TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

BPN: Wisata Halal Buka Pasar Wisatawan Baru untuk Bali

Usulan Sandiaga ada wisata halal di Bali jadi pro kontra

IDN Times/Fitria Madia

Jakarta, IDN Times - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Taufan Rahmadi, menjelaskan urgensi pengembangan branding pariwisata halal di Bali sebagaimana dicetuskan cawapres Sandiaga Uno.

Taufan mengatakan, pariwisata halal tidak menegasikan branding wisata budaya yang selama ini telah melekat dengan Bali. 

"Pariwisata halal adalah bicara tentang gaya hidup halal serta jenis jasa layanan yang diberikan kepada para wisatawan, yang memang membutuhkan pelayanan halal di saat mereka berlibur ke suatu destinasi," kata Taufan dalam keterangannya, Rabu (27/2).

Baca Juga: 4 Alasan Sandiaga Ingin Mengembangkan Pariwisata Halal di Bali

1. BPN yakin konsep wisata halal di Bali yang diusulkan Sandiaga akan mendatangkan wisatawan baru

Dok.IDN Times/Istimewa

Taufan meyakini, konsep wisata halal yang disodorkan Sandiaga Uno akan membuka pasar wisatawan baru bagi Bali. Mengingat tingginya jumlah wisatawan Muslim di dunia.

"Pariwisata halal adalah berbicara juga tentang peluang usaha untuk meraih pasar wisatawan muslim yang memang jumlahnya cukup besar di dunia, hampir 1,8 miliar wisatawan dan terus tumbuh," beber pegiat pariwisata Indonesia asal Lombok ini.

2. Wisata halal tidak membunuh wisata konvensional

Dok.IDN Times/Istimewa

Menurut Taufan, Bali dalam hal ini bisa mengambil contoh negara-negara seperti Jepang, Korea, dan Australia yang mayoritas penduduknya nonmuslim tapi tetap menawarkan layanan halal kepada para wisatawan yang membutuhkan layanan halal di negara tersebut.

"Pariwisata halal tidak ‘membunuh’ wisata konvensional yang selama ini ada. Contohnya, bisa dilihat Malaysia, Dubai, Turki dan negara-negara lain di dunia. Sekali lagi ini hanya berbicara tentang layanan pilihan dan itu semua tergantung kepada wisatawan untuk memilih yang mana," ucap Taufan.

3. Menpar: tak perlu ada pariwisata halal di Bali

(Menteri Pariwisata Arief Yahya resmi meluncurkan Jember Festival Carnaval 2019) IDN Times/Santi Dewi

Sebelumnya Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, tidak perlu membuat pariwisata halal di Provinsi Bali. Sebab, sejak awal brand positioning Bali bukan dijadikan destinasi pariwisata halal, melainkan pariwisata budaya dengan konsep Tri Hita Karana.

Konsep itu meyakini perlu menjalin hubungan baik dengan Tuhan Sang Maha Pencipta, sesama manusia, dan alam. 

"Bali itu secara umum adalah (pariwisata) yang mengandalkan budaya dan di belakang budaya itu, ada filosofi yaitu Tri Hita Karana. Yang telah terjadi sekarang itulah yang terkuat untuk Bali," ujar Arief ketika ditemui di kantor Kementerian Pariwisata, Selasa (26/1) malam.

4. Konsep kearifan budaya lokal terbukti ampuh menjadikan Bali destinasi wisata kelas dunia

IDN Times/Syah Deva Ammurabi

Menurut Arief Yahya, terbukti dengan konsep kearifan lokal Tri Hita Karana, brand positioning Bali menjadi bagus. Itu pula yang menyebabkan Bali disukai oleh turis-turis asing, termasuk dari kawasan Timur Tengah. 

"Jadi, budaya Tri Hita Karana itulah yang harus kita pertahankan dan dikembangkan. Kalau mau berdebat itu sudah terbukti menempatkan Bali sebagai destinasi utama kelas dunia, hingga mendapatkan penghargaan tertinggi," lanjut Arief.

Dengan brand positioning Bali yang mengedepankan budaya lokal, kata Arief, justru menjadi magnet untuk para turis, termasuk wisatawan Timur Tengah. 

"Kan masing-masing sudah ada brand positioning sendiri. Lombok ada, Aceh ada, dan Sumbar juga ada," katanya lagi.

Baca Juga: Menpar: Di Bali Tak Perlu Buat Pariwisata Halal 

Berita Terkini Lainnya