Bandung, IDN Times - Pengamat ekonomi dari Universitas Pasundan (Unpas) Acuviarta Kartabi menilai, pembatasan keran impor hewan hidup asal Tiongkok sebagai antisipasi penyebaran virus Corona oleh pemerintah Indonesia dinilai kurang tepat.
"Impor hewan hidup masih minim dan tidak terlalu banyak untuk hewan, meskipun ada ikan di sana. Itu harus kita selektif," ujar Acu saat dihubungi IDN Times, Rabu (5/2).
Acu mengatakan, saat ini pengawasan impor hewan hidup dari Tiongkok ke Indonesia dipastikan melalui seleksi panjang, sehingga jika mengurangi keran impor hewan hidup dinilainya kurang tepat, meskipun sebagai antisipasi Corona.
"Syarat di kita kan ketat, terutama halal kemudian kualitas hewan hidupnya juga, yang jelas pengawasan kita lebih efektif," ungkapnya.
Pembatasan keran impor hewan hidup dari Tiongkok, Menurutnya, bisa saja membuat inflasi Sehingga pemerintah sudah seharusnya membuat alternatif lain agar pasokan tetap terjaga dan mengurangi risiko inflasi tersebut.
"Pasti kita punya juga stok yang konsisten. Saya kira yang paling tepat tidak hanya berhentikan impor, pertama cari alternatif dan amankan pasar," katanya.
Untuk diketahui, wabah virus corona yang berasal dari Tiongkok bisa berdampak pada impor Indonesia. Saat ini, Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman mengungkapkan, Indonesia akan mengurangi keran impor hewan hidup dari China sebagai antisipasi penyebaran virus Corona.
Selain itu, Fadjroel mengatakan, Indonesia tetap tidak mengurangi impor barang-barang dari China seperti makanan dan bawang putih.
Pembatasan keran impor hewan hidup, kata dia, sudah sesuai hasil keputusan dari rapat terbatas dengan Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
Dalam rapat tersebut, disebutkan juga bahwa, negara-negara luar sudah melakukan kebijakan serupa, yakni membatasi impor hewan hidup dari China untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb