Kenapa Anak Sering Lebih Dekat ke Ibu daripada Ayah?

- Ikatan awal antara ibu dan anak dimulai sejak dalam kandungan
- Kedekatan antara ibu dan anak sudah terbentuk jauh sebelum anak lahir. Selama kehamilan, ibu merasakan perkembangan janin, mendengar detak jantungnya, dan mengalami interaksi fisik secara langsung.
- Ibu biasanya menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak
- Dalam banyak keluarga, ibu memiliki porsi waktu lebih besar dalam pengasuhan sehari-hari. Intensitas interaksi ini membuat hubungan ibu dan anak berkembang sangat cepat.
- Peran budaya menempatkan ibu sebagai sosok pengasuh utama
- Budaya di banyak negara,
Hubungan anak dengan ibu sering kali terlihat lebih kuat dan emosional dibandingkan dengan hubungan anak dengan ayah. Banyak orang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang alami, tetapi sebenarnya kedekatan ini terbentuk dari berbagai faktor psikologis dan sosial. Ikatan emosional tersebut biasanya muncul sejak anak masih berada dalam kandungan melalui interaksi awal yang berkelanjutan. Kehadiran ibu yang lebih sering menemani membuat anak merasa aman dan nyaman. Kondisi ini membentuk dasar hubungan yang kuat sejak awal kehidupan.
Di sisi lain, budaya juga sering menempatkan ibu sebagai figur utama dalam pengasuhan anak. Meskipun saat ini banyak ayah terlibat aktif dalam parenting, pembagian peran tradisional masih berpengaruh dalam membentuk pola relasi keluarga. Ibu dianggap lebih memahami kebutuhan anak karena lebih sering berinteraksi secara langsung. Karena kedekatan yang lebih intens, anak cenderung lebih mudah membuka diri kepada ibu. Situasi ini sering terlihat wajar, meskipun peran ayah sebenarnya gak kalah penting.
1. Ikatan awal antara ibu dan anak dimulai sejak dalam kandungan

Kedekatan antara ibu dan anak sudah terbentuk jauh sebelum anak lahir. Selama kehamilan, ibu merasakan perkembangan janin, mendengar detak jantungnya, dan mengalami interaksi fisik secara langsung. Hal ini menciptakan hubungan emosional yang kuat yang gak dialami ayah dengan cara yang sama. Selain itu, perubahan hormon membuat ibu lebih sensitif terhadap kebutuhan anak, bahkan saat masih di dalam rahim. Ikatan ini menjadi dasar hubungan yang berlanjut setelah anak lahir.
Ketika bayi lahir, kedekatan ini semakin kuat melalui proses menyusui dan kontak kulit ke kulit. Bayi secara alami mencari kenyamanan melalui suara dan sentuhan ibunya yang sudah dikenalnya sejak dalam kandungan. Interaksi ini membangun rasa aman yang menjadi fondasi utama perkembangan emosional anak. Sementara ayah juga bisa membangun kedekatan ini, prosesnya sering membutuhkan waktu lebih lama. Inilah salah satu alasan mengapa hubungan ibu dan anak terlihat lebih intens sejak awal.
2. Ibu biasanya menghabiskan lebih banyak waktu dengan anak

Dalam banyak keluarga, ibu memiliki porsi waktu lebih besar dalam pengasuhan sehari-hari. Ibu sering menjadi sosok yang menemani anak bangun tidur, makan, bermain, hingga tidur kembali. Intensitas interaksi ini membuat hubungan ibu dan anak berkembang sangat cepat. Anak merasa bahwa ibu selalu tersedia untuk memberikan dukungan dan kenyamanan. Kehadiran yang konsisten membuat anak lebih mudah menjalin kedekatan emosional.
Meski kini banyak ayah yang aktif berperan, pola ini masih sangat umum ditemukan. Ayah mungkin lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah karena tugas pekerjaan atau tuntutan lainnya. Kondisi ini membuat interaksi ayah dan anak menjadi lebih terbatas dan terjadwal. Meskipun bukan hal yang buruk, perbedaan intensitas ini memengaruhi tingkat kedekatan yang terbentuk. Waktu yang lebih sedikit bukan berarti kurang sayang, hanya saja hubungan membutuhkan usaha tambahan untuk menyamai kedekatan dengan ibu.
3. Peran budaya menempatkan ibu sebagai sosok pengasuh utama

Budaya di banyak negara, termasuk Indonesia, masih menempatkan ibu sebagai figur utama dalam mengasuh anak. Sejak lama, masyarakat memandang ibu sebagai pusat kehangatan, kasih sayang, dan perhatian keluarga. Sementara itu, ayah sering digambarkan sebagai pencari nafkah dan pelindung, bukan sebagai pengasuh utama. Pembagian peran ini secara gak langsung membentuk cara anak berinteraksi dengan kedua orang tuanya. Anak merasa lebih dekat dengan orang yang lebih sering hadir dalam rutinitasnya.
Dalam konteks ini, kedekatan anak dan ibu bukan hanya soal hubungan pribadi, tetapi juga konstruksi budaya. Anak tumbuh dengan persepsi bahwa ibu adalah tempat paling aman untuk kembali ketika mereka sedih atau gelisah. Ibu juga sering menjadi orang yang mengetahui detail kecil keseharian anak. Pola ini menguatkan hubungan emosional yang sudah terbentuk sejak awal. Karena itu, budaya memberi kontribusi besar terhadap persepsi kedekatan tersebut.
4. Ibu cenderung lebih ekspresif secara emosional

