah berubah semakin lunak secara perlahan.

Metode ini pun diklaim menjadi cara paling ampuh diterapkan di Kota Bandung. Sebab proses pengolahan tanpa harus memilah terlebih dahulu antara sampah organik dengan non-organik.

"Peuyeumisasi lebih ke mempercepat proses karena sampah tidak hanya organik tapi bisa mix, tercampur tapi tanpa melalui proses pembakaran. Kalau kaya kompos dan biodigester itu khusus organik, jadi harus ada pemilahan," ungkapnya.

4. Wakil Wali Kota tertarik dengan metode ini

IDN Times/Humas Bandung

Dengan sejumlah keunggulan itulah Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana tertarik dengan metode Peuyeumisasi. Terlebih, mengingat karakter sampah di Kota Bandung yang masih tercampur antara organik dan non organik ataupun sampah kering dengan basah.

‎"Kita mau melanjutkan program pengolahan sampah lewat Peuyeumisasi. Ini salah satu metode pengolahan sampah," katanya.

Namun, sekalipun kepincut dengan metode Peuyeumisasi, Pemkot Bandung tetap menjajaki beragam cara pengolahan lainnya. Hal ini sudah menjadi komitmen Pemkot Bandung dalam rangka menanggulangi persoalan sampah.

‎"Sebetulnya kita banyak metode, ada biodigester, komposting. Ini kan salah satu. Pada prinsipnya kita coba terus mana yang lebih baik," katanya

Editorial Team