Kualitas SDM Tekstil Harus Ditingkatkan untuk Kemajuan Industri TPT

Investasi dari PMA dan PMDN di sektor ini masih tinggi

Bandung, IDN Times - Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) saat ini masih menjadi salah satu sektor manufaktur yang menunjang perekonomian Indonesia. Investasi di sektor ini pada kuartal I 2023 pun meningkat dibandingkan kuartal IV 2022.

Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) investasi dari penyertaan modal asing (PMA) tekstil pada kuartal I/2023 tercatat sebesar US$74,34 juta atau setara dengan Rp1,10 triliun (dengan kurs Rp14.892). Angka ini naik sebesar 84,13 persen dari US$40,35 juta pada periode yang sama tahun lalu. 

Serupa dengan PMA, penanaman modal dalam negeri (PMDN) industri ini pada kuartal I/2023 tercatat naik dari kuartal yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp485,15 miliar menjadi sebesar Rp257 triliun, naik sebesar 430,40 persen.

Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Kementerian Perindustrian Emmy Suryandari mengatakan, peningkatan investasi di sektor TPT harus dibarengi dengan perbaikan sumber daya manusia (SDM).

Menurutnya, sekolah vokasi seperti Politeknik STTT harus menghasilkan lulusan yang mampu beradapatasi dengan perkembangan industri khususnya seperti di era digitalisasi 4.0.

"Sektor industi sekarang dihadapkan dengan revolusi industri dan ini harus bisa diadopsi oleh semua pihak baik kementerian perindustrian hingga para pelaku industri," kata Emmy dalam Kongres ke-X IKA ITT-STTT-Politeknik STTT di Bandung, Sabtu (29/7/2023).

1. Industri tekstil masih jadi penunjang perekonomian Indonesia

Kualitas SDM Tekstil Harus Ditingkatkan untuk Kemajuan Industri TPTKepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Kementerian Perindustrian Emmy Suryandari. Debbie Sutrisno/IDN Times

Keberadaan para pekerja di sektor industri TPT seperti lulusan Politeknik STTT harus mampu memberikan masukan kepada penyelenggara pendidikan agar ke depannya penyiapan SDM bisa disesuaikan dengan kebutuhan industri.

Para alumni dari kampus ini pun memiliki peran penting dalam jejaring usaha karena tidak dipungiri para lulusan dari kampus yang berusia lebih dari 100 tahun ini sudah mempunyai kedudukan baik di pemerintahan maupun perusahaan.

"Maka para senior dari kampus ini yang sekarang sudah ada di berbagai perusahaan atau industri harus bisa membuka kesempatan lebih luas kepada mahasiswa atau lulusan yang bakal menjadi SDM industri TPT ke depannya," kata Emmy.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki, Ditjen Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kementerian Perindustrian, Adie Rochmanto Pandiangan mengatakan, saat pandemik COVID-19 industri TPT Indonesia memang mengalami tekanan. Namun, perlahan sektor ini mulai memperlihatkan perbaikan.

"Industri TPT ini masih jadi salah satu sektor strategis nasional. Bahkan pemerintah menginginkan agar industri TPT ini bisa masuk dalam lima besar dunia pada 2030," kata Adie.

Kebutuhan SDM ini yang harus dibahas semua sektor sehingga industri TPT bisa mendapatkan tenaga kerja handal dan ahli di bidangnya. Dengan demikian, produk dari industri dalam negeri pun bisa bersaing dengan negara lain.

2. Stigma sunset industri sektor TPT harus dihilangkan

Kualitas SDM Tekstil Harus Ditingkatkan untuk Kemajuan Industri TPTIlustrasi perusahaan garmen. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Menurutnya, selama ini banyak pihak menilai bahwa industri TPT merupakan salah satu yang masuk kategori sunset industry atau industri yang hampir mati. Namun, hal itu ternyata bertolakbelakang dengan data dan angka yang menunjukan pertumbuhan pada sektor tersebut.

Stigma negatif pada industri ini memang tidak bisa dihilangkan dalam waktu dekat. Untuk itu Industri TPT perlu memperlihatkan bahwa sektor ini mampu memberikan dampak positif pada pendapatan negara.

"Gonjang ganjing mengenai tekstil secara global ini ternyata tidak dirasakan di negara lain seperti Korea dan Taiwan. Itu bisa ada karena ekosistemnya sudah terbentuk, dan ini yang coba kami siapkan," kata dia.

3. Jangan sampai industri tekstil terus tergerus

Kualitas SDM Tekstil Harus Ditingkatkan untuk Kemajuan Industri TPTKetua IKA ITT-STTT-Politeknik STTT Riady Madyadinata didampingi Sekjen IKA Ananta Dwihasto ditemui seusai kegiatan Kongres ke-X IKA ITT-STTT-Politeknik STTT Bandung. Debbie Sutrisno/IDN Times

Sementara itu, Ketua IKA ITT-STTT-Politeknik STTT Riady Madyadinata menuturkan, persoalan di industri tekstil memang beragam. Penurunan volume produksi pun bukan hanya di Jawa Barat, tapi hampir seluruh daerah yang memiliki kawasan industri TPT.

Untuk itu perlu sinergi antara pemangku kebijakan, perusahaan, dan para ahli tekstil agar sektor ini mampu tumbuh kembali usai diterpa pandemik COVID-19.

"Kami akan coba berbica juga dengan seluruh stakholder yang berkepentingan sehingga industri tekstil ini jangan turun terus, tapi harus ada peningkatan," kata Riady.

Hal senada disampaikan Sekjen IKA Ananta Dwihasto yang menyebut bahwa penguatan industri tekstil harus diperkuat juga dengan peningkatan kapabilitas SDM dalam negeri. Artinya pabrik tekstil bukan hanya didorong untuk memproduksi produk berkualitas, tapi juga menyiapkan SDM unggul.

Ini menjadi konsen bersama bahwa industri TPT yang baik dan tetap tumbuh tidak terlepas dari keberadaan SDM berkualitas.

Baca Juga: Batik Ecoprint, Harapan Industri Tekstil Ramah Lingkungan

Baca Juga: Fakta-Fakta PT Sritex, Juara Ekspor Garmen yang Terlilit Utang Rp20 T

Topik:

  • Yogi Pasha

Berita Terkini Lainnya