Ibu sering kali lebih terbuka dalam menunjukkan perasaan, baik kepada anak maupun keluarga. Mereka lebih mudah mengekspresikan kasih sayang melalui pelukan, kata-kata lembut, atau sentuhan hangat. Ekspresi emosional yang kaya membuat anak merasa nyaman berada di dekat ibu. Anak belajar memahami emosi melalui interaksi yang intens dan hangat ini. Situasi tersebut membuat kedekatan emosional berkembang lebih cepat.
Sebaliknya, banyak ayah dibesarkan dalam budaya yang menuntut mereka tampil kuat dan gak terlalu emosional. Hal ini membuat beberapa ayah kurang terbiasa mengekspresikan kasih sayang secara terbuka. Anak yang belum sepenuhnya memahami bahasa nonverbal mungkin merasa lebih mudah membaca emosi ibu daripada ayah. Meskipun ayah sangat menyayangi anak, ekspresinya sering gak seintens ibu. Perbedaan gaya komunikasi ini turut membentuk tingkat kedekatan anak pada masing-masing orang tua.
5. Anak cenderung mencari sosok yang memberikan rasa aman terbesar

Pada fase pertumbuhan, rasa aman adalah kebutuhan dasar anak yang memengaruhi kualitas hubungan mereka dengan orang tua. Anak biasanya akan mendekati figur yang paling cepat memberikan respons ketika mereka membutuhkan bantuan. Mayoritas ibu lebih responsif pada saat anak menangis, terluka, atau membutuhkan kenyamanan emosional. Respons cepat inilah yang membuat anak merasa aman berada di dekat ibu. Rasa aman ini kemudian berkembang menjadi kedekatan yang kuat.
Meskipun ayah juga bisa memberikan rasa aman, respons mereka kadang berbeda atau lebih lambat karena aktivitas atau faktor pekerjaan. Anak yang masih kecil cenderung mencari kenyamanan yang paling mudah dan cepat mereka dapatkan. Ketika mereka merasa dipahami dan diterima tanpa syarat, hubungan emosional akan tumbuh secara alami. Karena ibu biasanya lebih konsisten hadir, anak menganggap ibu sebagai tempat pulang yang paling aman. Faktor ini menjadi salah satu alasan kuat mengapa kedekatan dengan ibu lebih terlihat.
6. Ayah tetap memiliki peran penting meskipun terlihat kurang dekat

Hubungan yang terlihat kurang dekat gak berarti ayah kurang penting dalam perkembangan anak. Peran ayah sangat besar dalam membentuk karakter, keberanian, dan kemandirian anak. Ayah sering kali menjadi figur yang memperkenalkan dunia luar, tantangan, dan keberanian mencoba hal baru. Kedekatan ayah mungkin berkembang berbeda, tetapi bukan berarti gak kuat. Banyak anak justru memiliki hubungan yang sangat mendalam dengan ayah ketika mereka tumbuh lebih besar.
Ayah juga dapat membangun kedekatan emosional yang setara dengan ibu melalui keterlibatan yang konsisten. Ketika ayah aktif berinteraksi, bermain, dan berbicara dengan anak, hubungan mereka berkembang dengan cara yang unik dan hangat. Anak akan melihat ayah sebagai teman belajar sekaligus pelindung yang dapat diandalkan. Dengan waktu dan perhatian yang cukup, kedekatan ayah dan anak dapat menjadi sangat kuat. Artinya, perbedaan kedekatan awal gak menentukan kualitas hubungan jangka panjang.
Pada akhirnya, kedekatan anak dengan ibu lebih sering terlihat karena berbagai faktor biologis, emosional, dan budaya. Namun, kedekatan yang lebih tampak bukan berarti keduanya memiliki nilai berbeda dalam perkembangan anak. Ayah dan ibu masing-masing membawa kontribusi penting yang saling melengkapi dalam membentuk karakter dan rasa aman anak. Hubungan yang kuat bisa terbangun ketika kedua orang tua hadir secara konsisten dan penuh kasih.
Karena itu, fokus yang paling penting bukanlah siapa yang lebih dekat, melainkan bagaimana kedua orang tua dapat bekerja sama membangun lingkungan yang sehat bagi anak. Anak membutuhkan keseimbangan antara kelembutan, ketegasan, keamanan, dan kebebasan. Dengan peran yang saling melengkapi, anak dapat tumbuh dengan fondasi emosional yang kuat. Kedekatan bisa berubah seiring waktu, tetapi cinta dan kehadiran orang tua adalah hal yang paling utama.

















