TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sektor Pertanian Majalengka Kian Tergerus di Tengah Menjamurnya Pabrik

Banyak pabrik berdiri di lahan produktif

Inin Nastain IDN Times/ hamparan sawah di Kecamatan Ligung dengan latar belakang bangunan pabrik

Majalengka, IDN Times - Kondisi pertanian di Kabupaten Majalengka dinilai cukup mengkhawatirkan. Kekhawatiran itu seiring dengan maraknya alih fungsi lahan dari pertanian, menjadi industri.

Fenomena itu dimulai sejak hadirnya BIJB Kertajati Majalengka. Ironisnya, alih fungsi itu kerap terjadi pada lahan-lahan pertanian yang dinilai masih produktif. Beberapa lahan yang akhirnya alih fungsi, diketahui masih bisa panen selama 2 kali dalam setahun. 

Beberapa lahan pertanian yang mulai beralih jadi industri itu di antaranya di Kecamatan Ligung. Di daerah ini, dalam beberapa tahun terakhir, mulai marak berdiri pabrik, yang sebelumnya merupakan lahan sawah.

"Iya, ada pengaruh terhadap lahan pertanian. Dan itu terjadi pada lahan yang cukup produktif," kata wakil ketua komisi II DPRD kabupaten Majalengka Muh. Fajar Shidiq

1. Tidak ada data pasti luasan lahan pertanian

Inin Nastain IDN Times/ warga berniat menjual lahan sawah

Ancaman adanya penyusutan lahan pertanian itu masih akan berlangsung di beberapa titik, khususnya Majalengka bagian utara, yang memang dekat dengan bandara dan Tol Cipali. 

Namun sayang, DPRD Majalengka belum memiliki data pasti, berapa luasan lahan pertanian yang sekarang tersisa. 

"Kami, di komisi 2 pernah meminta pemerintah dalam hal ini ke Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) data luas lahan secara riil. Tapi sampai sekarang nggak ada kabar," kata dia.

Fajar menegaskan, data tersebut dinilai penting, untuk mengetahui sejauh mana persediaan padi, ketika dikaitkan dengan kebutuhan masyarakat. Namun, jelas dia, data tersebut tidak pernah disampaikan oleh DKP3 itu.

"Dari sana bisa ketahuan rasio kebutuhan berapa. Karena kan lewat data itu, bisa ketahuan berapa produksi, kebutuhannya berapa. Lalu, muncul lah, data memadai nggak persediaannya," kata Fajar.

"Kami khawatir, lahan-lahan pertanian ini akan terus terkikis begitu saja. Tanpa ada kajian yang mendalam," jelas dia.

2. Petani masih mengeluh persediaan pupuk subsidi

Persediaan pupuk dari PT Pupuk Indonesia. (Dok/Istimewa)

Pekan lalu, Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi memastikan persediaan pupuk subsidi aman. Dedi menyebutkan, untuk musim tanam (MT) pertama, dirinya sudah menandatangani kebutuhan pupuk hampir 100 ton. 

 “Saya sudah tandatangani tahun ini, urea sebanyak 44,7 ribu ton dan untuk NPK sebanyak 52,6 ribu ton. Jadi insyaallah aman,”kata Dedi beberapa waktu lalu.

Namun, setelah pernyataan Pj itu, Fajar mengaku masih kerap menerima keluhan petani yang mengaku kesulitan mendapatkan pupuk. Bahkan, kata dia, dari aduan masyarakat, ketersediaan pupuk subsidi tahun lalu dianggap lebih baik.

"Pak Pj pernah bilang aman. Tapi ternyata, masih banyak petani yang bilang masih susah," jelas dia.

"Tahun lalu itu, petani dapat jatah 70 persen pupuk subsidi, yang 30 persennya beli non subsidi. Tahun sekarang, mereka hanya bisa 26-30 persen. Sisanya, beli non subsidi," kata dia.

Fajar berharap, pernyataan Pj setelah sidak ke toko pupuk itu bisa segera dinikmati oleh masyarakat petani. "Karena sekarang kan masih MT pertama, tapi mereka ngaku sulit dapat pupuk," jelas dia.

Berita Terkini Lainnya