TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kini Jadi Lead Designer di Amazon Alexa, Intip Cerita Zachra Pradipta

Ia mengabdikan hidupnya di dunia UX design

Kini Jadi Lead Designer di Amazon Alexa, Intip Cerita Zachra Pradipta (IDN Times/istimewa)

Bandung, IDN Times – Potensi anak muda Indonesia memang tak bisa dipandang sebelah mata. Tidak sedikit generasi z dan millennial Indonesia berhasil menapaki kariernya di industri skala besar, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri.

Salah satunya ialah Zachra Pradipta, seseorang yang memang menyukai dunia desain sejak kecil. Beranjak dewasa, Zachra sebenarnya tak pernah bermimpi untuk dapat kuliah di luar negeri dan mempelajari dunia desain lebih jauh, namun dukungan orangtua telah memberinya semangat hingga akhirnya berada di posisi sekarang ini.

Takdir membawa Zachra ke Savannah College Art and Design di Georgia, Amerika Serikat, untuk mengenyam pendidikan. Ia mengambil jurusan UX Design, dan berhasil lulus pada 2017.

“Pada awalnya, saya tidak yakin tentang apa yang ingin saya pelajari, tetapi saya cukup beruntung bisa menghadiri beberapa acara presentasi dari designer professional dan benar-benar tertarik dengan UX Design,” kata Zachra, dalam siaran pers yang diterima IDN Times, Senin (5/2/2024).

Kini, Zachra telah menjadi Lead Designer untuk Tim Alexa Communications. Lantas, bagaimana perjalanan Zachra hingga dapat menduduki posisi tersebut?

1. Tertarik dengan UX design karena dapat memberi manfaat untuk orang banyak

Kini Jadi Lead Designer di Amazon Alexa, Intip Cerita Zachra Pradipta (IDN Times/istimewa)

Zachra merasa disiplin UX design sangat menarik karena produk-produknya dapat memberikan manfaat kepada orang yang menggunakan. Menurut dia, memang sejatinya produk-produk untuk menunjang aktivitas manusia bisa dengan mudah dan menyenangkan untuk diakses.

“Saya mulai menyadari bahwa banyak hal yang sulit digunakan memiliki peluang untuk didesain dengan lebih baik. Saya memang ingin mempelajari dan mencari solusi bagi orang-orang di sekitar,” kata Zachra.

Seiring perjalanan waktu, UX Design menjadi lebih dari sekadar disiplin ilmu bagi Zachra, melainkan telah benar-benar menemani kesehariannya. Dia ditantang dan juga dibantu Profesor Yee Eun Yoon untuk menyempurnakan proses dan teknik desain yang dibuatnya.

Memasuki tahun ketiga kuliah, Zachra mulai mencoba untuk magang dengan perusahaan Amazon sebagai tujuannya.

“Pada saat magang di Amazon dari Juni hingga Agustus 2020, saya bekerja sebagai UX design intern di mana saya membantu desainer yang kerja full time. Saya juga diberikan tugas lain yang bisa dikerjakan sendiri,”ujar Zachra.

2. Mendapat manfaat selama magang di Amazon

ilustrasi mengambil gap year dengan magang sesuai karier impiannya (pexels.com/Tranmautritam)

Zachra menjelaskan, ada banyak manfaat yang ia dapatkan ketika magang di Amazon, salah satunya bisa bersosialisasi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

“Ini kesempatan untuk meluaskan lingkaran networking. Saya dapat membangun hubungan dengan para profesional dari berbagai negara, yang mungkin membuka pintu untuk peluang kolaborasi dan proyek di masa depan,” ujar Zachra.

Di sisi lain, Zachra juga sering mengadakan acara untuk teman-teman sekampusnya, salah satunya design sprint dengan mendatangkan para ahli sebagai mentor dan juri. “Jadi tujuan acara ini untuk memberi murid-murid kesempatan membuat produk dan konsepnya, kemudian pitching di depan industri profesional,” katanya.

Salah satu proyek yang dibuat Zachra bersama teman-temannya ialah Moment. Dia mengerjakan proyek ini selama sepuluh pekan dan dilombakan di ajang Red Dot Award, salah satu kompetisi paling bergengsi di dunia desain.

“Moment ini adalah sebuah device wearable yang bisa digunakan oleh tunanetra untuk membantu menghindari hambatan sejenak saat berjalan di tempat umum, atau ramai, atau pun jika mereka tidak ingin memegang benda-benda asing. Device ini akan memberi navigasi untuk pengguna dengan sensor,” kata Zachra.

Berita Terkini Lainnya