AKB Diperketat Ternyata Kendor, Wali Kota Bandung: Tong Dibikin Riweuh
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bandung, IDN Times - Pemerintah Kota Bandung masih memberlakukan kebijakan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) Diperketat dalam menekan penyebaran virus corona. Sejumlah aturan diterapkan mulai masker hingga memberlakukan sistem buka-tutup sejumlah ruas jalan untuk memecah keremunan massa.
Tetapi, dalam beberapa pekan terakhir, kebijakan sistem buka-tutup jalan sudah tidak lagi terlihat. Sejumlah titik yang biasanya dilakukan buka-tutup pada pagi, siang, dan malam, kini sudah dibiarkan normal.
Menanggapi hal itu, Wali Kota Bandung Oded M. Danial membenarkan jika Pemerintah Kota Bandung sudah tidak lagi memberlakukan sistem buka-tutup sejumlah ruas jalan di AKB Diperketat.
Politisi PKS Jabar ini mengatakan bahwa selama beberapa hari lalu, ia mendapatkan masukan dari masyarakat dan pengusaha terkait buka tutup jalan yang dinilai terlalu membebani.
2. Oded mengaku kelonggaran diberikan atas usulan masyarakat dan pengusaha
Menurutnya, para pengusaha dan masyarakat ingin akses buka tutup jalan tidak diberlakukan tiga kali sehari seperti pada awal AKB yang diperketat. Namun, Ia menegaskan nantinya masalah ini akan dibahas dalam waktu dekat.
"Nanti tergantung hasil evaluasi. Jalan dibuka saat penutupan karena kemarin ada masukan dari masyarakat dan pengusaha di bahas oleh teman teman," ujar Oded di Pendopo Bandung, Selasa (9/11/2020).
2. Oded minta masalah tersebut jangan dibuat ribet
Oded mengaku, saat ini buka tutup jalan memang tidak diberlakukan secara ketat lantaran hal ini dianggapnya merupakan kebijakan yang dinamis. Ia bahkan mengatakan bahwa buka tutup jalan bukan menjadi masalah yang krusial.
"Dinamis yang penting terkendali, sesuai kebutuhan. Tong di bikin riweuh (jangan dibuat ribet)," ungkapnya.
3. Kelonggaran AKB akan berdampak pada peningkatan kasus positif corona
Sedangkan, sebelumnya, ahli epidemiologi dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Panji Fortuna Hadisoemarto mengatakan bahwa Pemerintah Kota Bandung harus segera melakukan evaluasi Adaptasi Kebiasaan Baru AKB yang diperketat dengan maksimal.
Ia menjelaskan, pada prinsipnya saat ini Kota Bandung masih punya risiko terjadi penularan COVID-19, hal ini dibuktikan dengan masih adanya kasus positif. Bahkan, menurutnya, beberapa daerah lain juga masih mengalami kondisi yang serupa.
4. Epidemiologi kritisi kelonggaran AKB selama libur panjang kemarin
Jika masih ada transmisi kasus, ia mengatakan, masyarakat masih banyak melakukan kontak erat dan mobilitas di luar rumah sudah banyak di lakukan oleh warga dan ini akan berpotensi menambah penularan virus corona.
Panji juga mengkritisi adanya pelonggaran AKB yang diperketat selama libur panjang 28 Oktober 2200 sampai 1 November 2020. Menurutnya, dampak dari kelonggaran ini baru akan terlihat setelah dua minggu sesudahnya.
"Dampak libur panjang kita belum lihat keseluruhannya, jadi kurang strategis kalau terlalu longgar AKB-nya. Bisa jadi ada transmisi yang belum ke deteksi dan bisa jadi meluas kalau kita sekarang terlalu longgar," tuturnya.
5. Kelonggaran dapat membuat semakin banyak kerumunan masyarakat
Berbicara tentang kelonggaran AKB, menurut Panji Pemerintah Kota Bandung ada baiknya melihat probabilitas terlebih dahulu, jika aturan dilonggarkan maka potensi peningkatan kasus akan terjadi.
"Kalau longgar kemungkinan kontak satu orang dan lain meningkat jadi selama masih ada kasus aktif yang belum diteksi maka kemungkinan penularan akan meningkat jadi artinya ada potensinya, hal ini harus di lihat secara baik," kata dia.
Baca Juga: Kasus Corona Bandung Naik Akibat AKB Longgar? Pemkot Diminta Evaluasi
Baca Juga: Epidemiolog Minta Pemkot Bandung Tak Asal Perketat AKB